FYI.

This story is over 5 years old.

Berita

Ratusan Ribu Warga Korsel Menuntut Presiden Mundur Akibat Skandal Politik

Presiden Park Geun-hye terbukti membocorkan dokumen rahasia negara kepada sobatnya, Choi Soon-sil, tokoh gereja karismatik diduga mengendalikan presiden perempuan itu. Demonstrasi telah berlangsung tiga pekan berturut-turut.
Foto oleh Associated Press

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Ratusan ribu orang turun ke jalanan Ibu Kota Seoul, Korea Selatan akhir pekan lalu, menuntut Presiden Park Geun-hye mundur. Sang presiden perempuan itu tersandung skandal korupsi politik serius akibat kedekatannya dengan seorang pemimpin sekte keagamaan. Unjuk rasa telah berlangsung tiga pekan berturut-turut.

Demonstrasi di Negeri Ginseng itu dipicu oleh temuan media massa, bahwa Presiden Park membagi dokumen rahasia negara kepada kawannya, pendeta perempuan bernama Choi Soon-sil yang merupakan tokoh gereja karismatik. Walaupun keduanya sejak lama dikenal sangat dekat, tindakan Park dianggap masyarakat sebagai sebuah skandal, karena Choi bukan seorang pejabat pemerintah.

Iklan

Jaksa penuntut Korsel sudah menjerat beberapa pasal penipuan serta penyalahgunaan kekuasaan kepada Choi, namun dibantah oleh yang bersangkutan. Aliran dana bernilai jutaan Dollar ke yayasan yang dikelola Choi kini juga dibidik aparat hukum Korsel.

Juru Bicara Kepresidenan Korsel menanggapi unjuk rasa ratusan ribu orang pekan lalu. Dia mengatakan Presiden Park, "mendengar sekaligus memahami penyebab masyarakat kecewa, serta menyadari situasi ini sangat serius bagi masa depan pemerintah."

This is why South Korea is a democracy pic.twitter.com/KsftEkVQ23
— Daniel Tudor 다니엘 튜더 (@danielrtudor) November 12, 2016

Park, presiden perempuan pertama sepanjang sejarah Korsel, terpilih pada Februari tiga tahun lalu. Dia baru menjalani periode pertama yang berakhir 2018. Dalam konferensi pers, Presiden Park mengakui telah membagikan dokumen rahasia kepada Choi, serta dua kali meminta maaf secara terbuka kepada rakyat Korea Selatan. Kendati demikian, permintaan maaf ini tidak diterima begitu saja. Tingkat kepuasan rakyat pada Park merosot hingga tinggal lima persen.

"Masyarakat marah dan merasa terkhianati karena sistem demokrasi di negara kita telah diakali. Kehendak rakyat diabaikan," kata Junhee Lee, salah satu pengunjuk rasa saat diwawancarai NPR.

South Korea: Is it a party or a protest? It's kind of both. People are reveling in being together, calling for the president to resign. pic.twitter.com/t7IPaP9mA9
— Anna Fifield (@annafifield) November 12, 2016

Iklan

Choi, pemicu semua skandal ini, adalah pemimpin Gereja Kehidupan Abadi, salah satu organisasi keagamaan terbesar di Korsel. Choi adalah anak pendiri gereja itu, yang ajarannya mencampurkan Kekristenan, Buddhisme, dan takhayul lokal.

Berdasarkan pemberitaan surat kabar lokal Korsel, Choi mengaku bisa bercakap-cakap dengan orang mati, serta memberi jimat tolak bala bagi para pengikutnya. Ayah Choi dekat dengan ayah Presiden Park, yakni Park Chung-hee, yang dulu menjabat sebagai presiden Korsel pada era 1970-an. Pendeta Choi kala itu akrab dengan sang presiden setelah istrinya dibunuh mata-mata Korea Utara pada 1974.

Choi dan Park, dua anak perempuan dari tokoh besar Korsel masa lalu, dinilai rakyat bukan hanya sekadar bersahabat. Banyak warga Korsel yang percaya jika Choi adalah otak sebenarnya dari semua kebijakan Presiden Park selama tiga tahun terakhir.

"Tidak bisa kita hanya mengatakan 'oh, mereka saling kenal'; masalahnya lebih rumit dari itu. Choi menyerupai Rasputin, sementara Presiden Park Geun-hye hanyalah bonekanya," kata David Kang, seorang pakar kajian Korea di University of Southern California, saat diwawancara CNN.

Pemerintah Korea Utara memantau unjuk rasa dan skandal yang sedang membelit pemimpin negara tetangganya itu. Pekan lalu, surat kabar corong pemerintah Korut, Rodon Sinmun, melansir artikel sepanjang lima halaman khusus membahas korupsi Presiden Park, serta berlangsungnya unjuk rasa besar-besaran di Seoul dan berbagai kota besar Korsel lainnya.