FYI.

This story is over 5 years old.

Basket

Akhirnya LeBron James Harus Mengakui Dia Mulai Menua

Cleveland Cavaliers tumbang dalam delapan dari sepuluh pertandingan terakhirnya. Untuk pertama kali dalam karirnya, LeBron terlihat kelelahan.
Foto LeBron James oleh Kim Klement - USA TODAY Sports.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Sports.

LeBron James tengah menjalani musim ke-15nya sebagai atlit NBA fenomenal, dengan tingkat dominasi yang bisa membuat pemain veteran manapun cemburu. Namun, sesuatu terasa berbeda musim ini.

Di usia yang kini menginjak 33 tahun, James masih menjadi pemain basket terbaik di dunia dan kandidat MVP, dengan rata-rata poin tertingginya semenjak 2010, duduk di posisi ketiga persentase True Shooting, dan tingkat assist terbaik dari calon pemain Hall-of-Fame ini. Bandingkan statistik ini dengan pemain-pemain seumurannya, maka angka-angka tersebut akan terlihat luar biasa.

Iklan

Hanya ada enam pemain dalam sejarah NBA yang rata-rata bermain 30 menit per game dan mencetak 20 poin di musim kelimabelas mereka. Coba simak statistik, yang menggambarkan pemain-pemain klub lain berusaha menjaga ketat pergerakan LeBron. Lebih jauh lagi, tidak ada lagi pemain dalam sejarah yang sudah menghabiskan lebih dari 9000 menit di playoffs sebelum musim kelimabelas mereka. Hanya Kobe Bryany dan Scottie Pippen, dua pemain legendaris NBA lainnya, yang pernah melewati titik 8.000 menit jam terbang di 15 musim pertama mereka. Kombinasi ketahanan dan kehebatan LeBron James belum pernah ditandingi sepanjang sejarah dan sungguh menakjubkan.

Tapi dua kualitas tersebut, yang membedakan James dari pemain lain di NBA tidak terlalu tampak tahun ini. Perlu diingat bahwa kehadiran LeBron selalu membuat semua tim yang dia bela lebih baik, bahkan semenjak dia menginjakkan kaki di atas lapangan di umur 19 tahun, bukti dari intelektualitas dan kekuatannya di setiap possession.

Tahun ini, gara-gara memiliki roster yang tidak mengeksekusi skema pertahanan yang memang tidak sesuai dengan personelnya, Cleveland hampir tidak lagi bisa mencetak lebih banyak angka ketika James bermain. Ironisnya, mereka justru sedikit lebih baik (dalam perihal pertahanan dan segmen kecil ketika tim cadangan Cleveland melawan tim cadangan lawan) ketika James duduk di bangku cadangan.

Kita tentunya tidak bisa menyalahkan LeBron untuk semua ini. Dalam delapan tahun terakhir karirnya, tim musim ini adalah yang terlemah yang pernah dia bela. Tapi mari lihat faktor kedua yang jauh lebih menarik.

Iklan

Foto oleh Brad Rempel-USA TODAY Sports

James itu macam Herkules. Tidak hanya dia lebih besar, cepat, dan kuat dari siapapun yang menjaganya, tapi begitu lawan-lawannya mulai kelelahan, pemenang MVP empat kali ini justru punya cukup ketahanan untuk masuk ke gigi sembilan. Dia tidak mengenal kata lelah. Stamina sudah seperti istri keduanya.

Tapi sejauh ini di musim ini, biarpun dari ukuran sampel kecil, kita menyaksikan LeBron di posisinya yang paling rentan. Ini bukan berarti dia kesulitan atau inferior dibanding pemain lainnya. Semuanya tentu relatif, dan satu-satunya standar yang dia gagal temui adalah standar luar biasa tinggi yang dia pasang sendiri. James telah memainkan delapan pertandingan back-to-back musim ini. Dalam pertandingan-pertandingan ini, rating ofensif Cleveland berada di angka menyedihkan 100.1 ketika James bermain, dan persentasi True Shootingnya adalah 54.5.

Gabungkan angka-angka tersebut dengan 33 pertandingannya yang didului dengan istirahat satu atau dua malam sebelumnya, maka kita mulai melihat bahwa LeBron mungkin mulai menurun. Dalam pertandingan-pertandingan tersebut, rating ofensifnya jatuh di sekitar 115 (ini lumayan elit) dan persentase True Shootingnya naik 10 poin.

Intinya, ketika James mendapat waktu istirahat, dia sangat efisien macam Kyle Korver. Kalau sedang kelelahan, dia gak ada bedanya dengan Mario Hezonja. Semua ini diakibatkan oleh jurang di persentasi three-pointnya, yang selalu berakhir dengan buruk di pertandingan back-to-back. Namun di luar itu, persentase tembakan tiga angkanya biasanya berada di atas 40 persen.

Iklan

Untuk orang lain, ini bukan berita baru: Istirahat = menguntungkan! Tapi sepanjang karirnya, terutama semenjak dia kembali membela Cavaliers, ini adalah hukum fisik yang tidak pernah berlaku untuk LeBron. Dia dulu adalah manusia super yang selalu bermain prima di setiap permainan, entah back-to-back atau tidak, dan selalu mendominasi permainan. Penyerangan Cleveland menjadi sangat kuat dengan kehadirannya.

Pada 2016, penyerangan Cleveland secara keseluruhan memang memburuk tanpa istirahat, tapi statistik invidiual James tidak menurun dibanding musim sebelumnya. Coba liat tahun terbaiknya di Miami Heat, ketika LeBron sangat perkasa bak Arnold Schwarzenegger dan bermain di hampir setiap pertandingan tanpa melambat. Semuanya berbeda tahun ini.

