FYI.

This story is over 5 years old.

Perencanaan Keuangan

Alasan Kenapa Saya dan Suami Tidak Pernah Berbagi Uang Penghasilan Kami

Saya memutuskan untuk mandiri secara finansial setelah menikah. Empat tahun kemudian, saya masih belum mempertimbangkan untuk membagi uang gaji dengan suami.
Istri dan Suami Tidak Harus Berbagi Uang Penghasilan Bulanan
Foto dari Stocksy

Saya enggak pernah mau membagi uang dengan suami. Terserah kamu mau bilang saya serakah atau apa. Saya ini orangnya super hemat, sedangkan suami punya kebiasaan beli kopi mahal tiga kali seminggu. Saya akan mudah geram kalau membaginya dengan suami, dan melihat dia menghambur-hamburkan uang begitu saja. Lebih baik kami tidak menggabungkan uang daripada nantinya jadi masalah, kan? Secara statistik, gaji saya lebih rendah 21 hingga 46 persen darinya karena saya seorang perempuan. Kenyataannya, gaji saya masih lebih baik dari suami yang bekerja sebagai instruktur yoga. Meskipun begitu, untuk apa saya menyisihkan setengah gajiku hanya karena sudah menikah?

Iklan

Kami sudah terbiasa patungan sejak pacaran, baik itu untuk beli bahan makanan atau bayar sewa apartemen. Kami sering bergantian membelikan makanan, dan bahkan bayar setengah-setengah waktu beli Subaru bekas. Saya sulit memercayai kalau kita harus membagi uang gaji dengan pasangan setelah resmi menikah. Namun, agak menjengkelkan juga kalau harus terus mengingat-ingat siapa yang terakhir kali beli bensin. Sebagai solusi, kami memutuskan untuk pakai kartu kredit bersama buat pengeluaran yang dibayar berdua. Setiap bulan, saya akan membayar tagihan dari rekeningku dan mengirim permintaan Venmo supaya dia membayar bagiannya.

Saya membantu keuangan suami ketika dia di-PHK, begitu juga dengannya. Dia membantu saya ketika belum dapat kerja. Akan tetapi, kami selalu mengganti uangnya. Apa salahnya kalau saya bisa mandiri secara finansial setelah menikah? Bukankah bagus kalau saya tidak perlu bergantung pada suami untuk bayar uang sewa setelah saya menghabiskan uangnya? Enggak ada yang membuat saya lebih bahagia selain menambah jumlah uang tabungan setiap bulannya. Saya bakalan senang banget lho kalau bisa menemukan cara baru untuk berhemat.

Ternyata, bukan saya saja yang melakukan ini. Laporan yang diterbitkan oleh Bank of America pada 2018 menunjukkan bahwa 28 persen dari pasangan millennial tidak menggabungkan keuangannya, sementara hanya ada 11 persen dari pasangan Generasi X dan 13 persen dari Baby Boomers yang melakukan ini. Fakta ini membuktikan bahwa dinamika hubungan saat ini sudah berubah dan banyak perempuan muda yang sudah diberdayakan. Pergeseran ini juga terkait dengan gagasan “ fuck off fund,” yang menyinggung kerentanan perempuan yang kurang mandiri secara finansial untuk meninggalkan pasangan atau pekerjaan yang tidak sehat.

Iklan

Hubungan pernikahan jauh lebih akur dan romantis

Anonimitas mungkin menjadi alasan terbesar kenapa saya memisahkan keuangan. Kami juga tidak pernah mempermasalahkan pengeluaran dan tabungan pribadi. Jujur, saya tidak tahu seberapa banyak uang yang ada di dalam rekening tabungan suami. Saya juga enggak pernah mempermasalahkan kebiasaan beli kopi mahalnya asalkan dia masih bisa membayar setengah dari uang sewa dan tagihan kartu kredit.

Ada sesuatu yang menarik bagi teman saya Amy Stanley, yang sudah lama berpacaran dan tidak menyatukan keuangannya dengan pasangan. “Kamu enggak perlu merasa bersalah setiap kali lapar mata, begitu juga dengan pasanganmu. Hal ini bisa mengurangi risiko cekcok karena masalah keuangan. Saya suka beli lipstik dan produk skincare. Pasanganku enggak paham kenapa saya suka banget melakukannya, tapi dia tidak mempermasalahkannya karena saya beli pakai uang sendiri.”

Bagi saya, tidak membagi penghasilan dengan pasangan itu seksi. Saya tahu kalau suami memakai uangnya sendiri ketika dia mengajak makan malam atau membelikanku hadiah. Saya merasa sangat disayangi dan dihargai sebagai istri. Coba bayangkan kalau kami pakai uang tabungan bersama. Ujung-ujungnya nanti kami menggerutu kalau uangnya habis. Misalnya, mending uangnya dipakai buat beli sesuatu yang lebih penting daripada makan malam di luar.

Apa yang akan terjadi selanjutnya untuk masa depan keuangan kami?

Teman-teman saya yang sudah menikah—sebagian besar memiliki hipotek, anak dan rekening bank bersama—berpendapat kalau kami harus mengubah metode keuangan kami ketika hidup semakin rumit. Teman tertua saya, Alison Goodhart, punya metode keuangan yang berbeda setelah menikah. Gajinya lebih besar, tetapi dia tidak masalah kalau membagi penghasilannya dengan suami. “Saya heran kenapa kamu tidak membagi uangmu setelah menikah. Bagi kami, semuanya jadi lebih mudah dan masuk akal.”

Baiklah. Metode saya mungkin masih aneh di mata orang lain, tetapi banyak lho perempuan yang mulai menyadari kalau kita masih bisa kok menyayangi pasangan tanpa membagi uang gaji dengan mereka. Mandiri secara finansial itu sangat masuk akal dan bisa menjamin masa depan.

Saya menikah dengan suami karena saya cinta sama dia, bukan karena saya butuh uangnya. Saya harap kamu merasakan hal yang sama.