FYI.

This story is over 5 years old.

teknologi

Mesin Ini Membuatmu Jago Menggambar, Tak Peduli Kau Berbakat atau Tidak

Selangkah demi selangkah, cara belajar kita mirip cerita film 'The Matrix'. Setidaknya mesin Saurabh Datta membuktikan memori otot manusia bisa direkayasa untuk belajar keterampilan tertentu.
Mesin manipulasi otot buatan Saurabh Datta. Alat ini bisa mengajarimu main piano atau menggambar. Semua foto dari arsip pribadi.

Artikel ini pertama kali tayang di The Creators Project

Dalam novel Brave New World, diceritakan beberapa anak dipilih untuk tinggal di London tahun 2540 lalu dididik via hipnopaedia. Itu istilah untuk proses pengaliran informasi lewat telinga ketika mereka tidur di malam hari. Begitulah setidaknya bayangan manusia di masa lalu. Kau tidur, besoknya sudah jago memasak atau bela diri.

Sayang, mengingat keterbatasan biologis maupun teknologi, ide menanamkan skill judo lewat pikiran seperti di film 'The Matrix' sampai awal Abad 21 masih fantasi fiksi ilmiah belaka. Tapi jangan salah, pelan-pelan cerita tersebut mulai terjadi dalam kenyataan. Saurabh Datta, alumnus Copenhagen Institute of Interaction Design, mendalami ilmu refleksi syaraf yang membantunya menciptakan serangkaian mesin luar biasa. Mesin-mesin ini memanipulasi otot manusia, membantu mempercepat aktivitas seperti menggambar dan memainkan instrumen dengan cara memaksa bagian tubuh melakukan gerakan yang dibutuhkan untuk suatu keterampilan.

Iklan

Datta terinspirasi oleh proyek manipulasi otot lainnya seperti Haptic forestry karya Amid Moradganjeh dan Blind Self Portrait bikinan Kyle McDonald. Saurabh Datta beberapa tahun belakangan fokus menghasilkan serangkaian mesin yang menerapkan sistem feedback dan respon haptic syaraf untuk memahami cara kerja otak manusia. “Saya masih ingat momen ketika saya mulai belajar huruf alfabet bersama guru. Dia menggerakan tangan saya bersama pulpennya dan menjiplak bentuk hurufnya di atas keras beberapa kali,” kata Datta saat diwawancarai The Creators Project. “Setelah tuntunan tangannya dilepas, saya mengulang latihan tersebut berkali-kali hingga otot saya merekam gerakan dan dapat melakukannya sendiri. Saya menggunakan metafora pentingnya menggerakan tangan ketika mempelajari sebuah skill baru.”

Mesin ini ibarat tangan guru yang menuntun gerak tangan pelajar amatir dalam kelas melukis.

Produk pertama hasil penelitian Datta lumayan sederhana: solusi teknologi yang didesain mengajarkan pengguna cara menyentuh tuts piano. Mesin kecil bermotor itu diikat ke pergelangan tangan untuk memanipulasi satu jari menyentuh tuts-tuts tertentu. Setelah berbagai respon dari alatnya terkumpul, Datta mematangkan idenya menjadi rangkuman sebuah proyek tesis: “Saya ingin mengeksplorasi kemungkinan kita menggunakan sistem feedback tenaga robotik untuk mempelajari keterampilan baru, dibantu manipulasi pengembangan memori otot. Dengan demikian teknologi dapat digunakan mendukung dan mengangkat pengalaman ingatan otot manusia," ujarnya. Pendek kata, ini adalah teknologi tahap awal tubuh manusia dimanipulasi untuk menguasai gerakan tertentu.

Iklan

Hasil akhir dari eksperimen Datta adalah Teacher, sebuah mesin yang memaksa lenganmu melakukan gerakan seperti menggambar bentuk-bentuk sederhana macam kotak atau lingkaran. “Saya ingin menciptakan mesin paling sederhana yang bisa memenuhi peran sebagai pembantu eksperimen saya. Ada banyak kekurangan dari mesin ini sendiri, seperti ketika tangan dimasukkan ke mesin, lengannya diangkat, dan tidak dalam kondisi rileks, ini menciptakan sedikit ketegangan,” ujarnya. Datta Menyebut dirinya sendiri sebagai tukang utak-utik seumur hidup. Dia menciptakan dan memprogam tiga prototipe mesin menggunakan bagian dari printer 3D dan EMG node (untuk memonitor perlawanan dari pengguna) hanya dalam 7 hari.

Mengingat mesin tersebut mencakup interaksi antara manusia dengan mesinnya, prosesnya juga tidak selalu mulus. Dalam momen-momen penuh ketegangan, "manusia cenderung ingin mengambil kendali dan mengabaikan mesinnya," ungkapnya. Datta memberi nasehat bagi sesama peneliti yang ingin menghasilkan mesin serupa temuannya. Terutama mesin yang bisa menuntun manusia menguasai keterampilan fisik tertentu. “Alokasi dan pembagian kendali antara manusia dan mesin harus fleksibel agar gerakan mesin tidak terlalu dominan.”

Produk akhir buatan Datta belum sempurna, tentu saja, tapi menunjukkan ada potensi besar bagi mesin mengajarkan manusia bermacam skill secara efisien. “Pelajaran yang diambil adalah bagaimana teknologi bisa menyediakan lebih dari sekedar pilihan biner," kata Datta. Penjelasannya menyiratkan manusia terlalu fokus menghasilkan robot untuk mengerjakan urusan manusia. Padahal, prosesnya mungkin saja dibalik dengan hasil tak kalah efisien: mending bikin robot yang membuat kita jadi manusia super. “Kita bisa meningkatkan desain sistem dibanding sekedar menciptakan robot pelayan. Sistem ini dapat membuat manusia bekerja lebih produktif dan lebih baik daripada mengandalkan robot.”

Iklan

Setelah Teacher terpilih masuk nominasi penghargaan TEI 2015 Student Design Challenge di Universitas Stanford, rasanya pada masa depan nanti, kita tidak akan asing lagi sama mesin yang sanggup memanipulasi otot manusia.

Inilah seluruh bagian dari Teacher saat dibongkar

Kunjungi situs pribadi Saurabh Datta untuk mempelajari lebih detail cara kerja Teacher.