FYI.

This story is over 5 years old.

Musik

Simak Sepak Terjang EXP Edition, Boyband K-Pop Dengan Personel Non-Korea Pertama di Dunia

VICE ngobrol bareng anggota EXP Edition yang nekat membentuk boyband K-Pop, meski semua personel tak punya tampang apalagi kewarganegaraan Korea Selatan.

Korean pop—atau lebih lazim disingkat menjadi K-pop—telah berkembang menjadi industri hiburan senilai US$5 miliar. Kini, sound K-pop, para musisinya, fesyen dan gaya hidup yang diasosiasikan dengan K-Pop telah menjelma menjadi sebuah fenomena global. Ironisnya, meski fan K-pop telah jauh mengalami diversifikasi atau gampangnya bisa dijumpai di manapun di kolong jagat ini, musisi dan bintang-bintang K-pop masih berasal dari dari satu negara saja, Korea Selatan.

Iklan

Lalu, apa jadinya jika sekelompok warga negara non-Korea mencoba membentuk grup K-pop?

Dalam episode terbaru MINORITY REPORTS, VICE mengirim Lee Adams ke Seoul, Korea Selatan, guna menjumpai Koki Tomlinson, Frankie DaPonte, Hunter Kohl, and Šime Košta. Mereka adalah anggota EXP Edition, boyband K-pop non-Korea pertama di dunia yang percaya bahwa menjadi musisi K-pop tidak sepenuhnya dimonopoli penduduk Negeri Ginseng.

Saat pertama kali muncul, EXP Edition langsung dihujani kritik pedas dari pada penggila K-pop—kebanyakan malah bukan warga negara Korea Selatan—yang berkukuh mengatakan EXP Edition sudah mencuri salah satu budaya Korea. Namun, menurut sudut pandang anggota EXP Edition, kritik pedas macam ini biasanya dilayangkan kepada siapapun yang menjajal genre musik yang popularitasnya tengah menanjak di kancah global.

Dalam obrolan bersama anggota EXP Edition, manager, fan, dan pengkritik mereka, kami benar-benar menyelami dunia K-pop dan mencari di mana tepatnya letak batas antara apresiasi budaya dan pencurian budaya—serta siapa punya wewenang menarik garis ini.

Tonton video wawancara kami bareng EXP Edition di tautan awal artikel ini.