Hong Kong

Geng Kriminal 'Triad' Mulai Meneror Demonstran Pro-Demokrasi di Hong Kong

Anggota Triad—jaringan kriminal terkenal di Asia—yang menyerang aktivis agar berhenti demo melawan Cina diduga terpengaruh kepentingan bisnis.

Rabu (24/7) lalu Kementerian Pertahanan Tiongkok mengingatkan warga Hong Kong bahwa Tentara Pembebasan Rakyat dapat segera bergerak sepihak "menjaga ketertiban sosial" jika ratusan ribu aktivis tak kunjung menghentikan demonstrasi.

Pernyataan tersebut disampaikan seusai demonstran berhasil menghancurkan Kantor Konsulat Tiongkok di Hong Kong akhir pekan lalu. Aktivis masih menuntut rancangan undang-undang ekstradisi dicabut sepenuhnya, dan percaya Beijing memperdaya mereka. Beleid itu akan mengizinkan Partai Komunis melemahkan sistem peradilan independen Hong Kong.

Iklan

Kementerian Luar Negeri Tiongkok menganggap Amerika Serikat terlibat dalam kekacauan politik Hong Kong sebulan terakhir. CCTV, televisi resmi pemerintah Tiongkok, meluangkan sepertiga siaran malamnya mencela aksi "demonstran radikal" yang merusak kantor konsulat.

Siaran tersebut sama sekali tidak menyebut adanya 100 orang menyerbu stasiun kereta bawah tanah Distrik Yuen Long dan menyerang aktivis menggunakan tongkat kayu dan besi. Rombongan demonstran itu diserang sepulang dari lokasi unjuk rasa. Paling sedikit 45 orang luka-luka akibat serangan ini.

"Keretanya masih di stasuin dan belum bergerak, jadi kami terjebak di dalam," kata Tommy Tse, demonstran yang jadi saksi penyerangan itu kepada VICE News. "Rombongan berkaos putih itu menyerang penumpang kereta. Sebagian besar penumpang hanya warga biasa, termasuk lansia dan perempuan."

Gerombolan bersenjatakan tongkat kayu dan bilah besi itu diduga merupakan anggota Triad Hong Kong, jaringan mafia lokal yang kesohor. Sejam kemudian, polisi menahan enam orang, beberapa di antaranya memang berkaitan dengan Triad.

"Warga Hong Kong sudah tidak lagi mempercayai polisi," kata Tommy kepada VICE News. "Aparat tidak pernah hadir saat dibutuhkan."

Ini bukan pertama kali Triad menyerang aktivis pro-demokrasi. Selama Revolusi Payung 2014, polisi menahan 19 orang yang berkaitan dengan Triad karena memicu kekerasan terhadap anak muda yang berunjuk rasa.

"Situasinya sama persis seperti 2014," ujar Dr. Federico Varese selaku guru besar di University of Oxford kepada VICE News. Ia menyelidiki kekerasan Triad terhadap gerakan pro-demokrasi di Hong KOng. "Saya menduga mereka massa bayaran."

Triad bercokol di kawasan dekat perbatasan Tiongkok. Mereka bersaing mendapat hak mengelola tanah dan membangun komplek perumahan besar. Akses untuk bisa punya tanah di sana tergantung sikap Beijing. Sangat mungkin Tiongkok meminta Triad menggebuki demonstran kalau memang mau diizinkan bangun apartemen di sana.

"Menurut saya, kuncinya ada di wilayah baru. Kawasan itu penuh sengketa tanah, surat-suratnya tidak jelas. Jika pemerintah Hong Kong yang dibekingi Tiongkok terancam, maka persetujuan mencurigakan tersebut juga terancam," kata Varese kepada VICE News.

"Kemungkinan besar ada kepentingan bisnis yang memaksa Triad melakukan penyerangan aktivis dan membantu kepentingan politik Tiongkok."