Sisi Gelap Pariwisata

Tak Usah Marah Sama Trik Kamera Gate of Heaven Bali, Bila Kalian Pelesir Buat Pamer di IG

Siasat macam di Pura Penataran Agung Lempuyang Karangasem ini dipakai banyak tempat wisata berbagai negara kok. Lagian 'overtourism' malah mendatangkan masalah yang lebih berabe.
Tak Usah Marah Sama Trik Kamera Gate of Heaven Bali, Bila Kalian Pelesir Buat Pamer di IG
Kolase foto oleh VICE. Pemandangan 'palsu' di Pura Penataran Agung Lempuyang [kiri], sumber: Instagram. Suasana asli di gerbang surga [kanan] juga dari Instagram.

Dikhianati tingginya harapan merupakan salah satu penyebab kekecewaan terbesar umat manusia. Apalagi kalau kau terbang jauh-jauh ke sebuah tempat wisata, demi kepuasan visual yang ditawarkan foto-foto Instagram. Sesampainya di lokasi, ternyata kalian ditampar kenyataan bila tempat aslinya tidak seindah foto.

Ini terjadi pada seorang wisatawan Amerika yang imajinasinya terkoyak setelah memergoki penampakan air di salah satu spot foto populer di Pura Penataran Agung Lempuyang, Bali ternyata hanya utak-atik kamera. Triknya, cermin diposisikan sedemikian rupa di bawah kamera ponsel untuk memantulkan visual sehingga terlihat seolah-olah ada genangan air.

Iklan

Twit ini langsung dikomentari netizen internasional penuh antusiasme. Kebanyakan dari mereka menceritakan pengalaman dan pandangannya tentang kasus serupa. Tidak sedikit juga yang menyayangkan bagaimana tipuan kamera berhasil menarik wisatawan mancanegara untuk datang.

Kasus ini punya pesan moral bahwa riset sebelum wisata penting banget agar ekspektasi tetap terjaga. Habis, kalau dikulik-kulik dikit, sebenarnya informasi tipuan kamera ini sudah beberapa kali dibahas di Internet. Saya hanya perlu mengetik nama puranya di YouTube langsung menemukan ulasan seorang travel vloger asal India bernama Antarik Anwesan.

Di video tersebut, Antarik Anwesan merekam perjalanan ke Pura Penataran Agung Lempuyang, di Kabupaten Karangasem, ketika liburan di Bali. Saat sedang mengantre untuk foto-foto di 'Gates of Heaven', begitu julukan populer gerbang utama pura tersebut, ia menunjukkan betapa antrean untuk berfoto di sana bahkan lebih ramai dibanding jumlah wisatawan yang mengelilingi candi. Butuh dua jam buatnya agar bisa berfoto di gerbang kesohor tadi.

Tapi, bukan berarti foto di titik itu murni manipulasi ya. Seorang wisatawan Prancis berhasil mengabadikan momen genangan air secara natural di vlognya yang bisa ditonton di sini. Emang sih, Gates of Heaven versi alami indah banget!

Sebelum kalian ikutan sebal, ingat, trik tipuan kamera untuk menarik minat wisatawan tidak hanya terjadi di Bali kok. Coba geser pakai pesawat terbang ke Brasil, di sana ada satu tempat wisata bernama Pedra Do Telegrafo yang spot foto populernya membuat wisatawan seolah-olah berfoto di tebing curam menantang nyawa.

Iklan

Aslinya ya gaes, tebing curam itu pun hanya tipuan kamera. Wisatawan tidak berpose di tebing curam, melainkan dibebatuan yang nggak begitu tinggi dari tanah.

Contoh lain yang jadi favorit saya adalah tipuan kamera dari tempat wisata sekaligus perpustakaan dan toko buku di Tiongkok. Di tempat bernama Yangzhou Zhongshuge tersebut, ada sebuah ruangan dengan dekorasi cermin hitam di lantai.

Cermin ini kemudian memantulkan rak buku yang melengkung di atasnya. Karena lengkungan sampai langit-langit ruangan, pantulan rak ke cermin menciptakan ilusi seolah-olah terowongan rak buku ada di sana.

Era Instagram memang memudahkan pengelola tempat wisata di seluruh dunia untuk melakukan promosinya tanpa ribet-ribet pasang plang kayak restoran Pringsewu di jalan-jalan lintas provinsi. Namun, kita mesti awas bahwa antusiasme wisatawan datang ke sebuah tempat wisata menciptakan fenomena bernama overtourism. Sederhananya, overtourism berarti keadaan tempat wisata yang tidak mampu lagi menjaga kelestarian tempatnya akibat kunjungan wisatawan yang berlebihan.

Misalnya saja Taj Mahal. Destinasi paling populer di India ini dinding marmernya menguning karena polusi. Sementara Sungai Yamuna,yang berada di sekitar Taj Mahal, didaulat sebagai sungai paling tercemar di India. Pedra Do Telegrafo yang disebut sebelumnya juga tidak luput dari overtourism. Di bebatuan tempat wisata tersebut, ditemukan banyak coretan para wisatawan merusak keindahan alaminya. Omong-omong soal vandalisme, jadi ingat kalau beberapa jamaah umrah tahun ini sempat menemukan stiker caleg Golkar di Gua Hira, Tanah Suci Makkah.

Akhir tahun lalu, The World Tourism Organization (UNWTO) mengeluarkan laporan studi tentang overtourism dengan 18 studi kasus tempat wisata urban di Eropa, Amerika, dan Asia Pasifik. Sayang, hasil laporan tersebut menyatakan bahwa tidak ada solusi umum yang bisa menjadi pegangan semua tempat wisata di seluruh dunia untuk menghindari overtourism.

Pokoknya, kata laporan ini, yang terpenting adalah kerja sama antara pemangku kepentingan, masyarakat, dan investor karena setiap tempat mempunyai masalah spesifik yang unik. Selain itu, buat kalian turis atau calon wisatawan, sabar aja kalau ternyata spot yang kalian incar tak seindah foto-foto Instagram. Makanya, pelesir diniatkan saja cari pengalaman bukan ngejar momen untuk dipamerkan ke media sosial.