Cerita Di Balik 'Dopesmoker', Lagu Mahakarya Stoner Metal

FYI.

This story is over 5 years old.

Nice Song, What's It About?

Cerita Di Balik 'Dopesmoker', Lagu Mahakarya Stoner Metal

"Kami butuh beberapa tahun untuk menyelesaikan lagu ini. Dan setelah beres, label kami malah malas merilisnya. Kami bertiga merasa seperti diberaki orang label."

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey

Artikel ini adalah seri "Nice Song, What's It About?" yang menyelami latar belakang terciptanya lagu-lagu legendaris. Untuk melihat arsip artikel serupa, klik di sini. Lebih dari delapan menit penuh dengan riff-riff down-tuned berlalu sebelum Al Cineros, bassist Sleep, akhirnya menyanyikan larik pertama "Dopesmoker." 15 detik berselang, Al Cineros sampai di ujung lirik pembuka lagu panjang itu: "Drop out of life / with bong in hand." Sleep tak pernah buru-buru dalam menulis lagu. Tapi, mereka juga tak pernah menyangka bila perilisan magnum opus mereka bakal tertunda-tunda selama beberapa tahun. Setelah menghabiskan tiga tahun menulis dan merekam lagu, London Records, label Sleep saat itu, menolak merilis album yang isinya cuma satu lagu sepanjang 63 menit, dengan lirik membahas pendeta pemuja ganja yang melawat ke tanah suci naik karavan. Stress yang ditimbulkan ketidakpastian rilis Dopesmoker begitu besar hingga Sleep memutuskan bubaran. Matt Pike kemudian membentuk High on Fire sementara Al dan Drummer Chris Haikus memilih absen dari musik selama setengah dekade sebelum kembali aktif di bawah bendera Om. Versi editan album Dopesmoker akhirnya muncul pada tahun 1999 dengan judul Jerusalem. Alih-alih berisi satu lagu panjang, Dopesmoker dipecah ke dalam beberapa track di versi ini. 4 tahun kemudian, TeePee Records merilis versi yang lebih diridhoi Sleep, sebuah album satu track sepanjang 63 menit. Lalu, pada 2012, Southern Lord Record mengeluarkan versi remaster album ini. Meski dalam karya legendaris dalam ranah stoner metal ini, suara Al Cineros yang terdengar di bawah kepungan riff-riff berat Sleep, adalah Matt Pike, sang gitaris yang kerap tampil tanpa baju, yang kerap dianggap sebagai muka band legendaris ini. Kami ngobrol bareng Matt Pike membahas asal-usul, serta berbagai kisah di balik proyek ambisius Sleep bernama Dopesmoker.

Noisey: Bisa diceritakan latar belakang penulisan 'Dopesmoker'?
Matt Pike: Ketika kami pertama menulis lagu tersebut, saya dan Al Cineros masih sangat muda. Kami baru saja dikontrak major label dan mereka pengin kami menggarap lagu-lagu pendek yang bisa diputar di radio. Kami tak sependapat. Kami sedang senang-senang nyimeng waktu itu. Saya dan Al menjajal acid dan melakukan banyak eksperimen aneh waktu. Kami berniat bikin sesuatu yang epik, sesuatu yang tak akan hilang ditelan waktu. Pokoknya, sesuatu yang masih dibahas orang bertahun-tahun setelah kami merekamnya. Kami bernafsu bikin simfoni berisi riff-riff stoner.

Kami belum teken kontrak dengan London Records saat itu. Kendalanya, di saat yang sama, kami sedang bermasalah dengan—maaf saya tak bisa sebut namanya—label kami waktu itu. Intinya, kami sedang kena hukman. Jadi, bisa dibilang kami sedang berada dalam posisi yang tak mengenakkan. Pekerjaan kami setiap hari hanya latihan, tidur, bangun, ngopi dan membakar cawan. Selama masa situ, banyak riff-riff yang sudah kami buat. Lalu kami berpikir, kenapa tak sekalian bikin lagu yang panjang? Dan kami serius. Bayangkan kam memainkan lagu ini di panggung. Tak perlu menyapa penonton. Kami bisa terus main dan keluar panggung setelah lagunya tamat. Kalian dari awal sudah merencanakan 'Dopesmoker' bakal jadi lagu berat sepanjang satu jam lebih?
Tentu tidak. London Records langsung menolak merilis lagu itu. Saya cuma bisa mikir, "Bro, yang bener saja, kami baru saja bikin mahakarya yang akan dipuja banyak orang," saya tahu sekali nilai albm ini. Meski enggak yakin kalau kami sudah merekamnya dengan benar, tapi hasil akhir album ini sesuai dengan harapan kami. Tak ada tuh yang namanya karya seni yang dibuang atau dihancurkan begitu saja. Kami saat itu benar-benar tak tahu apa kami sudah membuat sesuatu yang hebat. Yang jelas, selama penulisan album itu kami melewati onak dan duri. Ibu saya sekarat dan banyak kejadian menyedihkan lainnya terjadi selama proses rekaman. Kami butuh beberapa tahun untuk menyelesaikan lagu ini. Setelah beres, label kami malah malas merilisnya. Kami bertiga merasa seperti diberaki orang label.

Apa ada elemen ritual yang kalian lakoni saat proses rekaman 'Dopesmoker'?
Saya tak tahu apa tindakan kami terhitung relijius atau tidak. Saat rekaman saya pikir tempat kami berada, cara kami bermain dan apa yang kami lakukan sangat dipengaruhi semangat spiritual. Proses rekaman melibatkan perasaan dan pikiran kami di samping tetek bengek teknis di dalamnya. Lebih dari itu, semuanya tentang apa yang sedang kami rasakan waktu itu. Dopesmoker adalah cara kami menulis tentang waktu, tentang masa kami dan metafor-metafor. Kami hidup dalam metafor. Kami bertiga nyimeng, menenggak acid, dan sebagainya. Kami benar-benar menikmati hidup saat itu. Apakah menurutmu lagu ini berhasil meninggalkan pengaruh terhadap genre stoner metal?
Dopesmoker sangat luar biasa dan mencengangkan. Lagu ini adalah anugrah karena kami manggung di mana-mana dan memainkan lagu-lagu lama, mempengaruhi generasi setelag kami dan lumayan sukses melakukan apa yang kami lakukan. Saya bisa bersama-sama dua kawan saya dalam Sleep, dibayar, manggung, menikmati saat-saat paling keren dalam hidup saya dan tak henti-hentinya berkelakar. Ini luar biasa tak semua orang bisa seberuntung ini.