FYI.

This story is over 5 years old.

media sosial

Kenapa Berhenti Pakai Facebook Sama Sulitnya Kayak Putus Dari Pacar?

Tiada hari tanpa berita kontroversi baru seputar Facebook dan bagaimana perusahaan ini melanggar privasi pengguna dengan cara membiarkan pihak luar menggunakan informasi pribadi kita.

Kali ini, kontroversinya lumayan besar, dan membuat beberapa orang mempertimbangkan berhenti total menggunakan Facebook , tapi toh perusahaan yang memiliki lebih dari 2 miliar pengguna ini akan baik-baik saja. Mayoritas pengguna akan kembali menggunakan Facebook, sama seperti ketika kabar dan kontroversi macam ini terjadi sebelumnya. Sama seperti sebuah hubungan yang menyiksa, pengguna memiliki ketergantungan psikologis yang membuat mereka terus menggunakan situs ini, biarpun dalam tingkat tertentu, mereka sadar bahwa ini tidaklah sehat.

Iklan

Hasil penelitian selama beberapa dekade telah menunjukkan bahwa hubungan kita dengan semua media, entah film, televisi atau radio, bersifat simbiosis: Orang menyukai media karena gratifikasi yang didapat ketika mengonsumsinya—manfaat macam eskapisme, relaksasi, dan pertemanan. Semakin sering orang menggunakan media, semakin besar grafitikasi yang mereka cari dan dapatkan.

Namun dengan media online, data konsumen digunakan oleh perusahaan media guna menawarkan hal-hal yang menjadi gratifikasi utama mereka. Perusahaan meneliti pola perilaku konsumen dan mengatur pengalaman online khusus guna menarik kebutuhan psikologis individu. Selain menyediakan konten untuk konsumsi kita, Facebook, Twitter, Google—semua media interaktif—memberikan kita terobosan cara berinteraksi di platform tersebut guna memuaskan dahaga kita sebagai manusia.

Fitur-fitur interaktif di Facebook menyediakan cara yang sederhana bagi kita untuk menjawab rasa penasaran, menyiarkan pemikiran, mempromosikan imej, menjaga hubungan dan memenuhi kebutuhan validasi eksternal. Media sosial memanfaatkan kecenderungan psikologis manusia agar semua orang tetap menggunakannya. Itulah alasan kenapa sulit sekali bagi pengguna untuk benar-benar berhenti menggunakan.

Menjaga ‘Pertemanan’
Semakin sering kamu nge-klik, semakin kuat hubungan onlinemu. Menekan tombol ‘Like’, berkomentar di foto teman, mengirimkan ucapan selamat ulang tahun, dan men-tag orang lain adalah cara-cara bagaimana Facebook membiarkanmu menjaga “hubungan sosial.” Semua bentuk kontak sederhana ini membiarkan pengguna menjaga hubungan dengan banyak orang dengan mudah.

Iklan

Membentuk Imej yang ingin kamu tampilkan
Semakin banyak informasi diri yang kamu tampilkan, semakin besar peluangmu sukses mempresentasikan diri. Penelitian telah menunjukkan bahwa presentasi diri yang strategis merupakan fitur kunci penggunaan Facebook. Pengguna membentuk identitas online dengan cara menunjukkan konser apa yang mereka datangi dan dengan siapa, isu-isu apa yang mereka dukung, demo apa yang mereka ikuti dan sebagainya. Dengan cara ini, kamu bisa mengkurasi diri secara online dan mengatur kesan orang terhadapmu—sesuatu yang tidak mungkin dilakukan di kehidupan nyata secara reguler dan penuh presisi. Di dunia maya, kamu bisa menampilkan versi ideal diri sepanjang waktu.

Kepoin Orang Lain
Semakin sering kamu ngeklik, semakin bisa kamu mengawasi orang lain. Pencarian dan pengawasan sosial macam ini adalah salah satu bentuk gratifikasi terpenting yang didapat pengguna dari Facebook. Kebanyakan orang menyukai ‘ngepoin’ orang lain di media sosial, dan kebanyakan melakukannya sembunyi-sembunyi. Kebutuhan psikologis manusia untuk memonitor lingkungan akarnya sangat dalam dan mendorong kita untuk terus mengikuti berita setiap hari—dan menjadi korban dari “FOMO”, atau rasa takut ketinggalan. Bahkan para pengguna Facebook yang sudah manula dan biasanya benci membeberkan terlalu banyak informasi tentang diri mereka sendiri, ternyata tetap suka mengintai kehidupan orang lain.

