Nazar Yang Menghasilkan Album Perdana (Sekaligus Terakhir) Boyz Got No Brain
Foto dari arsip pribadi BGNB.

FYI.

This story is over 5 years old.

Hip Hop Indonesia

Nazar Yang Menghasilkan Album Perdana (Sekaligus Terakhir) Boyz Got No Brain

Inilah sekelumit cerita proses kelahiran kembali ikon G-funk Indonesia yang terus yakin Cawang hip hop belum mati.

Nazar yang terucap pada 2005 itu akhirnya benar-benar terpenuhi. Album 'Bunga Trotoar' lahir. Gerry Konaedi dan Alphonso Parulian 'Rulli' Sagala , dua sahabat yang tumbuh bersama di Cawang, Jakarta Timur, bertemu kembali setelah tak bersua lebih dari tiga tahun. Rulli, lebih dikenal lewat moniker Rullionzo di atas panggung, mengajak Gerry kembali mengaktifkan kembali unit hip hop Boyz Got No Brain (BGNB); grup yang sangat legendaris dalam kancah hip hop Indonesia walau cuma punya dua single saja sepanjang karirnya. Gerry, nama aliasnya adalah Xaqhala, tidak langsung mengiyakan. "Ntar deh, kalau elo sama gue udah 40 tahun dan kita masih ngerap, ayo bikin album."

Iklan

Gerry tidak punya alasan khusus kenapa patokannya harus 40 tahun. Namun dia menganggapnya bentuk rasa syukur, karena mereka masih diberi berkah kehidupan sampai usia kepala empat. Hal yang sempat tidak dia bayangkan, mengingat Rulli pernah tersandung masalah kecanduan narkoba parah. Berselang dua dekade, mereka hidup stabil dan punya pekerjaan mapan.

"Dulu rock n' roll-an kita lah dibanding anak-anak zaman sekarang," kata Rulli saat ditemui VICE Indonesia sesudah acara peluncuran album barunya 'Bunga Trotoar' di Jakarta Selatan pertengahan bulan ini. Keduanya mengenakan tampilan topi snapback, baju dan celana gombrong khas rapper old school. Garry lebih outspoken, sementara Ruli cenderung chill. "Gue sendiri pernah di sel 5 hari gara-gara mabok berantem di jalanan," sambung Gerry. Selama tak aktif di bawah bendera BGNB, Rulli sebetulnya terus menekuni musik. Dia bergabung dengan Gang Potlot, merilis tiga album, serta berjuang dengan adiksinya terhadap putau. "Untungnya dia udah gendutan sekarang," ujar Gerry sambil tertawa. BGNB merasa perlu menegaskan status sober tersebut dalam single mereka buat album baru, 'Belaga Belgi'—yang video klipnya sekaligus menjadi bukti cinta Gerry dan Rulli buat Cawang.

"20 tahun BGNB/masih ada, masih keras, masih gagah/bawa ni gaya/ga lagi mendem/udah ga pernah ngeganja."

Nazar yang diucapkan Gerry sempat hampir terlupakan. Tak bisa dipungkiri, keduanya lama tak tampil di kancah hip hop walaupun keliru mengatakan mereka pergi sepenuhnya. Gerry berkerja sebagai pengusaha vendor garmen, lantas sering beraktivitas antara Yogyakarta dan Jakarta. Sedangkan Rulli, sejak 2003, bekerja sebagai operasional manager dari sebuah perusahaan rekreasi di Bali. Titik balik terjadi pada 2016. Gerry merilis Young Wack, diproduksi oleh Hellhouse Records, di bawah komando Alex Sinaga a.k.a Donnero. Track itu adalah diss terhadap Young Lex yang dianggap mendiskreditkan beberapa nama rapper legendaris Indonesia. Gerry menghubungi lagi sobat lamanya, Rulli, memintanya menjadi rapper tamu. Mereka pun teringat pada nazar lama merilis album di usia 40. Proses rekaman album baru berjalan sangat cepat, simultan di Yogyakarta dan Bali, tak sampai dua pekan jika digabungkan. Lalu, lahirlah Bunga Trotoar.

Iklan

BGNB adalah salah satu unit hip hop yang paling awal muncul di Indonesia. Digawangi dua sahabat yang lengket satu sama lain di Kampung Dalam, Cawang Atas, Jakarta Timur. Mereka menemukan hobi yang sama: menyanyi. "Gue nemu foto di umur tiga tahun, sama Rulli nyanyi buat di ulang tahun gue. Jadi udah dari kecil tuh," kata Gerry sambil tertawa.

