FYI.

This story is over 5 years old.

Kencan

Tips Kencan Dari Perempuan Yang Sudah Dilamar Lelaki Sembilan Kali

Perempuan itu ibu saya sendiri. Beginilah ceritanya.
Ilustrasi oleh Ashley Goodall.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia.

Saya perempuan berumur 25 tahun dan masih single. Dulu saya pernah pacaran dengan banyak cowok. Sekarang, saya memilih sendiri dulu. Sejak berumur 15 tahun, ada beberapa hal yang saya cari mati-matian sejak umur 15 tahun: kebebasan, harga diri dan pasangan yang memeluk saya pada malam hari, ketika sedang dingin-dinginnya.

Aku masih ingat pernah ngedate dengan seorang pria Inggris pendek ketika berumur 18. Kencan kami berakhir di kamarnya. Pria itu menyalakan lilin, menuangkan anggur merah dan menyalakan lagu Joanna Newsom dari laptop bobroknya sementara kami asik hemhem di atas kasur. Percayalah, itu pengalaman ngeseks yang menjijikkan. Ini mungkin terdengar seperti hasil tes kertas litmus yang aneh: tapi, ibu saya sepertinya tak akan berakhir tidur dengan pria itu jika ada di posisi yang sama seperti saya. Beliau jauh lebih cerdas dari saya. Sekejap setelah lilin dinyalakan, dia akan tahu bahaya yang mengintainya dan lekas cabut. Dia akan melangkah dengan tenang karena sepenuhnya dasar bahwa dia tak harus tidur dengan pria menjijikkan itu agar bisa merasa menjadi perempuan sempurna.

Iklan

Saya bisa berpikir demikian karena saya tahu Ibu pernah dilamar 9 pria seumur hidupnya. Hanya satu yang diterimanya—lamaran ayah. Keduanya masih rukun-rukun saja sampai sekarang. Kadang kala, saya merasa saya bisa hidup dengan bahagia, seandainya saja saya punya harga diri tinggi sebagai untuk menolak ajakan pria-pria kampret itu.

Tapi, daripada penasaran, saya menelepon ibu untuk meminta rahasia hidup tanpa harus ketakutan mati sendirian.

VICE: Halo Ibu, Ibu kelihatan keren deh. Tapi bolehkah Ibu memperkenalan diri dulu, apakah ibu merasa menjadi seorang feminis?
Tentu saja, ibu adalah seorang feminis. Aku seorang feminis gelombang kedua dan termasuk dalam generasi Baby Boomer yang memiliki pandangan interseksional. Aku adalah seorang psikolog anak dengan gelar psikolog S1 dan master di bidang pendidikan dair University of Tasmania.

Okay. Gini deh Bu, aku sering merasa harus punya hubungan asmara supaya bisa bahasia. Ibu memandang hal ini seperti apa?
Oh, itu pendapat sampah. Hubungan asmara itu cuma tambahan. Hubungan asmara cuma bikin kamu bahagia selama kamu bahagia dengan dirimu sendiri. Aku sering ketemu perempuan-perempuan muda yang ingin mempermanenkan hubungannya. Mereka berusaha mencari makna hidup pada orang lain, alih-alih mencari makna hidup dalam ketertarikan mereka.

Jadi menurut Ibu kebebasan itu penting?
Penting sekali. Menurutku, kalau kamu tak terlalu merasakan kebebasan pada umur 20an, kemungkinan untuk berakhir dalam hubungan yang mewajibkan kamu membuat banyak kompromi akan makin besar.

Iklan

Iya sih, tapi Ibu kan ngomong seperti karena pernah dilamar 9 orang. Apa menurut Ibu kebebasan diri ibu yang bikin kamu begitu karismatik?

Bisa jadi. Dulu rambutku berwarna merah gelap. Rambut seperti ini pada zamannya cuma ada di buku-buku Mills and Boon. teman-temanku dulu sering bilang, "Kamu tuh selalu digelondoti seseorang kemanapun kamu pergi." Tapi memang itu yang terjadi. Itu semua karena aku sangat menjunjung tinggi kebebasanku, aku tak ngoyo-ngoyo amat pengen ketemu orang lain.

Aku dulu sering bilang, "Aku ingin kenalan dengan orang baru." Tapi kemudian ketemu lelaki ompong, lelaki berambut acak-acakan dan bau rokok. Lantas, aku mikir "mendingan gue duaan sama kucing sekalian." Aku tak keberatan tidur dengan kucing, mereka bikin aku bahagia.

Okay, kita bahas 9 lamaran yang ibu terima. Bisa tolong ceritakan satu persatu?
Sebenarnya aku mengiyakan tiga lamaran sebelum menikah dengan ayahmu. Lelaki yang pertama tak benar-benar melamarku, dia disuruh ibunya. 30 tahun kemudian, lelaki ini melela sebagai seorang gay setelah Ibunya meninggal. Kami terus berteman baik. Tak pernah ada apa-apa antara kami. Paling-paling kami pernah ciuman di gereja.

Pembaca pasti mikir gereja kayaknya kurang pas dalam kiprah hidup ibu. Apa ibu pernah benar-benar menjadi seorang Katolik?
Ya, ibu bahkan pernah berpikir masuk Gereja Anglikan. Aku pernah jalan dengan pendeta Anglikan, tapi pendeta itu sekarang di penjara.

