Foto-Foto Penggemar Hardcore Techno Paling Ekstrem Dari Seluruh Dunia

FYI.

This story is over 5 years old.

subkultur

Foto-Foto Penggemar Hardcore Techno Paling Ekstrem Dari Seluruh Dunia

Hardcore techno, atau biasa disebut gabber, adalah subkultur unik yang sukses bertahan lebih dari 2 dekade. Konser di Amsterdam membuatku ketemu para penggemar hardcore dari berbagai negara, mulai dari Italia hingga Jepang.
BP
foto oleh Boris Postma
Meredith Balkus
Diterjemahkan oleh Meredith Balkus
Brooklyn, US

Artikel ini pertama kali tayang di i-D Italy.

Kamu pernah ke festival musik hardcore techno? Kalau belum pernah, mending buruan deh main ke sana. Pengunjung festival subktultur hardcore tuh beragam banget. Semuanya bersatu dalam kode estetika yang khas banget. Tepatnya masing-masing fans memiliki gaya khas mereka sendiri. Enggak ada yang berusaha memberi patokan "elo kurang hardcore!" Jadi anak hardcore (atau gabber lebih tepatnya, kalau musik yang dimainkan adalah campuran techno, industrial, dan house versi ngebut yang mulai populer di Rotterdam awal 1990), bukan cuma soal pakai Air Maz dan bahan denim dari ujung rambut sampai ujung kaki lho. Itu mah cuma stereotipe penggemar Gabber. Anak Gabber sejati pasti berani eksperimen pakai baju dengan warna-warna Kaleidoskopik, potongan rambut brilian, cewek-ceweknya enggak ragu pasang makeup rame (sampai-sampai bisa bikin drag queen iri), serta tato dan tindikan bisa ditemukan di nyaris semua bagian tubuh. Saya mendatangi Masters of Hardcore pertama saya tahun ini, diadakan di Belanda. Masters of Hardcore bisa dibilang ibarat Makkah-nya para fans Gabber. Saya menghabiskan berjam-jam mengagumi kreativitas orang-orang di arena konser. Saya jadi malu sendiri cuma dateng pakai jins dan kaus hitam.

Iklan

Salah satu pengunjung konser E-Mission Festival di Kota Ghedi, Italia.

Saya enggak tahu juga apakah selera pakaian dan citra anak Gabber bisa unik banget karena ada perasaan ingin menjadi bagian sebuah komunitas besar yang sifatnya global. Dalam masyarakat Italia, ada istilah begini, "kau jadi biarawan karena kebiasaanmu." Artinya, ketika kau masuk dalam sebuah komunitas, atau subkultur, kau baru bisa disebut sebagai bagian di dalamnya kalau punya kebiasaan atau atribut yang sama seperti mereka. Pastinya ada alasan lebih mendalam yang membuat fans hardcore techno terus melawan kemapanan dan bangga sama identitas subkultur mereka sejak era 90'an. Mereka tak pernah kagok ataupun malu dengan penampilan dan selera yang unik tersebut. Jadi masuk akal ketika seniman sekaligus fotografer Boris Postma memiliki ide memotret kehidupan para Gabber di Italia, Belanda, hingga Jepang. Seri foto ini dibuat Postma dala rangka menampilkan beragam sisi fanatik hardcore techno, baik yang stereotipikal maupun menunjukkan kontradiksi dari pandangan orang awam. Hardcore adalah musik keras yang berat, tapi juga inklusif. Ritme techno-nya bisa sampai 160 BPM, kadang lebih kencang lagi. Sekalipun kamu bukan orang yang familiar sama hardcore techno, percayalah, setiba di arena konser kamu pasti terdorong bergerak bersama di lantai dansa. Seri foto Postma, yang terkumpul dari hasil bertahun-tahun makan, tidur, dan joget bersama penggemar Gabber berbagai negara, muncul di pameran Planet Core. Pameran fotografi ini tak hanya menampilkan sisi-sisi sensasional dan ekstrem dari estetika hardcore, tapi juga sukses mengilustrasikan keseharian para penggemarnya yang kalem.

Iklan

Mitake adalah perempuan asal Jepang yang menggilai hardcore. Dia dipotret oleh rekannya asal Belanda yang juga 100% penggemar hardcore.

Gambar ini dibuat balita, anak pemilik satu-satunya toko pernak-pernik hardcore dan Gabber di Italia. Gambar ini adalah logo situasi konser hardcore.

Pengunjung E-Mission Festival, dengan tato di kedua betis. Di kaki kiri terdapat logo Dominator festival, sementara betis kanan adalah logo Rotterdam Forze Records.

Dua penggemar hardcore di jalanan Tokyo. Masker yang dipakai si cewek hasil buatannya sendiri. Sementara kawan lelakinya adalah DJ terkenal dengan julukan "6th.jpg."