Ikut Pelatihan Motivator Ada Gunanya Engga Sih?

FYI.

This story is over 5 years old.

motivator

Ikut Pelatihan Motivator Ada Gunanya Engga Sih?

Saya mencoba ikut seminar pengembangan diri karena ingin tahu seperti apa rasanya jadi motivator dan apa sih sebetulnya yang bikin industri self-help (dan Mario Teguh) tetap laku.
Hannah Ewens
London, GB

Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.

(Foto utama: penulis artikel ini sebelum menjalani pelatihan motivasi)

Di sebuah serial TV Inggris Peep Show, karakter Jez berniat menjadi terapis tanpa perlu memiliki kualifikasi untuk topik spesifik. Dia berniat menjadi seorang motivator. "Motivator itu seperti menjadi seorang terapis yang membantu orang lain tanpa….harus bekerja keras." Semua penonton serial itu mungkin saja tertawa. Tapi engga tahu deh gimana kalau yang nonton seseorang berprofesi sebagai motivator.

Iklan

Saya sendiri punya banyak pengalaman bisnis motivasi begituan. Tentunya sebagai klien. Saya pernah menghabiskan ribuan poundsterling untuk psikoterapi, terapi perilaku kognitif (CBT), konseling, hipnoterapi, jasa mentor, penyembuhan dengan bola kristal, meditasi dan sebagainya. Saya pernah hampir membayar Rp1,6 juta hanya untuk mendengar seorang perempuan cantik "menganalisa" tubuh saya. Saya juga pernah membayar Rp2 juta/jam untuk seorang perempuan yang tidak punya kualifikasi, namun punya suara yang sangat menenangkan. Dia mengatakan saya susah mendapat pekerjaan karena "memang belum takdir." Saya tidak tahu mana yang lebih terkuras setelah pengalaman kursus tersebut: harga diri atau uang di rekening karena harus bayar ongkos konsultasi semahal itu.

Beberapa tahun lalu saya juga sempat menemui seorang motivator. Sama seperti karakter Jez, dia tidak punya kualifikasi apa-apa. Namun secara penampilan dia menarik dan tinggal di apartemen cantik—yang secara estetika sangat menggugah untuk diunggah ke Instagram—di utara London. Duduk di ruang tamunya yang terlihat persis seperti foto katalog, dia mendengarkan keluhan saya yang sulit mendapatkan pekerjaan. Dia menanyakan pertanyaan-pertanyaan standar seperti "Gimana perasaan anda?" (panik, tidak berguna, sedih) dan "Gimana kira-kira perasaaan anda begitu dapat pekerjaan? (tidak panik, berguna, tidak sedih).

Kalau misalnya menjadi seorang motivator segitu mudahnya, bukankah berarti saya juga bisa menjadi motivator? Gini-gini saya sering memberikan nasihat-nasihat berbau astrologi dan spiritualisme modern secara cuma-cuma ke teman-teman saya. Beberapa motivator profesional biayanya bisa Rp3,2 per sesi loh! Kenapa juga saya gak cari duit dari situ?

Iklan

Motivator adalah bisnis yang besar. Sebuah laporan yang dirilis akhir 2014 menunjukkan bahwa industri pelatihan pengembangan diri bernilai setara Rp13,3 triliun. Itu nilai di Amerika Serikat saja. Berangkat dari fakta ini, saya mengikuti kursus dua hari untuk belajar bagaimana saya bisa mendapat banyak uang dengan cara meningkatkan kualitas hidup orang lain.

Lokasi seminar

Pelatihan saya difasilitasi The Coaching Academy, perusahaan pelatihan motivator terbesar di Inggris secara cuma-cuma. Pelatihan ini diadakan di sebuah ruang multi-fungsi di Holiday Inn. Teh dan biskuit tersedia sepanjang hari.

Ternyata para pesertanya lumayan beragam. Ada orang-orang muda yang belum punya arah dalam hidup, orang-orang yang dipecat dari pekerjaan mereka, ibu-ibu yang belum pernah bekerja kantoran, atau staf kantoran yang dikirim perusahaan mereka dan diharapkan menjadi in-house motivator ketika kembali ke kantor masing-masing. Namun ada satu hal yang jelas: tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi selama dua hari pelatihan. Dan sepertinya bahkan tidak ada yang tahu motivator itu apa.

Secara pribadi, saya meyakinini bahwa kursus pengenalan motivasi berdurasi dua hari ini tidak akan mengajarkan apapun dan tidak lebih dari sekedar jebakan bagi orang-orang bodoh menghabiskan Rp65 juta begitu saja untuk mengikuti paket kursus lengkap penuh omong kosong.

