Politik

Hanum Rais Dulunya Dokter Gigi dan Novelis, Kenapa Pilih Jadi Politisi Penuh Kontroversi?

Hanum Salsabila Rais bisa hidup tenang kalau dia mau. Jauh dari kontroversi dan perang statement di media sosial, tidak mengenal perundungan netizen, apalagi dilaporkan ke polisi gara-gara cuitan.
Hanum Rais Sukses Jadi Dokter Gigi dan Novelis, Kenapa Memilih Jadi Politisi?
Sumber foto dari akun Facebook Hanum Rais.

Hanum, anak kedua politisi Amien Rais, sepertinya mewarisi semangat sang bapak dalam hal bikin opini kontroversial. Terakhir, Kamis minggu lalu (10/10), di tengah banjir simpati kepada Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan HAM Wiranto yang ditusuk orang, Hanum mengambil jalan kontroversial: mengetwit bahwa peristiwa tersebut rekayasa belaka.

Opini Hanum bukan monopolinya sendiri, tapi tak banyak orang yang berani menyatakannya. Perilaku tak peka keadaan sulit ditoleransi di Indonesia. Sekontroversial apa pun seseorang, ketika ia ditimpa musibah, sakit, atau meninggal dunia, konvensi sopan santun tidak mengizinkan aibnya dikorek-korek di momen bersamaan. Salah satu contohnya adalah simpati yang tetap mengalir ketika politisi Partai Demokrat Almarhum Sutan Bhatoegana diketahui sakit kanker dan akhirnya meninggal dunia.

Iklan

Dan itulah yang kemudian dituai Hanum. Meski twit itu akhirnya dihapus (atau dalam kata-kata Hanum, “terhapus”), ia menjadi sasaran kemarahan banyak orang karena dianggap tak peka. Sehari setelah twit itu diluncurkan, Hanum Rais dilaporkan Relawan Jam'iyyah Jokowi-Ma'ruf Amin ke Bareskrim Polri dengan tuduhan menyebar berita bohong.

Sebelum ikut menjadi komentator politik di dunia maya, Hanum sudah punya karier beragam. Perempuan Aries kelahiran Yogyakarta, 12 April 1982, ini tamatan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada. Pada sebuah wawancara dengan Kala Journal, Hanum bilang ia merasa salah jurusan. Karier dokter gigi bukan yang ia inginkan karena passion-nya jurnalistik. Di akhir masa kuliahnya, ia memutuskan menyambi jadi presenter di TVRI dan Jogja TV.

Masih di wawancara yang sama, Hanum mengaku baru menanggalkan atribut kedokteran secara utuh ketika lulus dan menjadi presenter berita Reportase di Trans TV. Hanya saja, tiga tahun berselang, Rangga Almahendra, suaminya yang ia nikahi pada 2005, melanjutkan pendidikan di Austria dan mengajaknya ikut pindah. Pada awalnya Hanum menolak dan lebih memilih menjalani hubungan jarak jauh demi karier masing-masing. Namun, saran dari bapak dan ibunya membuat Hanum memutuskan ikut ke Austria. Dari sinilah rekam jejaknya sebagai novelis dimulai.

Kesulitan berbahasa Jerman membuat Hanum tidak mungkin bekerja atau berkuliah di Austria. Rangga lantas menyarankan daripada bengong memandang salju (ini bercanda loh), lebih baik Hanum ikut dengannya ke kampus dan menulis sesuatu di perpustakaan sembari menunggu. Dari situ, ia menulis novel pertamanya yang kemudian difilmkan, 99 Cahaya di Langit Eropa. Selain menulis novel, Hanum juga sempat menjadi koresponden Detik di Eropa.

Iklan

Setelah kesuksesan novel pertamanya, Hanum Rais sang presenter pelan-pelan lebih dikenal masyarakat sebagai Hanum Rais sang novelis. Dari situ ia menelurkan novel-novel lain seperti Bulan Terbelah di Langit Amerika (2014), Faith and the City (2015), dan yang terbaru I am Sarahza: Di Mana Ada Harapan, Di Situ Ada Kehidupan (2018).

Menjelang Pemilu 2019, ayah Hanum, Amien Rais, kembali mengambil posisi sebagai oposisi totok yang kerap meluncurkan kritik-kritik kepada pemerintah. Pada 2018, Hanum memutuskan berdiri bersama sang ayah dengan terjun ke politik. Ia masuk ke jajaran Wakil Sekretariat Pengurus Harian DPW Partai Amanat Nasional (PAN) D.I. Yogyakarta dan mencalonkan diri menjadi anggota dewan pada pemilu 2019 bersama tiga saudara kandungnya: Hanafi Rais, Mumtaz Rais, dan Baihaqy Rais.

Pemilu usai, hanya Mumtaz yang gagal. Hanum Rais kini seorang legislator.

Ia diingat masyarakat sebagai die hard capres 02. Selain tangisannya kala mendukung Ustaz Abdul Somad sebagai calon wakil presiden Prabowo, Peristiwa yang paling diingat netizen pada masa-masa kampanye tahun lalu ialah ketika Hanum menangis di sebelah Ratna Sarumpaet.

Oktober 2018, Ratna muncul di depan publik dengan wajah bengkak, mengaku habis dipukuli oleh sosok tak dikenal di Bandung. Kubu Prabowo menyebutnya baru saja menjadi korban kekerasan karena posisi Ratna sebagai jurkam nasional Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi. Prabowo dengan ditemani Amien Rais (yang berstatus Ketua Dewan Kehormatan PAN) sampai mengadakan konferensi pers di rumah Prabowo di Jakarta Selatan untuk mengungkap kezaliman itu kepada media.

Hanum yang turut ada di sana hari itu kemudian mengunggah video tangisan pembelaannya untuk Ratna di Instagram. "Saat ini saya bersama Bunda Ratna Sarumpaet. Saya bisa merasakan, beliau buat saya adalah Cut Nyak Dien masa kini, Kartini masa kini adalah Bunda Ratna Sarumpaet dan mungkin Bunda Neno Warisman," ujar Hanum Rais dalam video itu. Ketika Ratna ketahuan berbohong dan mengaku sebagai pembuat hoax terbaik, Hanum segera menghapus unggahan tersebut. Simpati netizen mengalir kepada Rio Dewanto, menantu Ratna, tapi tidak kepada Hanum.

Meski kena prank Ratna Sarumpaet, Hanum nyatanya tetap melenggang mengamankan 1 kursi di DPRD DIY dengan perolehan 23.657 suara untuk Dapil Sleman pada pemilu kemarin. Resmi sudah ia menjadi politisi. Posisinya saat sudah pasti akan membuat cuitan opini Hanum ke depan akan berpengaruh lebih besar.

Hanum memang belum sebulan menjabat dan sudah bikin blunder, tapi saya masih punya harapan Hanum bakal sadar jabatannya bukan untuk nangis-nangis di media sosial doang. Dan untuk kali ini, saya juga berdoa buah jatuh lumayan jauh dari pohonnya.