FYI.

This story is over 5 years old.

Open Minds

Mungkinkah Seseorang Sepenuhnya Sembuh Dari Gangguan Jiwa?

Kita paham kapan seseorang disebut sembuh dari kanker. Namun, untuk urusan penyakit jiwa dan gangguan mental, banyak orang tak tahu apa-apa.

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Open Minds adalah sebuah seri yang mengeksplor pertanyaan-pertanyaan penting tentang gangguan mental untuk menyingkirkan semua stigma.

Ketika seseorang mengatakan kankernya berada dalam tahap remisi, kita semua mengerti bahwa penyakit tersebut belum sembuh. Tapi kita kadang kurang bisa mengerti sifat penyakit yang menyerang psikologi manusia. Berikut salah satu pertanyaan yang banyak menghantui orang awam:

Iklan

Gangguan mental apa yang bisa 'disembuhkan' dan apakah dampaknya akan bertahan selamanya kepada penderita?

Salah satu bukti bahwa penyakit mental kerap tidak dimengerti masyarakat luas dibanding penyakit fisik adalah betapa sedikitnya kita tahu tentang seluk beluk gangguan mental. Orang paham bahwa kolesterol tinggi bisa diturunkan dan kadar gula darah rendah bisa ditingkatkan. Banyak virus bisa dicegah dengan vaksinasi dan HIV itu kronis tapi masih bisa ditangani. Ketika seseorang mengatakan kankernya berada dalam tahap remisi, kita semua mengerti bahwa penyakit tersebut belum sembuh. Tapi kita kadang kurang bisa mengerti sifat penyakit yang menyerang psikologi manusia.

Kebanyakan orang mengidap penyakit mental dalam jangka pendek. Ketika kita membicarakan gangguan, gangguan makan dinilai sebagai sesuatu yang bisa disembuhkan. Kita kerap membicarakan penyakit mental dengan kata-kata seperti "melewati," "menyintas," dan "sembuh dari." Frasa-frasa ini menggambarkan proses kewaspadaan dan kesadaran diri tentang pemicu gangguan yang terus berlangsung—tugas yang tidak pernah selesai, sama seperti bagaimana seorang alkoholik bisa berhenti minum namun tetap menganggap diri mereka alkoholik seumur hidup.

"Memang ada yang sembuh," kata Lois Choi-Kain, profesor bidang psikiatri di Harvard Medical School. "Ketika mereka sembuh, mereka seharusnya menganggap diri sebagai seseorang 'dalam proses penyembuhan,' namun bisa saja tetap laten."

Iklan

Dari 2 gangguan makan yang paling dikenal orang—anoreksia dan bulimia—bulimia lebih mudah ditangani. Choi-Kain mengatakan ini karena bulimia kerap muncul akibat stres—yang berarti sesungguhnya bulimia tidak berbeda jauh dengan gangguan substansi seperti alkoholisme. Gangguan ini bisa dilewati seiring dengan waktu. Apabila seseorang bisa belajar cara menghadapi stres, berarti ada kemungkinan seseorang bisa belajar mengadopsi solusi baru juga.

Sama seperti bulimia, gangguan kepribadian (BPD) kadang merupakan bentuk respon terhadap terapi perilaku dialektik dan beberapa obat anti-depresi, dan kerap hilang seiring pasien bertambah tua. Choi-Kain, spesialis di penelitian dan penanganan BPD mengatakan bahwa kabar baik seputar BPD adalah angka pasien yang sembuh dari gangguan ini dalam jangka waktu panjang lumayan tinggi—tanpa perawatan apapun.

"Jadi penderita gangguan ini bisa 'sembuh,' ungkap Choi-Kain. "Biarpun kami masih belum benar-benar mengerti kenapa."

Anoreksia bisa dilihat sebagai perilaku kompulsif, tapi memiliki mekanisme yang berbeda dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD) biarpun dua-duanya sama-sama kebal terhadap perawatan. Choi-Kain mengatakan yang menarik tentang OCD adalah bagaimana penelitian menyatakan bahwa OCD memiliki aspek biologis, dan tidak hanya psikologis. OCD memang kronis, tapi bisa diringankan lewat perawatan intensif. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders mengklasifikasi OCD sebagai gangguan kecemasan hingga 2013, ketika DSM V menyatakan bahwa gejala OCD layak diberikan kategori sendiri.