Keyakinan saya salah. Sayangnya, saya harus menandatangani perjanjian yang melarang saya untuk membagikan ilmu yang saya dapat selama pelatihan. Kami juga tidak diizinkan untuk mengambil foto selama pelatihan. Tapi saya bisa mengatakan bahwa saya belajar banyak hal: bagaimana untuk belajar mendengarkan dan bukan malah sibuk memikirkan apa yang anda ingin katakan ketika teman sedang bercerita. Atau bagaimana caranya tidak menjadi seseorang yang serba menghakimi atau memaksakan opini anda ke orang lain. Saya merekomendasikan kursus ini ke siapapun yang ingin menjadi orang yang lebih baik.

Iklan

"Kalau kamu ingin punya pola pemikiran berbeda, kamu butuh orang lain untuk mengubah pola pikirmu."

Kami juga diajarkan bahwa menjadi seorang motivator sebaiknya tidak menyinggung topik-topik berikut: depresi akut dan masalah hubungan pribadi yang serius. Inilah bedanya motivator dengan psikolog—kami disuruh meninggalkan segala bentuk kesedihan dan berfokus hanya pada aspek pengembangan diri.

Setelah dua hari, saya mulai mengerti intisari menjadi motivator. Intinya, seorang motivator membantu klien mencapai tujuan hidup dengan cara mempertanyakan pemikiran mereka selama ini, kemudian menawarkan pilihan yang lebih baik tanpa menghakimi.

Bagian terakhir itulah yang paling sulit. Saya tidak boleh mengatakan terang-terangan bahwa seorang klien sedang berlaku malas atau melakukan sesuatu dengan cara yang salah, padahal saya sudah pernah melakukan kesalahan yang sama. Saya bahkan tidak boleh mengatakan bahwa suami klien saya adalah orang yang brengsek dan mestinya ditinggal cerai saja. Tidak ada ruang untuk penghakiman dalam dunia motivasi. Inilah sebabnya mengapa anda tidak boleh menjadi motivator orang-orang terdekat dalam lingkaran sosial—anda akan tergoda untuk menyuruh mereka melakukan sesuatu atau frustrasi sendiri karena mereka tidak cukup berusaha.

Setelah pelatihan, saya bertemu dengan seorang motivator sukses untuk menguji apakah saya benar-benar bisa menjadi seorang motivator ulung di dunia nyata. Natalie Dee adalah salah satu motivator top di London. Dia banyak memberi pelatihan khusus kepada para eksekutif perusahaan besar.

Iklan

Penulis berfoto bersama Natalie Dee

"Hanya karena anda sudah kursus enam bulan, bukan berarti anda jadi jagoan motivasi," kata Natalie. "Manusia itu kerap dibatasi pemikirannya sendiri, jadi sebagai seorang motivator saya wajib memperluas pemikiran dan wawasan. Yang penting itu kita terus mempertanyakan segala hal. Kalau kita ingin berpikir dengan cara berbeda, orang lainlah yang harus merusak pola pemikiran kita yang lama. Tentu saja hal semacam ini bisa dilakukan seorang diri—tapi ketika ada orang lain, proses ini bisa dipercepat. Tugas seorang motivator adalah mendorong seseorang untuk berpikir dengan cara baru. "

Saya ingin dia menyaksikan saya memotivasi seseorang untuk membuktikan apabila saya—seorang amatir yang baru mengikuti kursus pengenalan selama dua hari—sudah layak dibayar oleh masyarakat umum dan apabila dia—seorang motivator profesional—akan melakukan hal yang berbeda. Kami memanggil dua orang sukarelawan dari kantor sebagai klien uji coba saya.

Penulis melayani klien pertama bernama Charlotte (kanan).

Klien pertama saya, Charlotte, ingin berkarir di bidang konservasi kelautan. Masalahnya, dia tidak punya gelar universitas yang sesuai, sehingga hanya bisa bekerja sukarela. Saya bertanya bagaimana dan kapan dia mencari lowongan pekerjaan di dunia kelautan tersebut. Saya bertanya apabila masalahnya terletak di kurangnya lowongan atau bahwa dia kurang berusaha keras. Asyik, pertanyaan aku mendalam ya? Apakah Charlotte pede kerja di konservasi kelautan? Kalau belum pede, apakah kondisi psikologis itu mempengaruhi usahanya selama mencari lowongan kerja? Dia menjawab mungkin dia punya masalah kepercayaan diri. Mendengar rentetan jawaban itu, sebagai motivator saya merasa bisa sukses. Tandanya adalah empati saya jalan.