Sejak SMP kelas 3, Gerry mulai menunjukan kesukaannya terhadap hip-hop. Namun, baru masuk SMA Gerry mengetahui Ruli, kawan baiknya, menyukai hip-hop ketika suatu saat dia kaget melihat Ruli tampil di TV, ngerap bersama band SMA 26 Jakarta. "Kita tuh dulu walaupun tetanggaan tapi mainnya jauh-jauhan, sampai tiba-tiba suatu hari, 'Loh, ngapain nih si Ruli ngerap di TV.'" Sejak itu Gerry dan Rulli makin intens berkomunikasi, lantas memutuskan untuk jalan berdua dan akhirnya Boyz Got No Brain terbentuk. Pada 1992, tahun BGNB dikibarkan, demam hip hop sedang melanda Indonesia. Benihnya menyebar sejak akhir dekade 80'an lewat tren tari kejang (sebutan lokal untuk breakdance). LL Cool J, MC Hammer, atau Salt N Pepa adalah nama-nama yang dikenal anak-anak muda Jakarta, diputar di radio-radio hits kala itu. Iwa K dan Denada, dua nama yang kini juga menjadi legenda, berhasil tembus kontrak rekaman dengan label mainstream.

Di tengah euforia tersebut, BGNB bergerak cepat menangkap satu tren yang menyapu pantai barat Amerika Serikat: G-Funk. Rulli, terutama, mengembangkan flow dan delivery nyantai yang sangat pengaruh khusus Snoop Dogg. Ketika akhirnya Musica Studio menawari BGNB bergabung dalam kompilasi Pesta Rap Vol.1, Rulli dan Gerry menghasilkan single yang terasa berbeda dibanding lagu-lagu rap lain di album ikonik tersebut. Judulnya 'Nyamuk', liriknya membahas harfiah soal lelaki kapiran yang sebal diganggu hewan penyedot darah. Tapi secara sound, BGNB yang paling terasa kontemporer dibanding rapper lain. Walaupun liriknya silly abis, terbukti 'Nyamuk' menjadi satu dari tiga single andalan Pesta Rap.

Iklan

Herry 'Ucok' Sutresna, salah satu dedengkot hip hop Bandung, sejak awal menyadari BGNB merupakan salah satu talenta paling berbakat dalam Pesta Rap. Dia curiga, ada tekanan kreatif yang membuat BGNB harus rela nge-rap dengan tema yang lebih menyerupai lawakan. "Gue yakin, kalau enggak ada intervensi label, mereka juga enggak akan nge-rap soal nyamuk."

Pada 1998, BGNB kembali lagi dengan "Aku Ingin Pergi" untuk Pesta Rap Vol III. Kali ini mereka tak lagi bermain-main. Single tersebut menyentuh isu serius tentang depresi dan bunuh diri. Gaya BGNB yang khas menarik perhatian salah satu major label besar di Indonesia. Gerry bercerita sudah menerima down payment sebesar Rp5 juta. Kala itu, Indonesia dilanda krisis moneter. Uang itu terhitung sangat besar. "Dulu gue sampai udah beliin jam dan kalung," ujarnya. "Kalau sekarang cuma dapet dua [sepatu] Jordan kali" lanjutnya tertawa.

Materi album pertama itu sudah 100 persen selesai. Mendadak A&R label itu meminta mereka merilis single yang ramah radio. Gerry dan Rulli merasa kreativitas mereka diremehkan. "Ya udah, mending elu rekrut talent lain aja," kata Gerry, menirukan ucapannya dulu. Album perdana mereka batal lahir.

Sebagian materi lama itu akhirnya kembali masuk ke Bunga Trotoar. Album ini mereka upayakan menjadi esensi dari rangkuman sound hip-hop yang tak lekang tren. Sebagian track malah sangat kental nuansa sound 90'an. "Kita ninggalin skema hip hop waktu itu gitu aja," kata Gerry. "Orang-orang cuma tau BGNB punya dua lagu, dan itu menurut gue enggak bisa gambarin BGNB secara utuh. Nah album ini untuk ngegambarin dan ngasih inget BGNB tuh masih slengean dan ngasal seperti yang orang-orang inget dulu."

