FYI.

This story is over 5 years old.

Luar Angkasa

Perusahaan Ini Berambisi Mengirim Roket ke Luar Angkasa Pakai Ketapel

Ketapelnya segede apaan tuh? SpinLaunch yang berdiri empat tahun lalu ini misinya mirip SpaceX-nya Elon Musk, tapi lebih absurd gitu.
Ini bukan alat atau teknologi yang dipakai SpinLaunch. Cuma ilustrasi doang. Foto dari Shutterstock.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard

Selama beberapa tahun belakangan, SpaceX mendominasi industri antariksa komersial setelah sukses merintis teknologi roket yang dapat diisi ulang bahan bakarnya. Penemuan tersebut secara drastis mengurangi biaya peluncuran satelit ke orbit.

Rupanya bukan cuma SpaceX yang akan mengguncang industri antariksa. Jonathan Laney, pemilik perusahaan startup antariksa anyar, ingin mewujudkan perjalanan luar angkasa yang lebih murah lagi. Dia berniat mengurangi biaya peluncuran dari puluhan juta dolar menjadi kurang dari $500.000 (alias di bawah Rp7 miliaran). Seperti apa rencana Laney? Rupanya, dia ingin menggunakan katapel raksasa melemparkan muatan dan roket ke orbit Planet Bumi. Hah, enggak salah tuh?

Iklan

Sayangnya, enggak. Memang ketapel adalah gagasan di balik SpinLaunch, sebuah perusahaan yang didirikan secara rahasia oleh Laney buat menciptakan katapel raksasa, memanfaatkan momentum sudut melemparkan muatan ke orbit, tanpa menggunakan propelan, jet, ataupun sistem pembakaran besar sama sekali. Katapel raksasa dapat digunakan meluncurkan roket-roket kecil ke ketinggian di atas atmosfer. Setelah sampai di ketinggian tertentu, barulah roket kecil akan menggunakan pendorong menuju orbit. Teknik ini dianggap dapat menghilangkan kebutuhan bahan bakar yang sangat besar di tahap peluncuran wahana antariksa.

“Sejak awal era penjelajahan antariksa, roket adalah satu-satunya cara untuk mengakses luar angkasa,” kata Laney saat diwawancarai TechCrunch. “Sayangnya teknologi hanya mengalami sedikit kemajuan setelah 70 tahun kemudian. Apabila kita memang ingin mengkomersialkan dan mengindustrialisasi luar angkasa, umat manusia perlu kemajuan teknologi 10 kali lipat.”

Hampir tidak ada media yang mengetahui ada startup bernama SpinLaunch sampai berita TechCrunch ditayangkan Kamis pekan lalu. Situs SpinLaunch tak bisa diakses umum kecuali punya kata sandi dan lowongan pekerjaan bagi para insinyurnya menggunakan istilah yang samar, semisal “mari bergabung dengan perusahaan startup antariksa yang berkembang pesat”.

Konsep penggerak massa di Bulan. Gambar dari arsip NASA.

Sementara ini masih belum jelas seberapa besar pencapaian teknologi perusahaan empat tahun terakhir sejak didirikan. Laney memberitahu TechCrunch, kalau “teknologi inti sudah dikembangkan, dibuat prototipenya, diuji, dan sebagian besar risiko teknologi sudah berkurang.” Meski demikian, perusahaan sama sekali tidak menyediakan foto prototipe yang telah dibuat. Mereka hanya menunjukkan rencana maket pabrik.

Iklan

Bagi SpinLaunch, yang paling penting saat ini yaitu mencari dana untuk membangun katapel raksasa tersebut.

SpinLaunch telah berhasil mengumpulkan dana sebesar $10 juta selama empat tahun terakhir. Sekarang mereka membutuhkan $30 juta lagi dalam putaran pendanaan Seri A. Berkat dukungan dari parlemen daerah di Hawaii, Amerika Serikat, SpinLaunch akan menerbitkan obligasi senilai $25 juta bersama pemerintah setempat membangun sarana peluncuran satelitnya.


Baca juga artikel soal ambisi teknopreneur mengkolonisasi planet lain tata surya. Biar kita tahu debat agama sama politik di medsos ga bikin Bangsa Indonesia maju:

Andai perusahaan SpinLaunch berhasil meraih pendanaan untuk proyek ketapel raksasa ini, masih banyak hambatan mengadang mereka di masa mendatang. Khususnya dari aspek teknis.

NASA sebetulnya sudah meneliti sejumlah akselerator (teknologi pendorong roket) yang berbeda selama beberapa dekade. Namun tidak satu pun, selain roket berbahan bakar, yang dianggap layak buat menciptakan sistem peluncuran wahana antariksa. TechCrunch mewawancarai pula beberapa fisikawan yang mengatakan teknologi ketapel sulit berhasil. Para ilmuwan bilang muatan roket akan mengalami kesulitan menahan hambatan udara saat meluncur melalui atmosfer. Meluncurkan muatan menggunakan katapel bertenaga tinggi seperti yang ingin dibangun SpinLaunch layaknya melemparkan muatan ke dinding yang kokoh.

Namun, pengurangan biaya peluncuran ke orbit hingga mencapai jutaan dolar akan menjadi nilai tambah bagi perusahaan peluncuran ini. Sebab, hampir semua orang setuju perjalanan luar angkasa tidak mudah dan murah, risikonya tinggi. Kalau memang ide ketapel raksasa bisa berhasil, umat manusia juga yang diuntungkan.