FYI.

This story is over 5 years old.

Kecantikan

Wajah Seperti Kaca Jadi Tren Kecantikan Asal Korsel Terbaru Melanda Internet

Ketika kita mengira orang-orang sudah menerima jerawat dan pori-pori besar, rupanya banyak yang ingin terlihat seperti boneka porselen.

Artikel ini pertama kali tayang di i-D Magazine.

Sejak zaman baheula, orang-orang, sebagian besarnya laki-laki, menyamakan makeup dengan topeng. Pada 2015, mahasiswi 20 tahun Ashley VanPevenage menyaksikan fotonya viral setelah dijadikan meme yang menghina penggunaan makeup. "Ini nih kenapa kita mesti ngajak renang saat kencan pertama," bunyi meme foto sebelum vs sesudah itu. Awalnya, foto itu diambil untuk menunjukkan kehebatan makeup untuk menutupi kondisi jerawat yang parah. Konsep makeup sebagai topeng terkadang memberdayakan. Pada 2017, saat politisi laki-laki AS menghapuskan hak-hak reproduksi dan menyombong soal kekerasan seksual, sebagian dari kita menganggap highlight mengkilat sebagai tameng feminin. Di sisi lain, seniman-seniman seperti Petra Collins justru mencopot topeng tersebut dan mendorong warganet untuk menormalisasi pori-pori dan jerawat.

Tren kecantikan Korea terbaru bukanlah proteksi melainkankan tampilan menyerupai kaca, seakan-akan kita bisa pecah kapan saja. Tampilan yang disebut "glass skin" ini bisa dicapai dengan sebuah filter Instagram; tapi pada kenyataan, dibutuhkan berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan untuk membangun tampilan tersebut. Tagar #GlassSkin sejauh ini menampilkan sekitar 500 foto produk-produk dan selfia (dan satu ayam resep Samoan). Serangkaian produk tersebut digadang-gadang sukses menghilangkan noda, dan membuat kulit supple, lembut, awet muda, dan tembus cahaya. Efeknya sangat memuaskan, seperti memegang layar iPhone baru sebelum kamu memasangkan pelindung layar dan sehelai rambut nyelip di antarannya.

"Ini adalah tanda keremajaan dan salah satu kualitas yang sangat diincar di Korea," ujar Alicia Yoon, penggagas situs kecantikan Peach & Lily, pada Refinery 29. "Meski begitu, kombinasi tekstur yang sangat mulus dan sangat tembus pandang ini sangat sulit dicapai hanya dengan mengaplikasikan serangkaian produk." Seperti tren kecantikan Korea lainnya, kulit kaca hanya bisa diraih lewat gaya hidup yang telaten. Yoon menyebut 10 langkah K-beauty yang digembor-gemborkan di Barat sebagai bullshit belaka, begitu pula dengan facial lendir siput dan masker red wine. Tampilan ini tidak membutuhkan concealer atau fondation, melainkan hal yang lebih intrusif. "Ada dua tahapan untuk mendapatkan glass skin," papar Yoon. "Pertama, kamu harus pakai exfoliator atau penglupas supaya kulit yang tampak adalah yang halus dan bersinar. Kedua, serum untuk menghidrasi supaya kulit makin terlihat seperti kaca." Diusap saja, jangan dibasuh, lalu ulagi. Setelah itu, aplikasikan SPF atau tabir surya. Sebagian perempuan yang mengupayakan tampilan ini menggunakan 7 Langkah Kecantikan yang viral, di mana mereka menggunakan 7 toner berbeda. "Dengan melapisi tonermu berkali-kali, kulitmu bisa menyerap kandungan yang melembabkan, dan akhirnya membuat kulitmu lembab dan sehat," ujar Young-Ji Park, penggagas merek kecantikan Korea, Prupletale. Purpletale terkenal karena "5 Langkah Kecantikan" yang mana lebih ringkas. Tapi, banyak sedikitnya langkah tidak selalu berpengaruh pada tingkat kelembaban. Kamu, kan, tak sedang memanggang kalkun yang mengharuskanmu mengoleskan mentega berulang kali. Kulit kaca lebih soal esensi kelembaban ketimbang supersaturasi. Kulit kaca bukan sesuatu yang unik dalam hal mempromosikan citra boneka cantik yang mudah pecah. Sensasi Instagram seperti Lil Miquela dan Koti Rose memicu perdebatan pada bagian komentar soal bedah plastik dan Photoshop, karena mereka tampil tanpa cacat. Miquela, model Instagram CGI dari California, baru-baru ini disebut "mister terbesar Instagram" oleh surat kabar Washington Post. "Di budaya Barat, kita melanggengkan kecemasan soal realness—terutama di media sosial, yang seringkali bukan untuk mendokumentasikan kehidupan seseorang, dan lebih soal membentuk mitos-diri," tulis Caitlyn Dewey. "Adalah hal mencengangkan betapa banyak aplikasi dan media sosial baru yang mengaku melawan premis itu, bahwa mereka adalah tempat kita bisa menjadi diri sendiri, tanpa ada yang berusaha tampil, di mana semua hal 'otentik'." Kulit kaca tidak berusaha melawan premis ini, apalagi menuntut otentisitas. Tapi, tren ini tetap bersitegang dengan hal itu. Tren ini tak lain adalah kecantikan alami yang dirancang untuk tampil palsu.

"Porselen" sejak lama menjadi standar emas bagi kulit indah di Korea, sebagaimana disinggung Scaachi Koul dalam artikelnya di Buzzfeed. Artikel itu juga membahas bahasa rasis pada iklan-iklan produk kecantikan. Namun seringkali, hal ini tak berkaitan dengan kolonialisme melainkan keangkuhan kelas. Masyarakat kelas pekerja memiliki kulit lebih gelap karena mereka harus bekerja di luar ruangan, atau berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain. Tapi, perihal kulit kaca, kalau kamu enggak terlalu obsesif, hal ini bisa dipandang sebagai bentuk kesenangan yang tidak berbahaya. "Selain berkat accutane, langkah-langkah kecantikan Korea adalah satu-satunya yang terbukti membantu masalah jerawat saya," tulis seorang komentator. "Kulit saya bertransformasi dan ini adalah rutinitas perawatan diri yang menyenangkan." Selain itu, yang kayak gini enggak luntur pas dibawa renang pada kencan pertama. (Tapi, ya, ngapain juga kita berkencan sama cowok semenyedihkan itu???)