Opini

Saran Aktivitas Buat Menkes Terawan Selain Bikin Seremoni Saat Pandemi Corona

Ketika pemerintah menyerukan social distancing, pimpinan tertinggi Kemenkes justru ngumpulin banyak orang untuk seremoni simbolis. Jadi, kontributor kami memberi saran hal lain yang bisa dilakukan menkes.
Duta Corona Menteri Kesehatan Terawan Rajin Buat Seremoni di Tengah Pandemi Corona
Foto Menkes Terawan saat seremoni penghargaan duta Corona dari arsip humas Kementerian Kesehatan.

Pasti ini hari-hari yang sulit bagi Menteri Seremonial Indonesia Terawan Agus Putranto. Seluruh kegiatan kumpul-kumpul sedang dilarang. Presiden Jokowi yang notabene bosnya baru aja meminta seluruh kegiatan belajar dan bekerja dilakukan dari rumah. Work from home , istilahnya. Mungkin Menteri Terawan bingung, gimana hobi protokolernya bisa terpenuhi kalau enggak boleh ngumpulin orang?

Beruntung, yang namanya passion emang membuat kita terus berusaha mencari awas pada setiap peluang. Sore (Senin, 16/3) kemarin, celah itu muncul. Tiga pasien positif virus Covid-19 dinyatakan sembuh oleh tenaga kesehatan.

Iklan

Kegembiraan ini lantas diumumkan Menteri Terawan ke publik lewat seremoni yang khidmat dan menyentuh. Jiwa ngeyel orang Indonesia emang mendarah daging, bahkan sampai level menteri. Kesehatan pula.

Dalam seremoni itu, Terawan dan timnya memakai konsep acara yang bapak-bapak banget: Terawan menyerahkan jamu kepada pasien sembuh sebagai simbol perayaan. Jamu itu diklaim merupakan resep pribadi Jokowi.

"Ini ada bekal untuk pasien 01, pasien 02, dan pasien 03 yang kini sudah sehat. Bapak Presiden memberikan jamu racikan Bapak Presiden sendiri," ujar Terawan, dikutip Kompas. Apa ini artinya Jokowi merestui seremoni ini? Bukankah itu artinya Jokowi mementahkan imbauannya sendiri? Benarkah presiden selaw banget waktunya sampai bisa meracik jamu? Begitu banyak pertanyaan, begitu sedikit jawaban.

Saya juga bertanya-tanya kenapa pemerintah yang mengimbau kita kerja dari rumah, justru mengundang banyak wartawan untuk datang ke seremoni penting ini? Apalagi berani-beraninya ngangkat isu gimana perasaan para tenaga medis yang sebenarnya lebih butuh jamu racikan Presiden dibanding para penyintas kalau tujuannya buat imunitas.

Orang-orang ini udah sembuh, kan? Harusnya plasma darah mereka yang diambil karena diduga kuat bisa jadi vaksin virus corona. Tapi ya udah, kalau nanya-nanya gini malah kualat nanti, dianggap ngasih bad vibe di tengah euforia pemerintah kita yang lagi memelihara passion-nya.

Iklan

Meski menghormati cara Menteri Terawan merayakan banyak hal, VICE mesti ngasih imbauan juga untuk Menteri Kesehatan kita itu agar tetap di rumah/kantor aja demi kesehatannya. Ini nih pilihan aktivitas yang lebih baik Pak Menteri lakukan ketimbang ngadain rame-rame yang disiarkan langsung di televisi.

1) Pansos di IG

Plis pak, enggak usah keliling-keliling dulu lah. Seremoni lewat Instagram mestinya bisa. Kan, kemarin ramai tuh para pengguna internet yang unggah fotonya rapat kantor via conference call. Bahkan, Pak Terawan juga ikutan meramaikan. Nah, mending kayak gitu aja model seremoninya. Jadi, kalau ada peserta seremoni yang ngantuk (kalau lho!), bisa pura-pura koneksinya lagi nge- lag.

2) Meneliti atau nulis novel

Selain seremoni lewat internet, Terawan juga bisa mencontoh beberapa aktivitas sederhana yang ilmuwan dunia lakukan saat karantina. Di Twitter sempat rame ngomongin ini. Misalnya, Newton menemukan teori gravitasi saat sekolahnya diliburin karena ada wabah pes. Siapa tahu, Menteri Terawan juga bisa menemukan teori-teori revolusioner di sela-sela bekerja dari rumah? Teori racik jamu, misalnya.

Contoh lain, novelis Pramoedya Ananta Toer menulis magnum opus-nya selama masa isolasi di Pulau Buru. Kan bisa juga, Menteri Terawan menulis novel atau minimal otobiografinya sendiri lah. Siapa tahu kelak nyapres, kan udah persiapan konten dari sekarang.

3) Kurangi bicara

Cuap-cuap dan gimmick Menteri Terawan sejak semula sudah memperburuk situasi. Berhubung penanganan corona di Indonesia udah ada jubir resminya dan kerjaan masih banyak, mending dari sekarang Pak Terawan diam dan lebih giat bekerja, serta merumuskan kebijakan skala nasional, biar pusat-daerah enggak beda sikap soal perlu lockdown atau enggak; plus, biar orang yang pengin dites Corona bisa dapat layanan memadai (kalau bisa, juga bebas biaya). Oke?!