Satwa Terancam

Badak Berevolusi, Culanya Semakin Mengecil Karena Terlalu Sering Diburu Manusia

Penelitian terbaru menyimpulkan ukuran rata-rata cula badak di berbagai wilayah menyusut satu abad terakhir. Pemicunya diduga perburuan ugal-ugalan manusia.
Dipo Faloyin
London, GB
Cula badak mengecil lewat proses evolusi karena terlalu sering diburu manusia 140 tahun terakhir
B. Photo: Manoj Shah

via Getty Images

Sebuah penelitian ilmiah yang baru saja terbit menyimpulkan spesies badak berevolusi selama lebih dari satu abad terakhir, namun bukan karena hal positif. Rata-rata ukuran cula badak terpantau menyusut akibat dampak perburuan massif yang dilakukan oleh pemburu ilegal terhadap badak.

Kesimpulan itu disampaikan tim yang menerbitkan hasil penelitiannya di Journal of People and Nature. Penyusutan ukuran cula ini terjadi di semua jenis spesies badak. Akibat perburuan ugal-ugalan hanya untuk mendapatkan culanya, badak secara alamiah bertahan diri sehingga bagian tubuh incaran itu tidak semenarik biasanya. Cula badak selama ini sering sekali diburu untuk dijual sebagai obat yang diyakini berkhasiat oleh penduduk Tiongkok dan Vietnam.

Iklan

“Bisa disimpulkan bila badak dengan cula kecil peluang bertahan hidupnya lebih tinggi. Karena populasi badak dengan cula besar mengecil, alhasil gen yang terwariskan berasal dari badak-badak bercula kecil menghasilkan evolusi yang bisa kita amati,” demikian kesimpulan tim peneliti.  

Data yang dipakai oleh tim peneliti berasal dari foto serta catatan para peneliti lain terkait bermacam spesies badak selama 140 tahun terakhir. Oscar Wilson, selaku ketua tim penelitian tersebut, menyatakan evolusi ukuran cula ini tidak otomatis mengurangi risiko perburuan liar.

Dia justru khawatir para pemburu akan semakin ugal-ugalan di masa mendatang, mengingat cula berukuran besar bakal sulit didapat. Alhasil, potensi badak yang terbunuh juga membesar.

“Karena pemburu akan menghabisi lebih banyak badak, untuk mengkompensasi penurunan kuantitas cula yang hendak mereka ekspor melalui pasar gelap,” ujar Wilson.

Peburuan cula baru bisa berakhir jika pasar terbesarnya, Tiongkok, berhenti meyakini bila cula berkhasiat sebagai ramuan obat alternatif. Cula sendiri, menurut Wilson, tidak memiliki kandungan yang bermanfaat bagi manusia. Artinya, para pembeli cula terlanjur mempercayai takhayul atau ego memiliki benda eksotis.

“Cula sendiri berguna bagi badak di alam liar untuk mencari pasangan serta membela diri. Penyusutan ukuran cula ini akan turut berdampak bagi kehidupan spesies tersebut,” tandas Wilson.

Merujuk data World Wildlife Foundation, badak termasuk spesies yang terancam punah. Badak hitam menjadi yang paling terancam. Saat ini diperkirakan tinggal ada 30 ribu badak yang hidup di alam liar, khususnya di Afrika dan Asia.