Iklan

Meningkatkan Sumber Daya Sosial Pribadi
Semakin banyak informasi diri yang kamu beberkan, semakin besar nilai sosial digitalmu. Semakin kamu bersikap terbuka, semakin besar kesempatanmu mendapatkan pekerjaan lewat LinkedIn. Ini juga bisa membantu teman lama menemukanmu dan bersilahturahmi kembali. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Facebook yang aktif meningkatkan modal sosial seseorang, entah kamu seorang anak kuliah atau warga manula yang ingin berhubungan dengan anggota keluarga atau membangkitkan hubungan dengan teman lama. Menjadi aktif di media sosial diasosiasikan dengan rasa percaya diri yang tinggi dan kesejahteraan yang subyektif.

Memperbesar Dukungan Terhadap Sesuatu
Semakin sering kamu ngeklik, semakin besar sebuah hype. Ketika kamu berbagi sebuah berita di media sosial untuk menunjukkan rasa setuju, kamu berkontribusi dalam penciptaan dukungan terhadap sebuah produk. Metrik yang menunjukkan tingkat dukungan, seperti lima bintang untuk produk di Amazon, bersifat lumayan persuasif, karena mereka melambangkan sebuah konsensus dari berbagai opini. Dengan cara ini, kamu menjadi bagian dari komunitas online yang dibentuk berdasarkan ide, event, gerakan, cerita dan produk—yang bisa membuatmu merasa menjadi bagian dari sesuatu.

Mengekspresikan diri dan mendapat validasi
Semakin banyak informasi diri yang kamu tampilkan, semakin besar rasa bahwa seseorang memiliki ‘kehendak pribadi’. Entah berwujud sebuah tweet, update status, atau postingan blog yang panjang, kamu bisa mengekspresikan diri dan membentuk diskursus di media sosial. Ekspresi diri macam ini bisa terasa memberdayakan. Dan metrik yang mengindikasikan dukungan terhadap postinganmu—”likes” dan emotikon senyum—bisa meningkatkan rasa kepercayaan diri karena memenuhi kebutuhan psikologis kita akan validasi eksternal.

Iklan

Jadi jelas bahwa fitur-fitur media sosial memberikan kita terlalu banyak gratifikasi penting untuk dilepas begitu saja. Belum tentu juga pengguna akan melepas ini semua hanya karena data dan kegiatan mereka diambil secara ilegal dari profil Facebook dan digunakan untuk kepentingan pihak lain.

Algoritma yang menolak melepaskanmu begitu saja
Biarpun kebanyakan orang tidak suka mendengar tentang algoritma menambang informasi pribadi mereka, ada pengertian implisit bahwa berbagi data pribadi adalah sebuah keharusan demi meningkatkan pengalaman pengguna. Algoritma yang mengumpulkan informasimu adalah algoritma yang sama yang mendorongmu untuk menjadi sosial, berdasarkan hobi, perilaku dan jaringan teman. Tanpa Facebook menyuruh-nyuruhmu melakukan sesuatu, mungkin kamu tidak akan segitu sosialnya. Facebook merupakan semacam pelumas sosial kita, kadang merekomendasikan teman untuk kita add ke dalam lingkaran sosial dan memberi notifikasi ketika seorang teman telah melakukan atau mengatakan sesuatu yang mungkin akan menarik bagi kita.

Coba ingat betapa banyak notifikasi yang dikirim Facebook tentang sebuah event. Ketika diingatkan tentang sebuah event, mungkin kamu paling tidak mempertimbangkan untuk pergi, bahkan mungkin mengunjungi halaman event tersebut, dan mengindikasikan bahwa kamu “tertarik” dan bahkan akhirnya mengunjungi acara. Semua keputusan ini kerap terjadi akibat dorongan dari Facebook itu sendiri.

Kalau Facebook tidak pernah mengingatkan, bagaimana? Kalau algoritma tidak pernah memberikanmu rekomendasi atau saran? Apakah kamu masih akan mengambil tindakan? Kalau Facebook tidak pernah mengingatkanmu untuk mengunjungi event, nge-add teman, melihat postingan orang lain atau mengucapkan selamat ulang tahun ke teman, mungkin kamu tidak akan melakukan itu semua, dan ini akan mengurangi kehidupan dan lingkaran sosialmu.

Facebook sadar betul dengan hal ini. Coba saja hapus akun Facebookmu. Kamu akan langsung menyadari betapa besar Facebook menampung memori pribadi dan sosialmu. Ketika kita berusaha menonaktifkan akun FB, kita akan diingatkan betapa besar kerugian yang akan dihadapi—profil dinonaktifkan, semua memori dihapus, kehilangan kontak dengan lebih dari 500,1000, atau bahkan ribuan teman. Di puncak halaman akan terpampang foto profil lima temanmu, dengan kalimat bertuliskan “(nama temanmu) akan merindukanmu.”

Ini seakan kamu ditanya apabila kamu bersedia memotong putus tali silahturahmi dengan semua teman secara sengaja. Siapa juga yang punya hati melakukan ini?