FYI.

This story is over 5 years old.

Berita

Mahmoud Ahmadinejad Kembali Mencalonkan Diri Sebagai Presiden Iran

Pengumuman politikus karismatik yang memusuhi Israel itu menggemparkan publik.
Foto Utama dari Associated Press.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad memicu kehebohan publik saat kembali mendaftarkan diri sebagai calon presiden, jelang pemilihan umum yang akan digelar bulan depan. Sebelumnya, Ahmadinejad mengaku tak berminat kembali menjadi presiden. Rupanya, dia segera menjilat ludah sendiri. Keputusan Ahmadinejad dinilai kontroversial karena melawan peringatan yang dikeluarkan Pemimpin Besar Iran, Ayatullah Ali Khamenei tahun lalu, yang sudah mewanti-wanti agar Ahmadinejad tak lagi ikut pilpres. Di depan awak media, Ahmadinejad mengunjungi Gedung Kementerian Dalam Negeri Iran, menyerahkan berbagai dokumen persyaratan mengikuti pilpres mendatang. Politikus berusia 60 tahun itu datang berselang satu hari setelah pendaftaran dibuka. Presiden Iran saat ini, Hassan Rouhani, belum mendaftar. Namun Rouhani dipastikan maju lagi. Besar kemungkinan presiden petahana kembali terpilih. Sampai saat ini, ada 197 kandidat yang sudah mendaftarkan untuk ikut dalam pilplres Iran. Pada September 2016, Pemimpin besar Iran Ayatullah Ali Khamenei menganjurkan agar Ahmadinejad tak kembali menyentuh politik, setelah masa jabatan keduanya berakhir empat tahun lalu. Ahmadinejad yang dikenal sebagai seorang konservatif garis keras, sekarang memilih mengesampingkan anjuran tokoh agama paling berpengaruh di Negeri Para Mullah itu. "Imam Besar meminta saya agar tak kembali ikut serta dalam pilpres dan saya menerimanya," ujar Ahmadinejad pada awak media. "Saya menganggap itu sebagai sebuah anjuran semata. Imam besar tidak bilang 'jangan' atau 'silakan ikut'. Saya mendaftarkan diri karena ingin memberikan dukungan pada saudaraku Bapak Baghaei." Nama yang disebut itu adalah sekutu politik Ahmadinejad sejak lama: Hamid Baghei, yang sama-sama mendaftar sebagai capres untuk pemilihan umum 19 Mei mendatang. Para pengamat politik Iran menduga mantan presiden ini sedang bermanuver agar dia dan Baghei, atau salah satu dari mereka, bisa lolos seleksi. Semua capres diseleksi oleh Dewan Garda Nasional yang memeriksa seluruh pendaftar. Dewan ini pula yang menentukan kandidat bisa lolos atau tidak.

Kubu Ahmadinejad yang berpandangan keras dalam politik luar negeri—termasuk sikap bermusuhan melawan Israel—saat ini tak lagi menguasai pemerintahan. Pejabat digantikan kubu Rouhani yang lebih moderat dan ingin menjalin hubungan dengan negara-negara Barat.  Ahmadinejad menjabat sebagai presiden sepanjang kurun 2005 hingga 2013. Ketika dia terpilih lagi dalam masa jabatan kedua pada 2009,  ribuan warga Iran menggelar demonstrasi. Tokoh oposisi menuduh pemerintah melakukan kecurangan dalam pemilu. Sebetulnya tak ada yang salah dari keputusan Ahmadinejad kembali mendaftar sebagai bakal capres. Sesuai Konstitusi Islam Iran, seorang mantan presiden yang sudah menyingkir dari arena politik selama empat tahun diizinkan  mencalonkan diri lagi menjadi orang nomor satu di Negeri Para Mullah itu. Ahmadinejad dikenal di Barat atas sikap kerasnya dalam hal meluaskan program nuklir Iran. Dia berulang kali mengeluarkan pernyataan yang mempertanyakan kebenaran Holocaust pada Perang Dunia II serta  mengancam akan menghapus Israel dari peta dunia. Rouhani, di sisi lain, adalah agamawan yang tidak sekeras Ahmadinejad. Dia dulu terpilih setelah menjanjikan akan bekerja lebih dekat dengan negara Barat, mengakhiri sanksi karena program nuklir mereka di masa lalu. Dua tahun lalu Rouhani menandatangani perjanjian nuklir dengan Amerika Serikat yang bersejarah, yang kemungkinan membatasi kemampuan nuklir Tehran, namun di sisi lain menghapuskan sanksi blokade penjualan minyak yang telah merugikan perekonomian Iran secara signifikan. Meski Rouhani telah diperkirakan akan memenangkan jabatan presiden dengan mudah, dia menghadapi kritik keras karena gagal menepati janji soal pertumbuhan ekonomi sejak penghapusan sanksi ekonomi Barat dijalankan pada 2015.

Bukan hanya Ahmadinejad yang mengancam potensi Rouhani menjabat sebagai presiden untuk periode kedua. Pekan lalu, Ebrahim Raisi, ulama konservatif yang akrab dengan Ayatulllah Khamenei, turut mengumumkan pencalonannya. Dengan adanya Raisi dan Ahmadinejad sebagai kandidat pesaing, sangat mungkin Rouhani diuntungkan. Sebab baik Raisi dan Ahmadinehad sama-sama bertarung memperebutkan ceruk suara yang sejenis, sehingga suara pemilih konservatif terpecah.