FYI.

This story is over 5 years old.

Musik

Uncanny Meneruskan Semangat Kebisingan Sonic Youth

Band noise-punk berbahaya dari Bandung, tanpa malu-malu mengungkap musisi yang mempengaruhi mereka dalam rilisan mini-album terbarunya.
Foto dari arsip Uncanny, digunakan atas seizin mereka.

Album mini Uncanny, unit Noise-Punk asal Bandung, yang bertajukFerris Wheel, tak berusaha melebarkan sound grunge/punk yang mereka mainkan. Lima lagu di dalamnya malah merayakan bebunyian klasik. Album mini ini—dirilis Cut Your Ears records—terdengar seakan-akan dibuat sekali take. Atau bisa jadi memang demikian adanya.

Uncanny memanfaatkan lima lagu di album tersebut mengunci sound khas mereka. Hasilnya adalah gabungan sound Manchester dan Seattle yang digeber power chord berisik, gebukan drum yang menderu-deru, dan teriakan di sana-sini.

Iklan

"Kalau saya disuruh mendeskripsikan Ferris Wheel, ini jawaban saya: pemuda usia 20-an, pemarah, penasaran, dan sedang dalam krisis," ujar Indra, bassis Uncanny.

Berdasarkan pengakuan grup power trio ini—vokalis-gitaris R.M. "Suryo" Suryokusumo, bassis Suhyar, dan drummer Athif Aiman—Uncanny dibentuk karena satu alasan: ketiganya bosan jadi penontong konser musik. Surya dan Aiman termasuk veteran di sebuah radio online di Universitas mereka. Band-band berisik macam Nirvana, Sonic Youth, dan Boris sering sekali diputar di radio kampus.

Ketika keduanya mulai menulis musik, Surya dan Aiman seketika sadar apa yang kurang, seorang bassis. Suhyar, kawan sekelas sekaligus penggemar band-band Indie berisik nan urakan jadi incaran mengisi posisi bas. Sayang ada satu masalah: Suhyar belum pernah sekalipun menyentuh bas. Situasi itu rupanya bukan masalah bagi Surya dan Aiman. Ketiganya terlanjur "klop."

Dalam hitungan bulan, band debutan ini bergegas mengeluarkan single yang menghentak, judulnya "Battle of the Minds." Mereka juga sepakat menamai band mereka "Uncanny." Alasannya biasa aja: kata itu kedengarannya enak.

Hasilnya, Uncanny menjelma menjadi sebuah kolektif yang tak malu-malu menunjukkan referensi musisi yang mempengaruhi selera ketiga personelnya. Para punggawa Uncanny pun terlihat masa bodoh jika perkara pengaruh ini nampak di karya mereka.

"Saya bingung bagaimana menjelaskan sound kami," Ujar Suryo. "Yang jelas sih, dulu kami sering cover lagu-lagu Boris, Sonic Youth, dan Nirvana. Akhirnya, kami bikin musik yang mirip karya band-band itu."

Iklan

Meski demikian, Uncanny tak terdengar mencontek habis-habisan tiga band yang disebut belakangan. Uncanny punya tendensi agresif yang bisa ditemukan pada band hardcore modern serupa Metz dan Trash Talk. Bedanya, saat band hardcore lain mengambil formula yang sama dan mengulangnya sampai kiamat, Uncanny rela repot-repot menambahi beberapa sentuhan agar sound mereka terdengar variatif.

"Saya kadang keki saat mendengarkan album yang keren tapi lagunya kedengaran sama," kata Suryo. "Bagus sih, cuma rasanya seperti mendengarkan satu lagu diulang-ulang, liriknya doang yang beda. Ini yang saya hindari saat membuat lagu."

Ferris Wheel berlumuran beragam influence dari pre-grunge sampai hardcore. Cakupan influence Uncanny mungkin tak luas, tapi mereka mencampurnya dengan sangat tepat. "Conform" dan "Back and Forth" kental diwarnai corak rilisan-rilisan awal Sub Pop. "Avalanche" tendengar seperti supergrup punk berisi anggota Sonic Youth dan the Melvins. Sementara versi termutakhir "Battle of the Minds" menyalurkan punk 70-an lewat keganasan sebuah band hardcore.

Melalui semua kebisingan ini, Uncanny menyelipkan lirik-lirik personal. Bagi Uncanny, lagu adalah "sebuah medium menyuarakan pikiran mereka." Makanya, mereka memilih lirik yang personal.

"Kami berusaha menghindari lagu-lagu politis dan lirik-lirik tentang kapitalisme dan industrialisme atau bla bla bla. Alasan kami sih sederhana. Kami tak mau terdengar pretentious. Kami lebih ingin menyanyi tentang perasaan pribadi, sesuatu yang nyambung ke semua orang," kata Suryo.

"Niatnya sih, kami ingin mini album kami tak cuma jadi kumpulan lagu, lebih dari itu mini album kami adalah sebuah pengalaman. Sebuah kisah."