Kejahatan

Di Kota Inggris Ini, Pengedar Narkoba Justru Sering Diculik dan Disiksa

Pelakunya rata-rata kriminal dari bidang berbeda yang gabut akibat pandemi. Para pengedar yang diculik tak melapor polisi karena takut keselamatan diri dan keluarganya terancam.
Foto kolase sebungkus narkoba, tangan, kaki dan pemandangan Manchester
Foto sebungkus narkoba oleh Marco Verch CC By 2.0,via Flickr

Di sebuah desa makmur tak jauh dari Kota Manchester, Inggris, terduga bandar narkoba Clive* baru saja keluar dari tempat cukur rambut ketika enam orang berbadan besar tergesa-gesa menghampirinya. Dia menduga mereka adalah polisi yang sedang menyamar, jika dilihat dari earpiece dan rompi serbaguna yang mereka kenakan. Kecurigaannya terjawab tak lama kemudian, setelah mereka menangkap dan memborgol Clive.

Iklan

“Anda ditangkap dengan tuduhan perdagangan narkotika golongan A,” kata mereka. Clive tidak kaget sama sekali. Temannya belum lama mengalami hal serupa.

Alih-alih dibawa ke kantor polisi, dia malah digiring ke sebuah daerah kumuh di pinggiran kota. Alasannya kantor polisi sedang penuh. Tak lama kemudian, seorang anggota geng bertopeng keluar dari mobil van sambil menenteng replika senjata api. Dari sinilah Clive menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Dia berpikir hukuman penjara akan jauh lebih baik daripada perlakuan yang diterima setelahnya.

“Kami sudah tahu siapa kamu dan apa pekerjaanmu,” ujar lelaki bertopeng itu. “Lakukan semua yang kami perintahkan kalau ingin nyawa selamat.”

Clive dipaksa masuk ke dalam van dan dibawa ke kawasan industri. Setibanya di sana, tubuhnya dibakar dengan blowtorch dan buah zakarnya disetrum. Penculik menghidupkan mesin pengaduk semen untuk meredam jeritan Clive. Setelah itu, mereka minta tebusan ke saudara iparnya. Penyiksaan ini berlanjut selama 12 jam. Mereka baru berhenti setelah polisi mengepung gedung dan membebaskan Clive.

Tangkapan layar dari rekaman CCTV menampilkan korban penculikan dipaksa masuk ke dalam mobil di Salford, Greater Manchester.

Tangkapan layar dari rekaman CCTV menampilkan korban penculikan dipaksa masuk ke dalam mobil di Salford, Greater Manchester.

Ini hanyalah satu dari berbagai kasus penculikan pengendar yang terjadi di kawasan Greater Manchester dalam beberapa tahun terakhir. Tindakan kekerasan yang dilatarbelakangi penculikan semakin marak di sana. Korban dikabarkan mengalami luka bakar akibat disulut dengan blowtorch dan besi panas, serta disiksa dengan metode waterboard (menyemprotkan air ke muka yang dibungkus kain). Mereka disiksa setelah harta bendanya dikuras habis.

Iklan

Pakar kejahatan geng Profesor John Pitts menduga dampak virus corona terhadap pasokan narkoba menjadi alasan meningkatnya kasus penculikan dan penyiksaan bandar narkoba di Manchester. Menurutnya, situasi ini mendorong pengedar untuk menculik saingan mereka dan merampas simpanannya.

Robin* sudah beberapa kali terlibat dalam penculikan yang sarat kekerasan di kota dekat Manchester. Dia mengatakan, dewasa ini, semakin banyak orang yang terjun ke penjualan obat-obatan terlarang. Kasusnya meningkat mungkin karena jumlah target penculikan terus bertambah.

“Mereka tidak mungkin menangkap sembarang orang,” terang Robin. “[...] Orang yang diculik pasti sesama kriminal. Uang menjadi motivasi utamanya. Selain itu, ada faktor lain seperti mengambil alih wilayah. Misalkan kamu menangkap seseorang dan merampas simpanannya. Kamu lalu mengancam tidak akan tinggal diam jika masih melihat mereka di sana.”

Robin menjelaskan, bandar narkoba kerap menjadi sasaran penculikan karena mereka bisa membayar tebusan, atau setidaknya punya kenalan yang bisa membayarnya. Lebih penting lagi, mereka tidak akan berani melapor ke polisi setelah diculik.

“Beberapa sampai terluka parah,” lanjutnya. “Tapi mereka akan diam saja ketika ditanya polisi.”

Mereka bungkam karena khawatir dengan kemungkinan yang terjadi apabila mereka buka suara. Menurut Sersan Detektif Julie Connor dari Kepolisian Greater Manchester, pelaku penculikan sudah mencari tahu segalanya tentang korban, termasuk tempat tinggalnya. Dengan demikian, ada konsekuensi mengerikan bagi korban dan orang terdekat mereka jika melapor polisi.

Iklan

Banyak korban memilih melupakan peristiwa tersebut, tapi nyatanya tak bisa karena trauma mental dan fisik yang mereka alami. Clint*, misalnya, babak belur akibat dipukul dengan palu oleh saingannya.

“Kaki dan pundak saya rusak permanen,” ungkapnya. “Susah untuk sembuh setelah dipukul dengan palu. Hidupmu berubah untuk selama-lamanya.”

Terlepas dari pengalaman mengerikan ini, Clint menganggap penculikan dan penganiayaan sebagai risiko pekerjaan. “[...] Itulah tugas mereka — merampas [barang] pengedar lain.”

*Nama narasumber telah diubah atas alasan keamanan.

@nickchesterv