FYI.

This story is over 5 years old.

Perubahan Iklim

Nyaris 60 Ribu Kasus Bunuh Diri di India Diduga Akibat Pemanasan Global

Kombinasi faktor dipicu gagal panen dan frustrasi dalam suhu yang panas.
Foto oleh Associated Press.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Pada suatu hari di musim tanam India, ketika suhu udara selalu melebihi 40 derajat Celsius, terjadi rata-rata 67 kasus bunuh diri. Itu baru satu kesimpulan dari University of California, peneliti Berkeley yang menemukan bahwa pemanasan global berkontribusi pada nyaris 60.000 kasus bunuh diri di antara petani di India—sebuah negara di mana tingkat kasus bunuh diri meningkat dua kali lipat sejak 1980. Peneliti Tamma Carleton menganalisis 47 tahun arsip bunuh diri dalam satu dari sedikit upaya untuk mengukur relasi antara perubahan iklim dengan peningkatan kasus bunuh diri di antara populasi agrikultur India. Carleton menemukan bahwa ketika suhu udara meningkat, meningkat pula kasus bunuh diri, dan kedua hal tersebut berhubungan hanya pada musim tanam, di mana, di antara faktor-faktor lain, suhu udara tinggi mempengaruhi hasil panen. "Beberapa aspek berubahan iklim memang relatif mudah diamati dan diukur, seperti hasil panen atau GDP, tapi indikator kunci kesejahteraan manusia lebih sulit untuk diukur," ujar Carleton pada VICE News. "Tingkat bunuh diri adalah indikator memilukan dari hidup yang keras, dan temuan bahwa fenomena ini dipengaruhi perubahan iklim menyiratkan pentingnya mengukur dampaknya dan mempertimbangkan relasi ini dalam pembuatan kebijakan mengenai iklim di masa mendatang." Carleton berkata bahwa penelitian ini hanya dirancang untuk mengisolasi dampak suhu udara pada tingkat bunuh diri, sembari menekankan bahwa perubahan iklim bukan penyebab satu-satunya. Serangkaian pertimbangan lainnya, termasuk akses pada layanan kesehatan dan norma agama, juga bisa dipertimbangkan sebagai pemicu orang bunuh diri. Marshall Burke, asisten profesor di Center on Food Security and the Environment di Stanford University, memimpin penelitian serupa yang fokus pada dampak perubahan iklim. Dia setuju dengan metode Carleton, saat dihubungi VICE News, menyebut penelitian itu mampu menyediakan "kisah menarik." "Saya rasa itu adalah makalah yang amat meyakinkan," ujar Burke, menyebutnya sebuah "rancangan penelitian yang telah diuji coba dan nyata, yang dapat mengisolasi variable-variable iklim." Kisaran 800 juta populasi India mengandalkan pertanian untuk bertahan hidup, dan negara ini telah mengambil langkah untuk menurunkan tingkat kasus bunuh diri di antara petani India dengan membantu mereka menghindari hasil panen buruk. Rencana asuransi pemerintah dengan biaya US$1.3 miliar (setara Rp 17 triliun), dijalankan pada 2016, mengizinkan para petani membayar premi rendah untuk bisa mereasuransikan keseluruhan hasil panen mereka. "Skema ini akan menjadi tameng perlindungan bagi kasus-kasus bunuh diri yang disebabkan oleh hasil panen buruk atau kerusakan hasil panen akibat bencana alam," ujar Menteri Dalam Negeri Rajnath Singh Januari lalu setelah rencana tersebut disetujui. Namun terlepas dari fakta bahwa India mengambil langkah-langkah untuk menurunkan tingkat kasus bunuh diri, penelitian ini menukan tingkatannya masih stabil, mengindikasikan bahwa tidak ada bukti nyata untuk menunjukkan hasil upaya-upaya pemerintah—atau faktor lain seperti kekayaan.