Sosok lelaki muda mengenakan turban berwarna merah jambu mengangkat kedua tangan sambil duduk bersila di lantai. Sepotong roti hangat dijatuhkan di tangannya, yang lalu dia letakkan di atas baki logam di hadapannya. Di samping pemuda itu, duduk perempuan tua mengenakan kain sari berbahan saffron. Dia mengangkat tangannya dan mendapatkan perlakuan serupa. Di sekeliling mereka, yang nampak adalah pemandangan seragam. Ratusan orang duduk bersila di depan baki logam masing-masing.
Bocah kecil berdiri di tepian danau yang mengelilingi Kuil Emas Amritsar. Foto oleh Hán Zhang.
Dua sukarelawan sedang membagikan baki besi kepada pengunjung Kuil Emas. Foto oleh Hán Zhang.
Seorang pria sepuh bertugas memasukkan adonan tepung dalam mesin pembuat roti otomatis. Mesin ini bisa menghasilkan 25 ribu roti per jam. Foto oleh Jenna Belhumeur.
Di pintu masuk dapur umum Kuil Emas, terpampang lukisan sosok Guru Ram Das, sang guru keempat dari 10 mahaguru terpenting ajaran Sikh. Foto oleh Hán Zhang.
Sukarelawan mengoleskan ghee (semacam selai) pada tiap roti. Lebih dari 500 kg ghee disediakan tiap hari untuk menjamu tamu Kuil Emas. Foto oleh Jenna Belhumeur.
Di ruang makan utama, setiap tamu duduk dalam baris yang teratur dan menerima menu seragam. Foto oleh Hán Zhang.
Seorang ibu menuangkan air minum bagi putrinya. Ditemani anak-anaknya, perempuan itu menikmati jamuan ruang makan utama Kuil Emas. Foto oleh Hán Zhang.
Salah satu penganut Sikh yang berziarah ke Kuil Emas menerima piring besi dibagikan para sukarelawan. Foto oleh Hán Zhang.
Ribuan orang berkumpul di Langar. Siapapun itu, tak peduli apa etnis, agama, dan kelas sosialnya duduk bersama di lantai sebagai tanda kesetaraan. Foto oleh Jenna Belhumeur.