Saat ini, Golden State Warriors memiliki rekor 7-2 dan +60 di malam kedua pertandingan back-to-back. Boston Celtics memegang rekor 5-3 dan -15. Houston Rockets ada di angka 3-3 dan -10. San Antonio Spurs ada di angka 6-4 dan +18. Toronto Raptors ada di angka 3-3 dan +25. Dengan kata lain, setiap tim yang memiliki peluang memenangkan gelar memiliki angka .500 atau lebih tinggi dalam kondisi sulit ini.

Sementara itu, Cleveland Cavaliers ada di angka 3-5 dan menanggung kekalahan melawan Orlando Magic, Brooklyn Nets, New York Knicks, Celtics, dan Indiana Pacers. Dalam delapan pertandingan tersebut, mereka kalah sebanyak 36 poin.

Ada beberapa penjelasan di balik kekalahan ini. Hampir semuanya terjadi tanpa Isaiah Thomas di atas lapangan dan beberapa tidak menampilkan Tristan Thompon (tukang ngeblok shot setinggi 210 cm yang membantu mengurangi kelelahan pemain lain). Banyak wajah baru di Cleveland juga adalah pemain tua. Dwayne Wade, Jeff Green, dan Jose Calderon bukanlah sosok pemain bintang yang biasa James miliki.

Iklan

Semuanya memuncak di kekalahan melawan India baru-baru ini, di mana James bermain selama 40 menit semalam setelah kekalahan telak memalukan ke Toronto Raptors tanpa Kyle Lowry. Energi LeBron di babak kedua terlihat menurun di kedua sisi lapangan dibanding dua quarter pertama. Tonton bagaimana intensnya dia berusaha menjaga Bojan Bogdanovic di tautan berikut:

Dari video tersebut, kita juga bisa menyaksikan saat memiliki satu langkah di depan lawannya sebagai defender weak-side, James secara sempurna melakukan rotasi sambil menganggu operan Darren Collison dan mencuri bolanya.

Coba bandingkan dengan fokusnya di possesion pertama quarter ketiga. Domas Sabonis masuk ke dalam paint dan menangkap bola di garis free-throw. Dia melihat ke kiri dan menyadari Victor Oladipo dijaga ketat oleh J.R. Smith, melihat Thaddeus Young dijaga di bawah ring, dan menemukan Bogdanovic terbuka lebar di pojok lain.

James terlalu banyak membantu pertahanan di daerah paint (setelah Love kembali menjaga Sabonis, Jae Crowder seharusnya kembali menjaga Young, atau sebaliknya) dan kemudian bahkan tidak melangkah mendekati lawannya, yang memiliki persentasi menembak three-point 40 persen. Ini tidak bagus.

Tapi statistik yang paling mengganggu datang dari area di mana LeBron dulu begitu dominan: sekitar ring. Persentase gol James di sekitar ring masih di angka absurd 72,1 persen di malam kedua pertandingan back-to-back, tapi angka ini melejit menjadi 78,6 persen dan 78,9 persen ketika dia mendapat satu atau dua malam istirahat.

Iklan

Berikut contoh strategi yang didesain secara spesifik membuka satu sisi lapangan dan penyediakan LeBron jalur terbuka untuk menyerang. Ini adalah sebuah kecohan yang dimulai dengan Crowder dan Love berpura-pura ngeset screen untuk Calderon di sisi kanan lapangan.

Begitu pemain Indiana Pacers berotasi menjaga pergerakan LeBron, Calderon mengoper bola kembali ke James, yang hanya harus melewati Bogdanovic. Tapi seringkali ini tidak berakhri sukses. Berikut lebih banyak contoh dari pertandingan yang sama.

Persentase tembakan LeBron di rim juga meningkat sebanyak enam persen ketika dia tidak bermain di pertandingan kedua back-to-back. Alih-alih menyerang Al Jefferson dengan line drive tangan kiri (yang dia sukses lakukan lebih awal di pertandingan yang sama), berikut sebuah play dimana James kembali keluar, gagal menarik permain, dan terpaksa menembak tembakan step-back jarak jauh.

Kondisi semacam ini tentunya hanya satu pertandingan di tengah musim yang panjang. James masih berada jajaran 0,1 persen atlet paling berprestasi di dunia, tidak peduli siapa lawannya, kapan, atau apa yang dia lakukan 24 jam sebelumnya. Tapi ini juga menjadi pengingat bahwa dia adalah manusia biasa yang bertambah tua dan tidak lagi seperti dulu. Ini adalah kabar baik bagi tim-tim lain di Konferensi Timur.

Tapi tentunya sedikit retak di layar iPhone tidak sama dengan membantingnya ke jurang. Cleveland hanya memiliki 13 pertandingan back-to-back dalam jadwal mereka musim ini, yang merupakan terendah di liga. Cavs juga telah mengubah jadwal pertandingan mereka untuk memberikan lebih banyak atlet waktu tidur dan istirahat.

Biarpun kita tidak pernah melihat LeBron “kesulitan” seperti ini sebelumnya, dia (dan Cavaliers) akan mendapat satu atau dua hari istirahat antara setiap pertandingan sepanjang playoffs. Artinya, paling tidak satu musim lagi, semua tim NBA harus melali King James. Siapapun yang menontonnya memblok layup Kevin Durant di Martin Luther King Jr. Day pasti menyadari bahwa kemampuat atletisnya masih luar biasa dan bisa mengubah pertandingan. Tapi untuk pertama kalinya dalam satu dekade, atlet yang meraih gelar All Star 13 kali ini mulai menampilkan ketidaksempurnaan.

LeBron James rupanya memang manusia biasa