10 Pertanyaan Yang Ingin Kamu Tanyakan pada Penyandang Tunarungu

FYI.

This story is over 5 years old.

10 Pertanyaan Penting

10 Pertanyaan Yang Ingin Kamu Tanyakan pada Penyandang Tunarungu

Biarpun mengalami gangguan pendengaran, tunarungu juga bisa punya band favorit dan ingin mendengar suara tertentu lho.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Denmark

Beberapa waktu lalu, saya menjalani sebuah eksperimen mengunci diri di sebuah ruangan yang kedap suara. Ternyata, saya cuma bertahan selama 48 menit di kamar anechoic sebelum berhalusinasi mendengar sesuatu. Saya menyerah, memohon-mohon keluar dari kamar tanpa suara itu. Efek yang paling menyenangkan dari percobaan ini adalah saya makin menghargai suara di sekitar, termasuk yang saya benci sekalipun, misalnya suara gonggongan anjing atau tangisan bayi. Efeknya memang cuma bertahan beberapa hari doang sih. Setidaknya itu cukup menyadarkan betapa saya kerap menyepelekan pendengaran.

Iklan

Caroline Gudme, 39 tahun, adalah satu dari sekitar 4.000 warga tunarungu di Denmark. Jumlah total penderita gangguan pendengaran di dunia saat ini mencapai 360 juta orang. Caroline adalah pemegang medali emas dan perak di cabang olah raga bola tangan di Deaflympics dan terpilih masuk timnas futsal dan sepakbola Denmark di kejuaraan Eropa dan Dunia khusus penderita tunarungu.

Saya ngobrol dengan Caroline via email tentang bagaimana rasanya tak bisa mendengar suara seumur hidup, tentang band kesayangannya, serta apakah dia mau menukar indera lainnya agar tetap bisa mendengar.

Ini ejaan VICE dalam bahasa isyarat

VICE: Bisa gambarkan bagaimana mana rasanya hidup sebagai tunarungu?
Caroline: Ya kayak gelap total gitu. Miriplah seperti kamu mematikan lampu dan semuanya jadi gelap. Aku bisa mendengar sedikit suara kalau sedang pakai alat bantu dengar. Cuma, kadang aku memilih enggak pakai alat itu karena aku suka kesunyian.

Jadi, kalau lagi pakai alat bantu dengar, kamu bisa dengar suara apa saja?
Aku bisa mendengar suara 85 desibel. Artinya, aku bisa dengar orang berteriak dan suara jalan raya yang ramai. Kalau aku memakainya dalam rumah, aku bisa mendengar bel rumah atau telepon berdering. Hanya saja, kalau ada beberapa orang yang ngomong bersamaan, aku enggak bakal denger kata-kata mereka. Rasanya kayak lagi ada di dalam kandang ayam. Aku enggak bisa membedakan sebuah percakapan dengan suara-suara di belakangnya. Semuanya terdengar seperti white noise bagiku.

Iklan

Aku pertama kali menggunakan alat bantu dengar saat usia sepuluh tahun. Besarnya hampir sama dengan bungkus rokok dan aku harus membawanya kemana-mana di kantong bajuku. Ibu pernah bercerita kalau aku sangat marah-marah saat pertama kali bisa mendengar suara. Sepertinya, aku terus menerus menangis setelah itu. Aku enggak pernah suka mengenakan alat bantu dengar. Aku sering cedera gara-gara pakai alat bantu dengar saat main sepakbola lantaran teman-temanku atau bola sering menghantam kupingku. Akibatnya, gendang telingaku robek kena earbud. Alat bantu dengar yang saya gunakan juga bisa sangat menggangu orang di sekitar saya. masalahnya adalah alat bantu dengar ini kadang mengeluarkan nada ber-pitch tinggi. Suatu kali, aku pulang ke rumah orang tuaku naik kereta. Begitu mereka menjemputku di stasiun, mereka bilang kalau alat bantu dengarku terus berbunyi dari tadi. Aku jadi merasa tidak enak. Aku membayangkan orang-orang yang duduk di dekatku saat naik terganggu bukan kepalang sepanjang perjalanan.

Dulu waktu masih single, gimana caramu kenalan sama cowok?
Pandangan mata adalah segala-galanya. Setelah itu, semuanya bergantung pada gerak-gerik tubuh. Tapi semua ini gampang-gampang susah. Suamiku enggak tuli dan tantangan terbesar dalam hubungan kami adalah menggabungkan komunikasi verbal dan bahasa isyarat, terutama saat membesarkan dua anak kami.

Aku suka Safri Duo karena suara bass dan drum mereka menghentak banget. Saking kuatnya, saya bisa merasakan ritmenya dalam tubuhku.

Iklan

Kamu punya band favorit?
Aku suka Safri Duo karena suara bass dan drum mereka menghentak banget. Saking kuatnya, saya bisa merasakan ritmenya dengan tubuhku. Dulu waktu muda, aku suka Whitney Houston—"I Will Always Love You" adalah salah satu lagu favoritku.

Kamu bisa baca gerak bibir?
Kalau tak kenal orangnya sih susah. Aku biasanya cuma nebak apa yang sedang dikatakan lawan bicaraku. Untung, seluruh keluargaku fasih memakai bahasa isyarat. Jadi, aku bisa dengan mudah berkomunikasi dengan mereka.

Apa hal yang tak bisa kamu lakukan karena gangguan pendengaran tapi sebetulnya pengin banget kamu lakukan?
Aku tuli seumur hidupku, jadi aku enggak tahu rasanya bisa mendengar itu seperti itu. Waktu kecil dulu, aku ingin jadi polisi, cuma tentu saja itu enggak akan keturutan. Intinya, aku berharap segala sesuatu bisa diterjemahkan ke dalam bahasa yang dipahami kaum tunarungu—khususnya di internet. Waktu nonton TV, kamu bisa menyalakan subtitle. Hanya beberapa platform online menyediakan subtitle, kebanyakan sih enggak.

Kalau boleh berandai-andai, indera mana yang ingin kamu korbankan agar tetap bisa mendengar?
Aku enggak suka kehilangan penglihatan. Jadi mungkin, indera penciuaman.

Apa tipe hiburan visual favoritmu?
Aku suka nonton di bioskop, tapi aku adalah penggemar berat serial Desperate Housewives juga.

Apakah kamu bisa mendengar suaramu sendiri sewaktu berhubungan badan?
Aku jarang ngobrol dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kalau lagi ngeseks, aku enggak nahan-nahan lagi dan bersuara. Itu caraku merasakan kenikmatan dan melepaskan segala ketegangan di tubuh. Aku merasakan hal yang sama saat tertawa.

Suara macam apa yang ingin sekali kamu dengar?
Aku ingin dengar suara alam liar.