FYI.

This story is over 5 years old.

Sepakbola

Skandal Pengaturan Skor Kembali Mengguncang Sepakbola Asia Tenggara

AFC melarang 22 pemain dan official dari Laos dan Kamboja beraktivitas di bidang sepakbola seumur hidup, setelah diduga menjadi antek bandar judi.

Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) menjatuhkan sanksi larangan beraktivitas seluruh hidup kepada puluhan pemain dan official yang terlibat pengaturan skor. Investigasi masih berlanjut untuk membuktikan sejumlah klub, termasuk tim nasional, berperan aktif dalam skandal yang berlangsung sejak 2014 itu. Sejauh ini pemberitaan media massa menunjukkan yang paling banyak disanksi adalah atlet dan official dari Laos serta Kamboja.

Iklan

"Komite Disiplin AFC menjatuhkan larangan beraktivitas seumur hidup terhadap 22 orang dari asosiasi sepakbola Laos dan Kamboja, yang terlibat pengaturan pertandingan di kompetisi Laos khususnya Lao Toyota FC," kata juru bicara komite melalui keterangan tertulis. "Bukti awal menunjukkan praktik pengaturan skor ini sudah berlangsung sejak 2014 dan masih terus berlangsung hingga saat investigasi dilakukan."

Berdasarkan keterangan AFC, 18 pemain terbukti terlibat pengaturan pertandingan untuk memperoleh untung dari jaringan judi bola. Ada lima pemain lainnya khusus membujuk sesama atlet untuk terlibat dalam upaya pengaturan skor.

Lao Toyota FC adalah klub profesional yang bermarkas di Ibu Kota Vientiane. Sebagian dari 15 pemain yang dilarang bertanding seumur hidup turut membela timnas Laos. Pengurus Timnas Laos membantah sekaligus mengecam keputusan Komite Disiplin AFC.

"Sanksi ini dijatuhkan tanpa ada bukti-bukti yang kuat," kata Peas Sothy, pelatih klub Polisi Nasional FC saat diwawancarai surat kabar Cambodia Daily. "Saya hidup dari sepakbola. Kalau saya tidak boleh lagi bekerja, jelas hidup saya berakhir. Saya harus ngapain sekarang? Jadi pengendara ojek? Jadi pengendara cyclo (becak)?"

Mantan pelatih timnas Laos terkejut melihat banyak sekali anak didiknya yang terjerat kasus skandal pengaturan skor ini. "Mereka selalu serius saat latihan dan berjuang mati-matian selama pertandingan," kata Steve Darby ketika dihubungi terpisah. "Saya yakin mereka tidak akan terlibat skandal semacam itu. Memang ada satu yang pernah saya keluarkan dari timnas, tapi karena alasan lain."

Pengaturan skor adalah masalah klasik yang kerap terjadi dalam pertandingan sepakbola Asia Tenggara. Rendahnya gaji pemain, bahkan di liga yang sudah mapan seperti Thailand, membuat banyak agen judi bola mengiming-imingi mereka bonus besar bila mau terlibat pengaturan pertandingan. Pada 2016, dua wasit Thailand menerima sanksi AFC larangan beraktivitas seumur hidup karena terbukti bersalah mengatur pertandingan sepanjang kurun 2013-2014.

Sedangkan bagi penggemar sepakbola di Indonesia, kita tentu tidak akan lupa dengan Nasirudin, wasit PSSI yang dicokok aparat karena berusaha menyuap official Timor Leste supaya bersedia mengalah lawan Malaysia dalam ajang SEA Games 2015. Dia mengaku bersalah atas tuduhan itu atas alasan dibujuk bandar judi saat butuh uang, kemudian dipenjara 30 bulan. PSSI juga menjatuhkan sanksi larangan beraktivitas 10 tahun pada Nasirudin, karena dia pun terbukti menerima suap dari banyak tim selama memimpin pertandingan Liga Indonesia.

Mantan pengatur skor di berbagai divisi liga sepakbola Indonesia, Bambang Suryo, buka-bukaan saat diwawancarai media. Dia menyatakan praktik suap kepada pemain maupun pelatih, sudah menjangkit di sepakbola Indonesia sejak 2010. Rata-rata uang suap berasal dari bandar judi. Bambang mengaku setidaknya punya bukti 18 pertandingan Liga Divisi Utama telah diatur skornya. Akibat tindakannya menjadi pelapor atas praktik lancung tersebut, Bambang sempat diancam dibunuh oleh orang tak dikenal. PSSI tidak pernah serius menanggapi kicauan Bambang.

Dan yang jauh lebih legendaris adalah Mursyid Effendi, bek timnas Indonesia, yang sengaja membobol gawang sendiri untuk agar Indonesia dan Thailand tidak bertemu di babak lanjutan Piala Tiger 1998. Walaupun dilakukan bukan atas motif uang, tindakan Mursyid membuatnya dilarang bersepakbola seumur hidup oleh FIFA. Tindakan Mursyid itu pula yang melahirkan istilah "sepakbola gajah".