Iklan

Okay, kembali ke cerita ibu, siapa yang melamar ibu berikutnya?
Yang berikutnya ibu tolak. Kejadiannya di tahun terakhir kami kuliah. Aku tak tak yakin dia adalah pria yang tepat. Dia seorang pemberang, ini yang bikin ibu agak nervous. Jadi ibu tolak saja. Aku agak jahat sih. Dari semua hati lelaki yang ibu patahkan, dia yang paling parah.

Orang berikutnya adalah pria Afrika. Dengan santai dia bilang Tuhan menyuruhnya mengawini Ibu. Ibu jawab saja "Wah lucu juga, masalahnya Tuhan enggak bilang tuh kalau aku harus kawin dengan kamu." Dia seorang fundamentalis. Tak ada tempat baginya dalam pandangan feminis Ibu.

Berikutnya, seorang pemabok gila. Ibu bilang padanya "Coba lamar lagi aku besok, kalau kamu sedang sadar, aku akan benar-benar memikirnya." Dia sebenarnya pria yang baik. Tapi kamu tahu akhirnya kan? Kami hanya berteman.

Yang berikutnya juga aku terima. Aku sudah berumur 35 tahun. Nama lelaki itu Ned. Dia melamarku—ini bego sih—lewat sebuah TTS. Aneh banget. Lalu dia bersujud dan melamarku. Aku jawab "Ya, tentu saja." lalu tiga bulan kemudian, Ned berubah pikiran. Dia seperti baru bangun lantas memutuskan makan mi ayam alih-alih bubur ayam.

Orang terakhir yang terakhir melamarku adalah Ayahmu. Tentu, aku bilang iya dan kami lantas tunangan. Tapi mencintai ayahmu butuh kerja keras. Aku pernah menjadi sukarelawan di sebuah rumah sakit di London. Di akhir masa tugas kami, dia bilang hubungan kami tak akan lancar. Aku sih pinginnya dia bilang begitu sebelum aku menghabiskan banyak uang dan melewati banyak masa-masa berat dengannya.

Iklan

Dari mana Ibu tahu Ayah adalah orang yang tepat?
Aku baru seminggu mengenal Adrian ketika dia bilang "kayaknya kita harus menikah." Aku bilang "Ya, sepertinya itu langkah yang logis." Aku seperti sudah mengenal ayahmu dalam waktu yang sama. Kami punya banyak kesamaan.

Ada pelajaran yang ibu ambil dari hubungan-hubungan ini dan perkawinan ibu?
Steve Biddulph [pengajar parenting, penulis dan psikolog] mengatakan bahwa keduanya harus diawali dengank ketertarikan antara "dua kepala, dua hati dan dua genital." ketiganya sangat penting dalam suksesnya sebuah hubungan. Menurutku sih begitu. Karena jika kamu sayang seseorang tapi kalian punya nilai-nilai yang benar-benar berbeda, maka akan muncul masalah.

Aku membaca Germaine Greer ketika aku kuliah. Feminisme kala itu masih baru dan menarik. Aku memutuskan tak mencukur bulu kakiku cuma buat bikin cowok senang. Aku punya seorang teman, seorang feminis kawakan yang bilang manjadi feminis tak berarti menjauhi cinta. Yang penting adalah menemukan pasangan yang percaya keseteraaan gender.

Aku akhir belajar jika kamu hidup dengan pasangan tepat, bertingkah laku yang benar dan kamu benar-benar bersiap mengkomunikasikan segala, semua akan lancar-lancar saja. Penting juga untuk mengenyahkan rasa takut saat memulai hubungan. Kalian berdua harus menjadi kawan.

Aku ingin menemukan pasangan yang awalnya seorang teman.
Bagus tapi jangan terlalu panik. Aku baru bertemu Adrian ketika berumur 38 tahun. Kami sering bersenang dan kami punya banyak masa-masa yang menyenangkan, sampai sekarang. Tak usah terlalu buru-buru mencari pasangan. Aku merasa beruntung tak menikahi pria lain karena perceraian itu sepertinya hal yang menyesakkan. Aku sangat percaya diri dan itu penting dalam sebuah hubungan—percaya bahwa kamu membuat keputusan yang tepat. Kita akan lebih bahagia jika tak melupakan harga dan nilai diri kita. Tapi, ini akan lebih mudah seiring bertambahnya usia.

Ada nasehat buat mereka yang patah hati? Tiap orang mengatakan, "tungu saja nanti juga sembuh."
Ya, bersikap baik dengan diri sendiri dan kamu memang cuma butuh waktu. Kamu pada akhirnya akan melupakannya. Menangislah jika memang kamu pengen. Tulis surat untuk mantanmu, tulis sekejam mungkin. Lalu robek suratnya.

Mungkin dilamar itu bakal sering terjadi ketika kita makin bertambah usia. Apakah teman Ibu juga dilamar sebanyak Ibu?
Enggak. Enggak ada satupun dari mereka yang dilamar sesering Ibu. Aku lupa kalau akupunya sifat agak sedikit femme fatale.

Oke deh. Makasih ya Bu.

Follow Claire di Twitter jika ingin dapat tips-tips kehidupan lainnya.