Iklan

Sesi dialog untuk motivasi klien

Masalah segera muncul. Saya kehabisan kata-kata dan membiarkan sang profesional, Natalie membantu dalam sesi dialog ini. Natalie mengatakan ada banyak peluang pekerjaan di luar sana untuk bidang kelautan. Natalie menduga Charlotte merasa tidak layak saja. Dia menyabotasi kesuksesannya sendiri. Begitu Charlotte memperbaiki tingkat kepercayaan dirinya, maka situasinya akan berubah.

Klien uji coba kedua bernama Zoe. Dia datang dengan tujuan ingin berhenti mengkonsumsi gula. Adiksinya terhadap gula mempengaruhi kehidupan karir, rasa percaya diri, penampilan, level energi dan kepuasaannya terhadap hidup. Saya bertanya apabila dia bisa mencari kepuasan yang didapat dari konsumsi gula dalam bentuk lain—jalan-jalan sore, secangkir teh, membeli barang, atau lainnya. Natalie langsung menginterupsi dan mengatakan bahwa isu adiksi agak sulit untuk dihadapi karena biasanya ditimbulkan oleh masa remaja. Dia menganjurkan sesi yang lebih lama untuk menyelesaikan masalah ini atau menyerahkannya ke pihak yang lebih mampu. Sangat membantu ketika saya tahu sama seperti terapi dan penyembuhan lainnya, ada hal-hal yang berada di luar batas kemampuan motivator.

Penulis saat melayani konsultasi dengan klien kedua.

Kedua pasien uji coba meninggalkan ruangan dengan harapan punya uang lebih untuk memperkerjakan Natalie sebagai motivator mereka. Saya pun merasakan hal yang sama setelah melalui sebuah sesi dengannya. Dia kerap memotong omongan saya dan mempertanyakan pemikiran saya. Rasanya sangat tidak nyaman. Secara mental, saya merasa lelah dalam sesi tersebut, beda dengan pengalaman-pengalaman saya sebelumnya. Seakan-akan Natalie masuk ke dalam otak saya dengan sebuah sendok dan mengaduk-aduk isinya.

Iklan

Sesi motivasi bukanlah pengganti terapi. "Sering sekali orang datang ke saya setelah terapi selama bertahun-tahun. "Terapi itu suportif dengan cara yang berbeda. Kalau anda ingin ngobrol dan merasa aman, atau membahas sejarah hidup anda, maka terapi itu bagus. Orang mencari motivator karena mereka ingin berubah saat itu juga. Biasanya mereka-mereka adalah orang yang sangat ambisius, biasanya senior di dunia bisnis yang tidak boleh terkesan lemah."

Ketika bertanya ke Natalie apabila saya bisa menjadi seorang motivator hebat, dia bilang mungkin saja, tapi butuh pengalaman panjang. "Apakah kamu mau ditangani oleh dokter yang belum mengalami pelatihan selama bertahun-tahun?" tanyanya. Sudah pasti saya jawab tidak. "Bukan berarti kamu butuh pengalaman tujuh tahun sebelum diizinkan menjadi seorang motivator, tapi tentunya kamu harus mempunyai pengalaman hidup. Dan kamu punya itu: kamu pernah ke terapi dan bermacam-macam perawatan lainnya. Kamu pasti sudah tahu bedanya. Saya sekarang motivator yang lebih baik dibanding 13 tahun yang lalu—karena faktor pengalaman pribadi."

Mudah sekali bagi orang yang tidak mengerti apa-apa nyinyir pada pekerjaan motivator. Mendengar namanya saja—"motivator"—sudah memberi kesan mereka orang-orang sok tahu tentang segala hal, lalu merasa berhak meminta uang atas jasa sok tahu tersebut.

Setelah merasakan kursus dan mencoba jadi motivator, saya menyimpulkan bisnis motivasi—yang berkualitas tentunya—memberi semacam olahraga bagi otak anda. Semuanya logis tanpa omong kosong. Motivator sebetulnya tahu bahwa setiap orang hanya akan mendengarkan diri sendiri, karena semua manusia didesain hanya bisa mengubah kondisinya dengan usaha sendiri. Salah seorang motivator paling terkenal di Indonesia, Mario Teguh sayangnya tidak meninggalkan kesan baik tentang profesi ini. Untungnya, tidak semua motivator seperti Mario Teguh.

Follow penulis lewat akun twitter @hannahrosewens