FYI.

This story is over 5 years old.

Seni Jalanan

Mural Anti-Trump Muncul di Bali

Seniman Graffiti Charlie McFarley meyakini Bali adalah tempat terbaik untuk mengkritik sosok Donald Trump.

Maraknya graffiti dan street art di Pulau Dewata punya komponen yang pas mengubah Bali menjadi pusat street art di Asia Tenggara. Siklus bangun-gusur demi menunjang kebutuhan properti pariwisata menyediakan dinding-dinding kosong yang bisa dimanfaatkan oleh artis secara legal maupun ilegal. perkembangan graffiti di Bali juga didukung oleh budaya setempat yang secara inheren sudah dari sononya artistik.

Iklan

Intinya, Bali adalah lahan bermain menyenangkan bagi para seniman jalanan.

Dalam waktu dekat, Pulau Dewata—sebuah keterkaitan antara tradisi dan kebudayaan modern—bakal disusupi oleh tetek bengek politik internasional dengan sangat halus. Seorang seniman asal Inggris, Charlie McFarley bakal datang ke Bali, menginvasi dinding-dinding kosong Bali dengan pesan-pesan perlawanan yang diguratkan dengan spray paint.

"Gampangnya, alasan utama saya datang ke Bali dan menggambari dindingnya adalah karena tensi politik Amerika tengah buruk—terutama menyangkut maraknya sentimen agama—dan semua kericuhan di luar sana," ujar Charlie. "[Trump] juga punya lahan di Indonesia—negara muslim terbesar di dunia. jadi, makin kuat saja alasannya saya untuk melakukan ini."

Beberapa waktu lalu ramai diberitakan bahwa Pan Pacific Nirwana Bali Resort yang sepenuhnya dikelola oleh MNC Group akan segera dirombak menjadi sebuah resort yang dimiliki Trump. Proyek tersebut yang telah menuai kritik keras pemilik lahan lokal dan kecaman dari media internasional berpeluang memicu konflik kepentingan menyangkut kebijakan luar negeri Donald Trump. Meski Trump telah menyerahkan kendali bisnis propertinya pada anaknya, banyak pengamat yang menilai keputusan ini tak akan mengubah apa-apa. Alasannya? tentu saja karena hubungan ayah dan anak sangatlah kental. besar kemungkinan, Trump masih punya pengaruh dalam pengambilan keputusan-keputusan yang substansial.

"Di masa sepertinya, street art harusnya bikin kita tertawa. street art harus menjadi sangat kartun, menggunakan warna yang mencolok. Intinya, karakter kartun dengan twist yang gelap," ujar Charlie. "Saya banyak menyigi tentang kemubaziran, dan kegilaan manusia akan konsumerisme."

Charlie, seorang bomber veteran dari London Timur yang sudah beraksi dari awa dekade 90an, mengembangkan gayanya setelah dikenalkan kepada sebuah karakter yang kerap nongol di tembok-tembok London. Tak lama setelah itu, Charlie mulai mengembangkan karya-karya yang lebih mirip kartun. salah satu nama yang mempengaruhi Charlie adalah Vaughn Bodē.

Terletak jalan utama Canggu, tepatnya di dinding Love Anchor Complex, sebuah karya kreatif bernafas anarkis digubah oleh Joseph Askins. Karya ini sangat terinspirasi dengan pengalamannya tinggal di community development dan melakoni gaya hidup squatting di London pada dekade 90-an.

"Apa yang terjadi di Canggu sedikit banyak menggambarkan apa yang terjadi di dunia," ujar Joseph "dengan warna dan mood ala Bali, karya ini menyigi tentang datangnya investasi asing. belum banyak yang membahas hal ini. Padahal Trump menandatangani dekrit muslim ban dan di waktu yang sama berinvestasi di negara muslim terbesar di Indonesia. Ini baru yang namanya munafik."