sains dan teknologi

Tiongkok Akan Kirim Satelit untuk Jadikan Bulan Perisai Bumi

Astronom Tiongkok tertarik menyelidiki kondisi alam semesta ketika masih diliputi kegelapan, dengan cara menjadikan bulan perisai dari gangguan sinyal kosmik.
bulan
Bulan. Foto: Christophe Lehenaff via Getty Images

Para astronom di Tiongkok berencana menjadikan Bulan sebagai “perisai” guna menyelidiki “zaman kegelapan” kosmik tanpa gangguan sinyal radio dari aktivitas manusia di Bumi. Zaman kegelapan berlangsung sekitar 200 juta tahun setelah Big Bang dan belum berhasil terjamah manusia.

Dilansir South China Morning Post, misi Discovering the Sky at the Longest Wavelength (DSL), juga dikenal Hongmeng yang diambil dari mitologi Tiongkok, akan mengirim 10 satelit ke Bulan untuk menangkap gelombang radio ultra panjang yang dipancarkan oleh atom hidrogen sebelum bintang-bintang pertama lahir dan menyinari alam semesta. Sinyal radio kuno ini menyimpan sejuta rahasia tentang awal terciptanya alam semesta, namun sulit dikumpulkan karena terhalang oleh gangguan radio yang berasal dari Bumi.

Iklan

Dari ke-10 satelit, sembilan di antaranya akan berfungsi sebagai satelit “anak” yang mengorbit di sisi jauh Bulan, sedangkan satelit induk bertugas menyampaikan informasi ke Bumi. Satelit-satelit ini dirancang agar mampu menangkal sinyal radio yang terpancar dari aktivitas manusia. Tim astronom yang tergabung dalam misi DSL menguraikan rencana mereka dalam jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society A edisi 2020.

Chen Xuelei, profesor Observatorium Astronomi Nasional di Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok yang terlibat dalam proyek ini, menyebut misinya dapat memberi “pandangan sekilas pertama terhadap era kegelapan kosmik”, serta “berpotensi menghasilkan penemuan hebat” di berbagai bidang lainnya, seperti penelitian tentang Matahari, planet, planet luar surya (exoplanet), atau sinyal radio dari galaksi lain.

“Sudah waktunya kita mempertimbangkan pelaksanaan misi luar angkasa yang mengeksplorasi dan memecahkan misteri seputar pita gelombang ini,” demikian bunyi studi yang mengusulkan DSL. “Sebagai misi penjelajah pertama, tujuan utama DSL adalah (1) membuka jendela pengamatan baru dengan memetakan langit dan membuat katalog sumber-sumber utama pada panjang gelombang ini, mengungkap fenomena astrofisika baru pada panjang gelombang ini, dan menemukan hal-hal yang tak diketahui; (2) menjelajahi zaman kegelapan kosmik dengan melakukan pengukuran spektrum global presisi tinggi.”

Misi DSL mulai diuji kelayakannya pada 2015 lalu, dan masih menunggu lampu hijau dari program antariksa Tiongkok. Apabila disetujui, Chen dan rekan-rekan penelitinya akan melakukan persiapan agar misinya dapat diluncurkan pada pertengahan dekade 2020-an. Mereka hanya butuh satu roket untuk mengirim 10 satelit ke Bulan.

“Sinyal radio dengan panjang gelombang ultra panjang berpotensi membuat terobosan besar dalam dunia ilmiah, terutama untuk penelitian yang mempelajari zaman kegelapan kosmik dan periode awal pembentukan bintang di alam semesta,” tim Chen menyimpulkan. “Susunan orbit bulan semacam DSL dapat mengawali upayanya dalam satu dekade mendatang.”