Menembus Komunitas Kristen Selandia Baru yang Tertutup dan Anti Teknologi

FYI.

This story is over 5 years old.

Foto

Menembus Komunitas Kristen Selandia Baru yang Tertutup dan Anti Teknologi

Sejak didirikan pada 1969, pendiri Neville Cooper (kini dipanggil Hopeful Christian) telah menutup komunitasnya dari dunia luar. Mereka menolak teknologi dan banyak dihinggapi isu-isu miring.

Tersembunyi jauh dalam kawasan pegunungan, sisi pantai barat kepulauan utara Selandia Baru, Gloriavale adalah sebuah komunitas kristen menjalani hidup layaknya kaum Amish di Amerika Serikat. Penduduk Gloriavale mengenakan pakaian yang tak akan janggal di abad 19. Hebatnya lagi, mereka minim sekali memanfaatkan listrik dan teknologi.

Sejak dibentuk pada 1969, pendiri Gloriavale, Neville Cooper (kini dipanggil dengan nama Hopeful Christian) menutup komunitas ini dari dunia luar. Dengan jumlah anggota komunitas hampir mencapai 600 orang, Gloriavale adalah komunitas mandiri yang tak mengakui sistem hak milik pribadi. Dalam komunitas ini satu keluarga memiliki anak belasan adalah sesuatu yang lazim. Yang juga lumrah di sini adalah menikah dan berkeluarga saat masih remaja.

Iklan

Dengan segala keunikannya, Gloriavale menarik perhatian banyak orang. Tuduhan pelecehan seksual, pengelakan pajak, minimnya edukasi dan pembunuhan terus membuat nama komunitas ini jadi langganan berita di media Selandia Baru — kendati demikian, apa yang terjadi dalam komunitas tertutup ini terusmenjadi sebuah misteri.

Artinya, kita cuma bisa berharap pada keterangan yang dibocorkan mantan anggotanya untuk memahami bagaimana hidup dijalani dari hari ke hari di Glorivale. Ternyata, fotografer Cam Mclaren diundang untuk menyinggahi komunitas ini. Dia memberi sedikit cuplikan tentang apa yang terjadi dalam aktivitas sehari-hari Gloriavale.

VICE: Bisa tolong jelaskan bagaimana proyek Gloriavale akhirnya terwujud. Mereka sangat tertutup, bagaimana anda bisa masuk?
Cam McLaren: Saya pertama kali mendengar nama Gloriavale 4 tahun lalu dan langsung tertarik. Baru pada 2015, saya memutuskan menghubungi mereka. Kami bicara tentang rencana berkunjung ke komunitas tersebut. Diskusi ini ternyata berlangsung lama dan pelik. Saya malah merasasedang gantian diwawancara. Akhirnya, mereka menyambut saya. Tapi, saya baru diizinkan mengambil foto di komunitas Gloriavale setelah bertemu langsung Hopeful Christian, pemimpin mereka.

Dia orangnya seperti apa sih ? Apakah dia punya ekspektasi tertentu ddari kedatanganmu?
Hopeful Christian sangat membanggakan dirinya. Orang di sekitarnya tak memperlakukannya bak dewa, namun dia dihargai sebagai seorang penemu, pemimpin, dan sumber inspirasi mereka. Jujur, saya penasaran apa rasa hormat yang dia terima muncul dari desas-desus yang berkembang selama ini.

Iklan

Gloriavale dituduh terlibat dalam bermacam skandal. Setelah kamu melihat sendiri cara hidup di sana, adakah kemungkinan mereka sekadar disalahpahami?
Saya paham sekali dengan segala kekhawatiran tentang komunitas ini, terutama yang menyangkut keselamatan anak-anak. Tapi, selama saya di sana, mereka memperlakukan saya penuh hormat. Saya melihat di sana anak-anak sangat disayang, dan dianggap sebagai masa depan komunitas. Saya yakin Gloriavale punya masalahnya sendiri, atau punya anggota yang bermasalah. Toh semua komunitas juga punya masalah kok. Siapa juga yang bebas dari masalah?

Ada yang bikin anda tercengang dari cara hidup mereka?
Saya terkagum-kagum melihat betapa mandirinya Gloriavale. Selama kunjungan tempo hari, jumlah penduduk Gloriavale sekitar 600-an orang. Ada banyak orang yang harus diberi makan. Ada yang bilang bahwa karena gaya hidup mereka, anggota Gloriavale jarang keluar untuk berobat. Meski demikian, dokter, dokter gigi dan dokter spesialis lain yang tak terdapat dalam di dalam komunitas berkunjung secara rutin.

Aset Gloriavale mencapai Rp390 triliun. Apakah anda merasakan semacam pameran kekayaan di sana?
Tanah yang ditempati komunitas ini nilainya sudah lumayan. Namun, kebanyakan rumah dan bangunan di sana umurnya sudah uzur dan sudah harus direnovasi. Tak ada pameran kekayaan di sana. Semua orang di sana sangat rendah hati.

Anda tidur di mana?
Saya dibawa ke sebuah ruangan penuh bunga. Ada sebuah gaun berwarna pink di atas tempat tidur di dalamnya. Ada suasana perayaan yang begitu terasa dalam kamar ini. Ternyata, ruangan ini disiapkan untuk sebuah keluarga yang akan masuk komunitas ini setelah saya pergi. Baju yang ada di atas kasur tadi, bakal dikenakan oleh pengantin perempuannya nanti.

Iklan

Adakah larangan untuk bicara dengan orang-orang tertentu?
Saya bebas bicara dengan siapa saja, meski, selama saya di sana, saya lebih banyak berjalan-jalan sendirian. Glorivale sama saja seperti daerah lainnya di kolong bumi, ada orang yang ingin ngobrol tentang dunia, ada yang tidak. Penduduk Glariovale berasal dari pelbagai latar belakang. Banyak di antaranya sangat terdidik dan sangat sukses sebelum akhirnya bergabung dalam komunitas ini.

Apakah kunjungan anda mengubah cara anda memandang kehidupan di luar Gloriavale? Ada yang berubah dari diri anda?
Tentu saja. Setelah saya kembali, saya mulai bertanya tentang tempat saya dalam komunitas dan bagaimana saya bisa berkembang Apa saya benar-benar mau berkeluarga? Semua jadi lebih jelas setelah saya berkunjung ke Gloriavale. Kesederhanaan kehidupan mereka membuat kita merenungkan kembali gaya hidup kita.

Buku Mclaren Gloriavale akan dirilis oleh Etcht tanggal 1 November. Bisa dipesan langsung dari websitenya dan beberapa pengecer buku internasional.