Korea Utara

Reaktor Nuklir Korut Kebanjiran, Pengamat Internasional Khawatir

Sistem pendingin pada fasilitas nuklir utama Korea Utara sangat rentan terhadap cuaca ekstrem. Masalahnya di Reaktor Yongbyong ada fasilitas produksi senjata nuklir.
Junhyup Kwon
Seoul, KR
Dua pejalan kaki berpayung menyeberang jalan Mirae Scientists di Pyongyang pada 5 Agustus 2020. Foto oleh Kim Won Jin/AFP
Dua pejalan kaki berpayung menyeberang jalan Mirae Scientists di Pyongyang pada 5 Agustus 2020. Foto oleh Kim Won Jin/AFP

Lembaga kajian Korea Utara yang berbasis di Amerika Serikat, 38 North, melaporkan pada Rabu (12/8) lalu bila reaktor nuklir pada Pusat Penelitian Ilmiah Nuklir Yongbyon diduga kuat rusak terendam banjir. Berdasarkan hasil pengamatan citra satelit fasilitas nuklir, 38 North mengklaim “sistem pendingin reaktor nuklir [di Yongbyon] rupanya sangat rentan terhadap cuaca ekstrem.”

38 North memperkirakan fasilitas pompanya sudah rusak, dan sistem perpipaan yang menyedot air sungai tersumbat banjir “terparah dalam beberapa tahun terakhir”.

Iklan

Terletak 99 kilometer dari ibu kota Pyongyang, fasilitas ini disebut-sebut sebagai pusatnya program nuklir Korea Utara. Sekitar 400 bangunan nuklir tersebar di sekitar Yongbyon. Di jantung fasilitas terdapat reaktor lima megawatt, yang diyakini memproduksi plutonium senjata nuklir dan uranium pengayaan tinggi (HEU) untuk bom atom.

“Citra satelit pada 6 Agustus, jika dibandingkan dengan hasil 22 Juli, memperlihatkan kenaikan drastis permukaan air Sungai Kuryong yang mengaliri Yongbyon,” bunyi laporannya. “Airnya telah memasuki dua tempat pompa yang terhubung pada reaktor, dan menggenangi pangkalan masing-masing. Bendungan juga terendam air.”

Fasilitas Pengayaan Uranium (UEP) tak terdampak banjir. “Citra satelit sebagian pada 8 dan 11 Agustus menunjukkan airnya sudah surut, sehingga fasilitas-fasilitas besar seperti UEP aman dari banjir.”

Kementerian Pertahanan Nasional Korea Selatan tidak menanggapi laporan tersebut. Mereka hanya mengatakan selalu memantau aktivitas nuklir dan bekerja sama dengan pemerintah AS.

Pada pekan pertama Agustus, Korea Utara diguyur hujan dengan curah 83 centimeter, hampir mencapai curah tahunan yaitu 93 centimeter.

Mengutip kantor berita yang dikelola pemerintah Korean Central News Agency (KCNA), Kim Jong-un mengunjungi beberapa daerah yang tergenang banjir di Provinsi Hwanghae Utara pekan lalu.

Ini adalah kunjungan kedua pemimpin Korut ke daerah banjir sejak menjabat pada 2011. Lima tahun lalu, dia mengunjungi Provinsi Hamgyong Utara yang terendam banjir.

Semenanjung Korea diguyur hujan terpanjang dalam sejarah. Lebih dari 35 orang Korea Selatan tewas dalam hujan lebat yang berlangsung sejak 51 hari lalu, menjadikannya musim hujan terpanjang menurut Korea Forest Service.

Follow Junhyup Kwon di Twitter.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Korea