FYI.

This story is over 5 years old.

Pemanasan Global

Replika Makanan di Jendela Restoran Jepang Sampai Meleleh Saking Panasnya Cuaca

Suhu di dalam jendela mencapai 60 derajat Celsius.
Foto via Twitter user @sigesan213 

Akhir pekan lalu, temanku pergi ke Carolina Utara dan kaget dengan perbedaan cuacanya. “Di sini kenapa panas banget, deh?” bunyi SMS-nya. Padahal waktu itu dia masih di bandara, baru saja turun dari pesawat. “Aku enggak pernah merasakan cuaca sepanas ini. Sumpah panas banget,” lanjutnya. Suhu di Carolina Utara memang sangat ekstrem saat musim panas. Setiap pertengahan Mei hingga Oktober, daerah ini berubah seperti neraka. Akan tetapi, gelombang panas tidak terjadi di Amerika Selatan saja. Seluruh dunia mengalami hal serupa.

Iklan

Memangnya seberapa panas? Saking panasnya sampai-sampai benua Eropa sering dilanda kebakaran. Seberapa panas, sih? Saking panasnya sampai-sampai pasar swalayan di Helsinki mengadakan acara menginap supaya pengunjungnya bisa tidur dengan AC yang sejuk. Sepanas apa? Saking panasnya sampai-sampai replika makanan di jendela restoran Jepang mulai meleleh. Iya, sepanas itu.

Menurut Kotaku, replika matcha latte yang dipajang di jendela kafe Oasis 21 di Nagoya mulai meleleh, dan plastik cair tersebut mengalir di sekitar tepi gelas asli yang menahan pajangan. Suhu di Nagoya saat itu sebenarnya hanya 40 derajat Celsius, tapi suhu di dalam jendela mencapai 60 derajat Celsius. Seorang pengguna Twitter mentwit, “Benar-benar mengejutkan. Replika makanan bisa mencair.”

Makanan palsu ini dikenal sebagai shokuhin sanpuru, dan selama hampir 90 tahun, replikanya dipajang di berbagai jendela restoran seantero Jepang. Pajangan ini berguna untuk menggambarkan menunya dan membantu turis asing menunjuk hidangan yang mereka mau. (Salah satu contoh shokuhin sanpuru bisa dilihat dalam Big Bird in Japan, di mana tokoh burung di film susah payah makan ikan palsu.)

The Guardian melaporkan bahwa industri makanan palsu ini sangat populer di Jepang, terutama di Gujo Hachiman. Takizo Iwasaki, pencipta replika makanan, membuka pabrik dan fasilitas produksi di Gujo Hachiman pada awal 1930-an. Saat ini, produsen replika makanan di kota ini memperoleh pendapatan sekitar US$90 juta (Rp1,2 triliun) per tahun.

Sehari setelah insiden mencairnya replika teh matcha—yang menarik perhatian publik dan berita nasional—restoran tersebut akhirnya mendapatkan solusi. Mereka akan memutar sampel makanannya ke arah berlawanan. Siapa tahu lelehannya bisa masuk ke dalam cangkirnya lagi