FYI.

This story is over 5 years old.

kesehatan fisik

Temuan Sains: Kalau Dulu Sering Olahraga, Kita Bisa Jadi Bugar Lebih Cepat

Temuan ini bikin kita senang lantaran kelas olah raga yang kita ikuti dengan malas dulu ternyata ada gunanya.
Studio Firma/Stocksy 

Masih ingat kalau kamu pernah kuat lari keliling lapangan sepakbola empat kali tanpa ngos-ngosan pas masih SMA?

Jangankan kamu, otot kamu juga masih ingat kalau kamu pernah sebugar walau sekarang otot-ototmu itu cuma dipakai buat jalan ke dispenser saban kali kamu pengin bikin kopi. Malah, menurut sebuah penelitian terbaru, latihan kekuatan fisik bisa mengubah selama-lamanya otot-otot kita, entah itu dengan merombak DNA atau membuat nuklei otot tadi. Dengan demikian, kalau dulu kita semasa remaja kita pernah sangat bugar dan ikut latihan kekuatan fisik, kemungkinan besar kamu akan cepat fit kembali dibutuhkan oleh divisimu untuk ikut kompetisi futsal antar kantor cabang. Malah mungkin yang paling penting, dampak penggunaan steroid atau obat-obat penambah kebugaran lainnya akan bertahan cukup lama setelah obat-obat tersebut tak lagi dikonsumsi.

Iklan

Sejak dekade ‘60an, para ilmuwan sudah menemukan indikasi bahwa berolah raga di masa muda bakal menguntungkan kita di kemudian hari. Hanya saja, mereka belum bisa menjelaskan korelasinya, kata Kristian Gundersen, seorang profesor fisiologi dan biologi sel di University of Ohio. “yang baru kita ketahui adalah bahwa nuklei ‘tak pernah’ hilang.” katanta. Penemuan diungkapan dalam dua riset, yang pertama dilakukan pada 2010 dan yang kedua digelar tiga tahun kemudian. “Awalnya, nuklei diduga ‘direkrut’ selama proses hipertrofi [atau, dalam bahasa orang awam, membengkak] dan hilang ketia massa otot hilang [prosesnya disebu antrofi]. Ternyata dugaan ini salah, dan proses inilah membentu memori otot.”

Dalam riset pada 2013, yang dipublikasikan di Journal of Physiology, Gundersen dan periset lainnya menyuntikan streroid pada tikus dan mengamati perkembangan tubuh tikus tersebut. Sementara, tikus-tikus dalam kelompok placebo melakukan serangkaian latihan fisik tanpa dibantu stereoid. Para periset kemudian menghentikan pemberian steroid selama tiga bulan dan kedua kelompok tikus kembali ke berat tubuh awlanya. Akhirnya, kedua kelompok tikus kembali menjali latihan fisiksik yang keras. Ternyata dalam enam minggu massa otot tikus yang pernah diberi steroid. Sementara itu, tikus dari kelompok placebo tak mangalami perkembangan massa otot berarti.

Riset tersebut memusatkan diri pada pembentukan nuklei baru dalam sel otot. Berlawanan dengan apa yang pernah kita pelajari di bangku SMA, sel otot bisa memiliki lebih dari satu nuklei. Rupanya, latihan kekuatan fisik adalah katalis ampuh untuk membentuk nuklei tambahan. Bahkan setelah kita berhenti berolah raga secara teratur, nuklei tambahan tersebut tak bertahan, walau tak ada yang tahu untuk berapa lama. Pada riset tahun 2013, tiga bulan masa penghentian pemberian steroid setara dengan sepuluh persen rata-rata umur tikus.

Iklan

Penelitian lain yang menegaskan bahwa olah raga punya dampak dengan jangka panjang dipublikasikan di Scientific Reports pada 2018. Makalah penelitian tersebut menyebutkan bahwa perkembangan otot bisa mengubah DNA kita.

Periset dalam penelitian ini memeriksa 850.000 titik dalam DNA manusia dan menemukan gen tertentu terlepas dari rangkaiannya dalam sebuah latihan fisik. “Ketika lebih sedikit gen terangkai (atau terlepas dari rangkaian), gen akan aktif,” jelas Adam P. Sharples, peneliti utama dalam riset tersebut dan dosen senior mata kuliah fisiologi sel dan molekul di Keele University, Inggris. “Latihan yang bertujuan untuk mengembangkan otot sejatinya melepaskan sejumlah DNA sehingga beberaga gen aktif dan menolong perkembangan otot.”

Bahkan setelah peserta riset berhenti berolah raga, perubahan dalam DNA ini tak menghilang.

“Riset seperti ini sangat susah dilakukan pada manusia,” ujar Sharples, sembari membeberkan bahwa peserta riset ini adalah atlet angkat besi pemula yang bersedia melakukan latihan fisik berat selama tujuh minggu. “Mereka kesakitan,” kata Sharples. Lebih parah lagi, setelah mereka berhasil menggembungkan otot, mereka harus mengembalikannya ke massa otot semua, untuk menandai bahwa tanda-tanda dalam DNA mereka tak hilang seiring turunnya massa otot. Setelah itu, mereka diminta mengulang kembali latihan fisik mereka untuk membuktikan bahwa perubahan DNA yang terjadi membantu mereka lebih cepat membesarkan otot. Untungnya, atlit-atlit pemula ini berhasil melakukannya.

Patut dicatat, riset ini tidak dibarengi dengan penggunaan obat-obat penambah kebugaran, jadi kita tak tahu apakah perkembangan otot dengan bantuan steroid juga bisa mengubah DNA. kelemahan lain riset ini adalah sampel penelitian dinilai terlalu kecil, hanya delapan orang. Terakhir, semua riset yang disebut di atas hanya mengandalkan latihan kekuatan tubuh. Walau ada penelitian pendahuluan yang menyimpulkan bahwa latihan ketahanan fisik bisa mengubah DNA, saat ini belum banyak bukti yang menegaskan bahwa nuklei baru dalam sel otot bisa bertahan dalam jangka panjang.

Tetap saja, temuan bahwa otot menyimpan memori saat kita lebih bugar (dan membantu kita kembali ke kondisi itu dengan lebih cepat jika memang mau) sangatlah menggemberikan. Setidaknya, pelajaran olah raga yang dulu kita ikuti dengan malas-malasan di bangku SMA ada gunanya juga.