Iklan

Alex sebagai produser mengatakan karakter suara BGNB memang pas dengan g-funk. "Sebenernya gak kepikiran untuk make G-Funk, cuma ya mikir 'Oh BGNB, musiknya tuh pasnya kayak gitu," ujarnya. Album ini direkam hanya 10 hari—lima hari di Jogja dan lima hari sisanya di Bali—yang menurut Alex 'mengalir' begitu saja. "Kita ga well prepared," kata Alex. Penyebabnya BGNB pada saat itu hanya punya tiga materi saja yang siap. Untungnya Gerry dan Ruli menyiapkan banyak lirik yang mereka catat di ponsel. "Jadi abis pagi sarapan, gue bikin musik, sore ketemuan. Gue udah siapin musik A & B, mereka tinggal milih aja mana yang mereka mau, nentuin tema, terus bikinnya on the spot," ujarnya.

Untuk album pertama dan terakhir, proses rekaman 'Bunga Trotoar' memakai setingan studio yang 'seadanya'. "Kita mic dan speakernya aja pinjeman. Bahkan vocal boothnya aja kita bikin satu sudut ruangan yang dibanyakin selimutnya" kata Alex. Album ini pun juga didukung oleh sumbangan dana dari teman-teman BGNB di Cawang jelas Gerry. Bagi orang yang cukup peka terhadap kualitas teknik musik sekalipun, album ini lucunya tidak terdengar semurahan itu mengingat cara rekamannya tersebut . "Yang sakti yang mixing," ujar Alex sambil tertawa.

Selain itu, sesuai prediksi Ucok, BGNB memang sebetulnya tak pernah terlalu tertarik menulis lirik tentang nyamuk dan sebangsanya. Lagu dengan judul yang sama dengan albumnya, "Bunga Trotoar", merupakan lagu yang mengangkat suara-suara kaum yang termarjinalkan oleh masyarakat. Di track 'Ikut-Ikutan', BGNB menyentuh tren hijrah yang membuat musisi maupun orang-orang awam semangat beragama namun cenderung gampang mengkhawatirkan.

Iklan

Tapi, BGNB merasakan batasan soal lirik-lirik nakal. Mereka menyadari sudah tidak muda lagi. Topik seperti 'Cewek Rusak' (single Xaqhala pada 2002) atau 'Aku Ingin Pergi' tak dapat lagi menghiasi repertoir duo tersebut. "Soal tanggung jawab sosial mah kita bisa ngomong sembarangan, tapi gue sekarang udah enggak bawa diri doang," Ujar Gerry. "Gue enggak mau sampe gara-gara lagu gw 'Cewek Rusak', anak gue liat cewek bandel dikit terus mikir 'Ah cewek itu rusak' gara-gara babe gue," ujarnya.

Mereka pun mengaku bahwa album ini akan menjadi album pertama dan terakhir mereka. Alasannya? seperti perkara lirik di atas. Rulli mengatakan punggawa BGNB sekarang sudah punya tanggung jawab yang lebih besar dibanding tanggung jawab sosial ataupun pribadi, yaitu keluarga. dan itu bagi mereka sangat berpengaruh.

Lalu, kenapa ditengah-tengah model bisnis yang release single di Spotify atau semacamnya, BGNB ngotot mengeluarkan album fisik? "Karena hip hop di Indonesia itu belum banyak referensi album, dan musisi rap itu butuh ditempa album." Kata Gerry. Ruli kemudian berkata kalau bikin single itu gampang, tapi kalau album itu susah karena berkonsep. "Kalo elo mau lebih rock n roll dari kita, keluarin album deh!" ujarnya. BGNB juga berencana untuk memecahkan rekor Muri sebagai album hip-hop lokal pertama yang semua lagunya memiliki video klip.

Akan menarik bagaimana album, dan kembalinya formasi Gerry dan Rulli sebagai BGNB, diresepsi kedepannya oleh pasar milenial yang mungkin lupa atau bahkan tidak tahu siapa BGNB itu. Apalagi selera pasar saat ini lebih menyukai gaya musik trap atau super bass yang bisa mengiringi anak muda meneguk sebotol Absolute Vodka sambil fist pumping atau joget ala Post Malone dalam club. Paling tidak, bagi mereka yang enggan mempedulikan tren, album pertama dan terakhir mereka adalah surat cinta buat kancah hip hop Indonesia. Gerry mengucapkannya lantang dalam 'BGNB', track yang diharap bisa menjadi kredo kesenian mereka.

"For the love of the game, for the love of hip hop, since day one it's never been my day job."