Iklan

Ketika kecemasan seseorang disebabkan oleh fobia tertentu, dokter bisa mengurangi kesensitifan dengan cara terapi eksposur. Contohnya, mereka yang mengidap OCD akibat kuman akan dibiasakan terekspos dengan lingkungan yang kotor namun tetap aman sebagai bentuk pelatihan. Namun kondisi seperti gangguan kecemasan—gangguan yang paling umum di AS, menimpa lebih dari 3 juta manusia dewasa—tidak bisa ditangani seperti ini. Choi-Kain mengatakan penyakit seperti ini bisa bertahan lebih lama dibanding gangguan mood atau kepribadian.

"Gangguan kecemasan tidak bisa ditangani oleh perawatan semudah itu," jelas Choi-Kain. "Istilah 'kecemasan/anxiety' kini semakin sering digunakan…ada semacam pemahaman populer bahwa kecemasan bisa datang dan pergi, dan bisa dihadapi dengan mudah. Sesungguhnya, kecemasan bisa bersifat kronis."

Kecemasan merupakan penyakit mental yang mempengaruhi penduduk AS terbanyak saat ini. Kategori nomor dua tentunya adalah depresi—keduanya menurut Choi-Kain bisa diperburuk oleh faktor seperti mengidap banyak gangguan lain atau menghadapi tantangan hidup yang berat.

Apapun akar penyebabnya, dia mengatakan bahwa mayoritas pasien depresi akan menunjukkan perkembangan apabila mereka mendapat semacam perawatan, entah itu psikofarmakologis, terapeutik, atau bahkan sekedar diet dan olahraga. Namun selalu ada juga pasien yang cenderung tidak bisa dirawat. Kami belum tahu penyebabnya apa, jelas Choi-Kain, tapi kami sadar ini berarti resiko mereka kambuh nantinya lebih tinggi. Prinsipnya sama seperti gangguan bipolar, dimana setiap episode kambuh yang terjadi meningkatkan resiko terkena episode kambuh di masa depan.

"Apabila anda penderita bipolar, sekalinya anda mengalami masa kambuh, anda dianggap butuh bantuan obat, dan standarnya anda terus mengkonsumsi obat semenjak itu, bahkan ketika anda tidak menunjukkan gejala apapun," kata Choi-Kain. "Bipolar tidak dianggap sebagai gangguan yang bisa hilang dengan sendirinya seperti yang lain."

Skizofrenia dan kondisi psikotik lainnya berada di dalam jalur yang sama. Orang bisa memaklumi penyakit mental orang lain ketika mereka jelas terlihat kesakitan, tapi tidak benar-benar mengerti definisi "sembuh" mereka seperti apa. Tentunya anda harus memiliki semua fakta yang tersedia, tidak peduli apa diagnosis anda, tapi apabila penyakit anda ditandai oleh terjadinya episode kambuh—entah psikosis, mania, depresi dan bahkan panik—penting untuk paham bahwa sangat mungkin jarak antara episode berkisar bulanan, atau bahkan tahunan; jadi bukan berarti penyakit anda sudah sembuh. Tidak beda jauh dengan herpes—ketika anda mengidapnya, anda mengidapnya selamanya, dengan atau tanpa episode kambuh.

Jadi jangan pernah mengabaikan rencana perawatan anda hanya karena anda merasa lebih sehat. Terimalah dengan legowo bahwa anda mungkin membutuhkan perawatan sepanjang hidup. Tapi pahami juga bahwa entah penyakit anda kronis atau tidak, ada banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghadapinya. Choi-Kain mengatakan bahwa prognosis untuk pengidap gangguan kronik sudah tidak senegatif dulu dan sekarang semakin banyak orang mampu mengurangi gejala gangguan sehingga kehidupan sehari-hari mereka tidak terlalu terpengaruh.

"Wacana tentang gangguan mana yang bisa disembuhkan dan tidak tergantung dari penelitian dan penemuan baru," katanya. "Dulu kita main kasih perawatan yang sama ke setiap gangguan, dan banyak yang tidak berhasil. Sekarang semakin banyak jenis perawatan yang lebih spesifik, dan diciptakan sesuai gangguan tertentu. Jadi semakin banyak yang sembuh."