Keamanan Siber

Kisah Remaja Peretas Email Kepala CIA yang Dilarang Internetan Dua Tahun

Kane Gamble alias 'Cracka' dijebloskan ke bui pada 2015. Kini, sosok yang kesohor di kalangan komunitas hacker ini kembali lagi ke dunia maya.
Kane Gamble
Foto dari arsip pribadi Kane Gamble

Kane Gamble alias Cracka adalah anggota kelompok peretas Crackas With Attitude (CWA) yang paling menonjol. Bagaimana tidak, dia hobi membuat onar akhir 2015 dan awal 2016 lalu. Kane meretas akun pribadi ribuan pejabat pemerintah AS pada saat itu, termasuk email AOL mantan direktur CIA John Brennan dan akun home internet mantan Direktur Intelijen Nasional James Clapper. Portal dan peranti sejumlah instansi pemerintah AS juga dibobol remaja 15 tahun itu.

Iklan

Setelah diamankan polisi, hakim Inggris menjatuhkan hukuman dua tahun penjara kepada pemimpin CWA—sebutan dari hakim. Sejak itu, Kane dilarang menggunakan komputer dan gadget apapun yang  bisa terhubung ke internet sampai 20 April 2020. Pada 19 April malam, dia menyaksikan jarum jam berjalan hingga menyentuh dua belas dari kamar tidurnya di Leicester.

CWA bukanlah peretas profesional. Mereka hanya segerombolan peretas muda yang suka menciptakan kegaduhan. Anggota CWA menjadikan aksi pembobolannya sebagai ajang pamer.

Ketika ditanyakan kehebatannya oleh jurnalis CNN Laurie Segall, Kane menjawab: “Kami enggak bego, tapi enggak pintar juga.”

“Saya ngeganja tiap hari,” katanya dalam wawancara sambil menggunakan pengubah suara.

FBI sampai mengeluarkan peringatan terhadap serangan “hacktivist” ke politikus dan polisi karena mereka begitu gigih. CWA mengklaim peretasannya dilancarkan untuk mendukung orang Palestina, meskipun sepertinya mereka mengatakan itu supaya dianggap hacktivist serius.

Aksi mereka mereda begitu anggota inti CWA dicokok otoritas AS dan Inggris. Hukuman Kane diputuskan pada 2018, dengan tuduhan memimpin “geng siber” yang melaksanakan “aksi terorisme siber bermotivasi politik”.

Screen Shot 2015-10-19 at 6.08.14 PM.png

Salah satu akun Twitter resmi Crackas With Attitude. (Tangkapan layar oleh Motherboard)

Begitu masuk tengah malam, saya langsung bikin Twitter dan menghubungi rekan-rekan white hat dekatku,” Kane memberitahuku lewat chat. “Rasanya aneh banget, tapi senang.”

Kane kini bisa menghirup udara bebas. Selama menjalani masa hukuman, dia mendekam delapan bulan di dalam sel Belmarsh yang memiliki tingkat keamanan tinggi—penjara ini sering dijuluki Hellmarsh karena lingkungannya sangat sulit—dan melewati masa percobaan lebih dari satu tahun tanpa akses internet.

Iklan

“Gokil sih,” kenang Kane. “Mereka salah paham. Kami jelas-jelas bukan teroris siber. Aksi kami enggak separah bayangan mereka. Kami hanya sekumpulan anak remaja yang suka mengacau di internet.”

Walaupun begitu, Kane tetap menyesali perbuatannya. Dia banyak merenung dan memikirkan tindakannya dulu.

“Apa yang saya kira biasa saja dulu, sebenarnya jauh lebih serius. Saya baru menyadarinya setelah didakwa,” ungkapnya. “Saya sudah berubah […] dulu saya masih bodoh.”

Dalam beberapa bulan terakhir, Kane mempersiapkan diri untuk berkarier di industri keamanan siber. Dia mempelajari “segala hal yang berkaitan dengan pentest [penetration test]”, mulai dari aplikasi web, keamanan mobile hingga infrastruktur internet. Dia mengaku telah menemukan kelemahan pada dua aplikasi pesan populer dan memperoleh bug bounty (program pencarian bug pada suatu web atau aplikasi) dari perusahaan yang mengembangkan aplikasi. Peretas dan periset akan menerima hadiah jika melaporkan celah keamanannya kepada penyelenggara.

“Saya sudah lebih dewasa sekarang dan enggak tertarik melakukan kejahatan,” tuturnya. “Saya ingin menjalani hidup dengan baik.”

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard