FYI.

This story is over 5 years old.

Seni dari Es Batu

Seni Mengukir Es Batu Bisa Jadi Pekerjaan Dengan Bayaran Mahal Lho

Leslie Kirchhoff sudah mendapat pesanan dari perusahan sekelas Disney, berkat kemampuannya menghasilkan es batu yang terkesan diisi obyek melayang.
Composite image; left image via discocubes' Instagram and right image by the author.

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES

Leslie Kirchhoff bukan orang pertama yang menghargai nilai estetis dari es batu. Bartender beberapa kafe kenamaan New York sudah lebih dulu bikin es batu besar yang nampak berkilau. Sebelum mereka, bartender-bartender di Jepang yang punya ketelitian tingkat tinggi pernah pula mengukir bola es indah yang dicemplungkan pada racikan highballs atau whisky berkelas yang mereka sajukan. Namun, Lislie mendorong persaingan seni ukir es ke level yang lebih tinggi, dengan menguasai cara baru menghias es batu.

Iklan

“Saya mencurahkan pikiran saya untuk membuat sesuatu mengambang tepat di tengah-tengah es batu,” ujar pendiri Disco Cubes tersebut saat ditemui MUNCHIES di rumahnya, pinggiran Los Angeles. “Saya mencoba semua teknik. Saya sampai bikin cetakan sendiri, menggunakan silikon dan pokoknya sih bermain-main lah. Begitu ketemu teknik untuk melakukannya, saya langsung mencari cara agar bisa memproduksi lebih dari satu es batu dalam satu waktu.”

Kirchoff. Foto oleh penulis.

Di samping menjadi seniman es batu, Leslie adalah seorang fotografer komersial dan seorang DJ yang khusus memutar lagu-lagu disko, funk dan soul. “Pendeknya, semua lagu lawas yang pernah digemari orang tapi sekarang terlupakan,” ujarnya. Setelah lulus dari New York University, Leslie mengadu nasib dan bermukim di kota yang sama. Dia mulai berekperimen dengan es batu dan menggabungkan semua ketertarikan yang dia miliki.

“Saya selalu tertarik dengan proses pembuatan cocktail, memasak, serta sisi artistisk dari memasak itu sendiri. Saya bahkan lumayan tertarik sama tren gastronomi molekular,” katanya. “Saya dan seorang kawan beberapa waktu lalu mulai masak bareng. Kami menciptakan resep yang namanya diambil dari judul-judul lagu. Tempat kami memasak diberi nama Disco Kitchen. Kami berdua biasanya pergi ke sana, memutar lagu-lagu dalam playlist sambil bereksperimen dengan masakan.”

Lesie menyebut Disco Kitchen adalah lokasi kelahiran Disco Cubes. “Awalnya sih, kamu menyebutnya sebagai Noice Cube. Kata noice adalah plesetan dari kata nice,” ungkap Lislie. “Nama itu ternyata kurang menarik. Ujung-ujungnya kami sepakat kalau Disco Cube kedengaran lebih keren. Kami berdua suka musik disko. Belum lagi, vibe yang kami rasakan saat membuat es batu elok dan seksi juga menyenangkan.”

Iklan

Leslie kemudian mulai mencoba-coba temperatur yang berbeda untuk menemukan cara agar es yang dia buat lebih kelihatan jernih. “Salah satunya lahir dari sebuah kecelakaan yang menyenangkan. Saya berhasil membuat es batu yang sangat indah dengan menyiramkan buah blackberry dengan air mendidih, hasilnya, es batu itu punya pulasan awan ungu di bawah buah blackberrynya dan bagian atasnya jernih sekali,” ujarnya.

“Saya senang bermain-main dengan jus sayuran serta buah-buahan. Selain itu, saya juga suka bermain-main dengan warna sampai saya menghasilkan warna yang berada di antara popsicle dan es batu.”

Dari semua eksperimen tadi, terobosan paling penting dilakukan Leslie adalah membuat benda terkesan mengambang di tengah es. Dia butuh satu tahun memikirkan cara memproduksi es batu unik ini dalam jumlah besar, kemudian memasukknya ke acara-acara korporat di New York. Kini, Leslie memproduksi es batu untuk majalah Playboy, Martha Stewart Living, Autograph Collection Hotels, dan Girl Boss, dan sejumlah merek ternama lainnya. Bayarannya cukup besar, sampai DJ ini fokus mengembangkan karir sebagai pengukir es batu.

Langkah selanjutnya yang diambil Leslie adalah menyediakan semacam layanan bar, alih-alih cuma menyediakan es batu belaka. Dengan demikian, dia bisa melayani pelanggan yang ingin menikmati cocktail buatannya yang dijamin kelihatan menawan jika ditambah es batu itu. “Saya sih penginnya punya menu minuman yang keren dan es batu yang cantik yang bisa dimasukkan ke dalamnya. Lalu, saya bermaksud menawarkannya dalam bentuk paket,” jelas Leslie. “Sepertinya akan menarik jika saya punya layanan bar sendiri. Saya sedang memesan mangkuk es buah custom. Ya, saya akan mengembalikan kejayaan mangkuk es buah.”

Kini, seiring makin populernya Disco Cubes, Leslie mulai diajak kerja sama beberapa pihak yang tertarik dengan es batu racikannya. Mulai dari Disney hingga sejumlah acara reality TV.

Leslie kini sibuk membuat film—kebanyakan berupa trailer palsu dan iklan nyeleneh—yang terinspirasi pakem film spionase jadul untuk mempromosikan website Disco Cubes.

“Dalam pikiran saya, konten film-film ini harus memusingkan sekaligus menarik. Sama salah seperti es batu,” ujarnya. “Menurut saya, es batu adalah obyek paling menawan dalam minuman. Es batu ini bikin kita bertanya. Bagaimana es-es ini bisa sampai di sana? Kok bisa ngambang? Mirip seperti bahan uji coba saya ingin semua konten filmnya semembingungkan dan semenawan ini juga."