Tiongkok

Tiongkok Hapus Ujian Tertulis untuk Pelajar SD, Banyak Wali Murid Malah Emosi

Para orang tua di Tiongkok khawatir anak mereka menjadi tak kompeten dalam bidang akademik jika jumlah ujian dikurangi.
Murid sekolah sedang ujian
Foto: Luo Yunfei/China News Service via Getty Images

Pemerintah Tiongkok memerintahkan agar semua sekolah mengurangi jumlah ujian demi mengurangi beban murid.

Pada Senin, kementerian pendidikan Tiongkok juga melarang ujian tertulis untuk murid kelas 1 dan 2 SD. Sementara itu, murid yang lebih tua hanya boleh melaksanakan satu kali ujian di akhir semester.

Dalam pernyataan online, pemerintah mengungkapkan kebijakan ini merupakan inisiatif terbaru negara untuk mengurangi beban akademik pelajar. Sebelumnya pada Juli, pelajar Tiongkok tak lagi diizinkan mengikuti bimbingan belajar di luar jam sekolah. Larangan ini sontak menyebabkan anjloknya pasar saham dan gelombang PHK di industri pendidikan yang dulunya sangat menguntungkan.

Iklan

Selain mencegah agar pelajar tidak tertekan, langkah tersebut diharapkan dapat mengurangi pengeluaran orang tua dan menjamin pertumbuhan anak yang sehat. Pengamat melihat pemerintah tampaknya ingin memperkuat dominasi sekolah negeri dan mendorong orang tua memiliki banyak anak.

Dengan diberlakukannya kebijakan ini, sekolah dasar dan menengah dilarang memberikan ujian setiap pekan atau bulan. Guru juga tidak diizinkan melakukan penilaian rutin di setiap mata pelajaran—praktik yang sering terjadi di masa lalu. Menurut kementerian pendidikan, ujian akhir semester harus fokus pada “pengetahuan dasar” dan tidak boleh terlalu sulit.

Mereka juga tidak boleh memberi ranking berdasarkan hasil tes, lalu menyebarkannya ke grup chat orang tua. Guru kini dilarang mengatur tempat duduk sesuai skor ujian. Lebih lanjut, sekolah mesti mengadopsi cara inovatif, seperti menggunakan kecerdasan buatan dan big data, saat menilai perkembangan murid di berbagai bidang, seperti olahraga, seni dan kesopanan.

Langkah-langkah ini bertentangan dengan tradisi lama sekolah Tiongkok yang penuh ujian dan ranking. Peserta didik dipersiapkan sejak awal untuk menghadapi ujian perguruan tinggi setelah lulus SMA.

Ujian diyakini sebagai cara paling efektif memastikan murid memahami apa yang mereka pelajari selama ini.

Netizen justru menentang pengurangan jumlah ujian ini. Mereka mengkritik langkah tersebut hanya akan mempersulit pelajar, orang tua dan guru karena persaingan mendapatkan sekolah dan universitas berkualitas di Tiongkok sangat sengit.

Iklan

“Bagaimana kita bisa tahu mereka telah mengalami kemajuan belajar kalau tidak dites?” bunyi komentar teratas di postingan media pemerintah di situs mikroblog Weibo. Komentar bernada kritik kemudian dihapus.

Sejumlah orang tua merasa harus menguji anak mereka di rumah untuk memastikan tidak ketinggalan pelajaran.

“Sekolah dasar merupakan fondasi,” bunyi komentar lain di Weibo. “Siapa yang akan bertanggung jawab kalau anak tidak bisa belajar dan membiasakan diri dengan ujian tulis, lalu mengejar ketinggalannya nanti?”

Sebagian besar generasi muda Tiongkok tumbuh di sistem pendidikan yang terobsesi dengan ujian. Beberapa tak yakin kebijakan ini dapat berlaku efektif. Pada akhirnya, pelajar harus memperoleh peringkat tinggi apabila ingin masuk universitas terbaik.

“Jika anak tidak dapat menghadapi ranking ujian, bagaimana mereka bisa menghadapi tantangan hidup yang lebih berat nanti?” tanya seorang pengguna internet.

Follow Viola Zhou di Twitter.