Lingkungan

Rambut Manusia Rupanya Bisa Dipakai untuk Mengatasi Tumpahan Minyak

Para penata rambut di seluruh Australia bergotong-royong mengumpulkan rambut untuk nantinya dimanfaatkan sebagai penyerap tumpahan minyak di Samudra Hindia.
Gavin Butler
Melbourne, AU
ilustrasi rambut dan foto petugas membersihkan tumpahan minyak
Foto via Getty (Kiri) dan Daren Mauree / L'Express Maurice / AFP (Kanan)

Kapal kargo milik Jepang MV Wakashio yang kandas di lepas pantai Mauritius bulan lalu menumpahkan hampir 4.000 ton bahan bakar minyak—sebanyak tiga perempat tangki—ke Samudra Hindia. Sebagian besar tumpahannya terseret sampai ke cagar alam pulau Ile aux Aigrettes di selatan Mauritius, mengancam spesies hampir punah yang hidup di sana.

Insiden tersebut menjadi bencana ekologi laut terbesar di Mauritius, sehingga salon-salon di Sydney berinisiatif meringankan beban negara itu dalam mengatasi tumpahan minyak. Sejauh ini, mereka telah mengumpulkan lebih dari 10 ton rambut manusia.

Iklan

Satu pekan sebelum kejadian, Universitas Teknologi Sydney (UTS) menerbitkan karya ilmiah yang menunjukkan rambut manusia dan bulu anjing sangat efektif menyerap minyak.

Terinspirasi oleh temuan itu, LSM Sustainable Salons di Australia menggerakkan penata rambut di seantero Selandia Baru dan Australia untuk mengumpulkan rambut dengan tujuan mengirimkannya ke Mauritius. Sustainable Salons memiliki visi misi mengatasi masalah limbah salon di dunia dengan mendaur ulang rambut, kertas timah dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menata rambut.

Hingga saat ini, ada 28 ton rambut lebih yang menggunung di gudang Sustainable Salons. Mereka mengepaknya ke dalam stoking besar hingga membentuk “hair boom”, gumpalan rambut mirip sosis. Hair boom ini akan langsung dikirim begitu Pemerintah Mauritius menyepakati negosiasinya.

Tumpahan minyak di laut biasanya dibersihkan menggunakan penghalang mengapung yang berfungsi mengurung dan menyaring polutan, serta dispersant dan demulsifier yang memecah dan menguraikan minyak. Hair boom bisa dijadikan alternatif alami yang berpotensi lebih efektif.

Hasil penelitian UTS menemukan, “Boom yang terbuat dari limbah rambut manusia secara signifikan lebih efektif menyerap minyak mentah yang tumpah di laut ketimbang bahan penyerap komersial seperti polipropilena, selulosa daur ulang dan produk sampingan kapas.”

“Lapisan kutikula rambut akan sangat efisien dalam menahan minyak mentah apabila dikombinasikan dengan serat halus dan luas permukaan tinggi,” peneliti utama Megan Murray menjelaskan lebih lanjut.

Iklan

“Bukti yang ada menunjukkan selain terjangkau, metode ini juga efektif membersihkan tumpahan minyak di permukaan laut dan tanah yang keras,” katanya kepada VICE News melalui email, menggambarkan temuan studinya “sangat menarik”.

Satu buah hair boom dapat menyerap hingga empat liter minyak mentah. Itu berarti dibutuhkan satu juta hair boom untuk membersihkan keseluruhan tumpahan minyak di laut Mauritius.

Paul Frasca, co-founder Sustainable Salons, menyebut upaya mereka sebagai “bantuan hair boom internasional”. Dia menegaskan dalam video promosi bahwa organisasinya berkomitmen menjaga pasokan hair boom untuk jaga-jaga apabila terjadi minyak tumpah di lepas pantai Australia atau Selandia Baru.

“Kami berusaha menghubungi organisasi-organisasi di Mauritius yang bisa menangani kiriman hair boom untuk membersihkan tumpahan minyak,” ujarnya. “Kami bekerja keras … untuk mengirim hair boom-nya secepat mungkin.”

Rambut telah berkontribusi membersihkan tumpahan minyak besar di masa lalu, seperti bencana Cosco Busan di California pada 2007 dan bencana Deepwater Horizon di Teluk Meksiko pada 2010. Megan berharap kemampuan rambut dalam menyerap minyak mentah dapat membuka jalan bagi upaya pembersihan yang lebih ramah lingkungan di masa depan.

“Rambut sama bagusnya dengan polipropilena—salah satu bahan penyerap paling banyak digunakan, yang tidak terurai dengan baik di TPA—dalam hal membersihkan tumpahan minyak,” terang Megan. “Hal sekecil apapun yang dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan tidak berkelanjutan, bahkan dalam manajemen bencana, adalah langkah besar menuju keberlanjutan global.”

Follow Gavin di Twitter.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard