FYI.

This story is over 5 years old.

media sosial

Youtuber di Seluruh Dunia Makin Nekat Melakukan Apapun Demi Meraup Klik

Apakah Youtuber papan atas masih peduli etika? Atau sebenarnya etika sebenarnya tak ada sejak awal?
Foto dicuplik dari Youtube.

YouTube telah menjadi pusat hiburan semua orang—terutama yang berumur 25 tahun ke bawah—yang terobsesi dengan topik tertentu. Makeup? Ada. Unboxing mainan? Ada. ASMR? Ada. Mudah sekali untuk terobsesi dengan kehidupan orang lain yang sebetulnya juga gak segitu menariknya, tapi sebetulnya di mana batasnya? Apakah boleh menghalalkan apa saja demi mendapat view untuk video bikinanmu?

YouTube memang menyediakan outlet untuk orang muda agar suaranya didengar—terutama bagi komunitas-komunitas marginal—bintang YouTube macam Alissa Violet, FaZe Banks, the Paul brothers, PewDiePie, dan Jenna Marbles menghasilkan banyak uang hanya dari mengunggah video rekaman kehidupan mereka: stunt-stunt bodoh ala Jackass, tanya jawab dengan teman, video mereka menyelesaikan “tantangan,” dan bahkan hanya membawa iPhone X menggunakan tongsis untuk merekam kehidupan sehari-hari mereka yang “wah”. Generasi bentukan YouTube ini cepat atau lambat akan mencapai puncaknya, dan kepopuleran para seleb YouTube ini hanya akan bertahan selama masih ada penonton.

Iklan

Perkembangan tersebut mengantarkan kita pada kasus rumit melibatkan Yotuuber Logan Paul. Dia adalah bintang YouTube yang luar biasa populer. Paul mengatakan di menit-menit terakhir 2017 bahwa dia akan mengunggah sebuah video dari liburannya di Tokyo. Paul bersama beberapa teman menyewa pemandu tur lokal untuk membawa mereka berjalan-jalan di Hutan Aokigahara.

Paul mengklaim dia dan teman-temannya ingin mengeksplor sisi supernatural hutan tersebut, dan spot yang dimaksud dikenal sebagai tempat bunuh diri banyak orang. Tentunya, ini bukan lokasi yang pantas untuk dijadikan tempat berburu hantu. Saya tidak berpura-pura mengenal Paul atau mengerti apa yang dia pikirkan sebelum pembuatan video ini, tapi satu hal yang pasti: dia dan teman-temannya bertemu seseorang yang telah meninggal akibat bunuh diri. The Independent masih menyimpan sebagian video yang kini sudah dihapus, di mana kamu bisa melihat reaksi ngeri Paul melihat mayat orang yang telah meninggal.

Nyatanya Paul memutuskan tetap merekam jasad tadi dan mengunggahnya ke YouTube. Dia juga mempromosikan video tersebut seperti video-video dia lainnya, tidak menunjukkan belas kasihan atau kesusilaan yang pantas, dan akhirnya berujung ke dua kali permintaan maaf yang jelas tidak memadai serta mengundang kecaman banyak orang.

Kelakuan Paul tidak mengherankan ketika kita melihat video-videonya yang lain dan kelakuannya yang emang norak. Memulai karir sebagai bintang Vine sebelum pindah ke YouTube, Paul (dan saudara lelakinya, Jake) menghasilkan jutaan dollar melakukan stunt dan perbuatan-perbuatan bodoh demi menghibur followernya—atau sebutannya “Logang.” Videonya “Why 2017 Was the Best Year of My Life” menampilkan rezeki material yang dia dapat, termasuk rumah senilai US$6,5 juta, jam Rolex, dan sebuah mobil yang dinamai “The Yeti.”

Iklan

Dalam video yang sama, Paul mengingat bagaimana dia memalsukan kematiannya sendiri, mengirimkan teman dalam sebuah koper, dan bermasalah dengan aparat Italia setelah dia dan Jake berusaha menerbangkan sebuah drone di atas Colosseum. Jadi biarpun belum jelas seberapa besar karirnya akan terpengaruh oleh insiden ini, bukti di masa lampau menyiratkan bahwa tipe kelakuan semacam ini justru membuatnya semakin dicintai banyak orang. Jadi kenapa juga dia harus berhenti?

Setelah berhari-hari bungkam soal isu ini, YouTube mengunggah pernyataan resmi yang mengutuk kelakuan Paul. “Banyak dari kalian frustrasi karena kurangnya komunikasi dari kami. Dan kalian berhak merasa begitu. Bunuh diri itu bukan bahan lelucon, dan seharusnya tidak digunakan untuk mendapatkan view. Kanal ini telah melanggar panduan komunitas kami, kami bertindak sesuai aturan, dan mencari tahu konsekuensi yang layak. Kami butuh waktu untuk merespon, tapi kami telah mendengarkan semua suara kalian. Kami tahu bahwa perilaku seorang kreator bisa mempengaruhi seluruh komunitas, jadi kami akan berbagi sebentar lagi langkah yang kami ambil untuk memastikan video seperti ini tidak akan bersirkulasi lagi.”

Semenjak itu, Paul juga harus menelan konsekuensi dari perbuatannya: Dia dihapus dari acara populer YouTube Red, Foursome dan juga program Google Preferred (yang menjadi panduan brand beriklan lewat kanalnya). Tak hanya itu, YouTube juga menunda semua proyek Paul lainnya.

Tentu saja Paul bukanlah satu-satunya bintang YouTube yang tetap digilai biarpun sedang menghadapi skandal serius. PewDiePie, salah satu akun terpopuler dan paling banyak di-follow di YouTube, sempat mencoba membenarkan penggunaan istilah rasis dan anti Yahudi dalam video. Awal minggu ini, YouTuber ngetop Shane Dawson menghadapi tuduhan pedofilia setelah sebuah episode podcast lama kembali muncul di mana dia mengucapkan bahwa anak berumur enam tahun itu “seksi”. YouTuber sukses lainnya, DaddyOFive membangun bisnisnya memainkan “gurauan” terhadap anak-anaknya, menyebabkan banyak orang mempertanyakan apabila konten yang dimaksud sebagai hiburan justru terlihat seperti pelecehan anak.

Paul bisa dibilang menghadapi konsekuensi terberat semenjak skandalnya tersebar, dan respon YouTube terhadap insiden macam ini di masa lalu bisa dibilang masih setengah setengah. Sesudah insiden komen rasial PewDiePie, kerjasamanya dengan YouTube studio Maker milik Disney dan acara reality show YouTubenya, Scare PewDiePie dibatalkan; YouTube belum mengeluarkan respon resmi tentang kontroversi Shane Dawson; DaddyOFive kehilangan hak asuh dua anaknya setelah dia dan istrinya menghadapi tuntutan pengabaian kesejahteraan anak di bawah umur, tapi YouTube tidak pernah mengeluarkan respon resmi dan kanal MommyOFive dan DaddyOFive terus berlanjut.

Secara umum, nampaknya kultur YouTube belum memiliki kebijaksaan yang pantas hingga insiden macam itu sudah terjadi. Ketika konten yang dihasilkan bertentangan dengan kesusilaan dasar masyarakat yang seharusnya dipahami manusia dewasa, kita perlu mempertanyakan batasnya. Coba pikir deh: Kalau seseorang menunjukkanmu sebuah mayat di kehidupan nyata, kamu pasti akan menghubungi polisi, alih-alih merekamnya. Kenapa kita tidak menuntut YouTuber dengan standar yang sama?