media sosial

Kita Wajib Sujud Syukur, Sekarang Bisa Menolak Undangan Masuk Grup WhatsApp Gaje

Tidak semua orang punya nyali left grup yang ternyata penghuninya toxic. Fitur ini emang cocok banget diterapkan di Indonesia.
Kita Wajib Sujud Syukur, Sekarang Bisa Menolak Undangan Masuk Grup WhatsApp Geje
Foto ilustrasi WhatsApp oleh Justin Sullivan/Getty Images/ via AFP

Aplikasi perpesanan nomor satu di dunia, WhatsApp, sudah sering dikeluhkan jadi arena penyebaran hoaks yang masif dan efektif. Tertuduh utamanya adalah grup WhatsApp, yang di Indonesia lebih spesifik lagi pada grup WhatsApp keluarga. Untuk menjawab keluhan itu, pekan lalu WhatsApp mengumumkan kebijakan baru yang memungkinkan pengguna menyeleksi undangan masuk grup WhatsApp.

"Ini merupakan pembaruan yang penting untuk membantu menangkal peredaran misinformasi dengan mengontrol siapa yang boleh mengundang pengguna ke grup," ujar Direktur Kebijakan APAC (Asia-Pacific) WhatsApp Clair Deevy dalam konferensi pers pekan lalu dikutip Kompas.

Iklan

Pengaturan baru ini diaktifkan dengan cara membuka Pengaturan/Setelah di WhatsApp > ketuk Akun > Privasi > Grup dan pilih salah satu dari ketiga opsi berikut: "Semua Orang", "Kontak Saya," atau "Kontak Saya Kecuali."

"Kontak Saya” berarti hanya pengguna yang terdaftar dalam daftar kontakmu yang dapat menambahkan kamu ke dalam grup. Sementara “Kontak Saya Kecuali” menawarkan pengaturan tambahan untuk memilah siapa saja dalam daftar kontak yang dapat menambahkan kamu ke grup.

Untuk admin grup yang tidak bisa menambahkan kamu ke grup, ia akan diminta untuk mengirim undangan via japri. Apabila dalam waktu tiga hari kita tidak menjawab, kita dinyatakan menolak masuk grup. Kan enak tuh, kita bisa ngasih alasan klasik, “Aduh sori banget chat-nya ketumpuk.”

"Setelan privasi terbaru untuk grup yang diumumkan pada hari ini dibuat berdasarkan sejumlah langkah yang telah kami tempuh, termasuk di pembaruan produk dan kampanye kesadaran publik untuk membantu mengatasi isu misinformasi,” jelas Deevy dalam rilis WhatsApp kepada media. Dilansir Kumparan, ada laporan yang mengatakan pembaruan ini merupakan upaya WhatsApp menghadapi serangan spyware yang diduga milik perusahaan Rusia NSO Group.

Ini adalah langkah kedua melawan hoaks yang dibuat WhatsApp selama 2019. Pada Januari kemarin, WhatsApp sudah duluan membatasi jumlah forward pesan maksimal hanya ke lima kontak. Pesannya juga dilabeli tanda panah biar ketahuan itu pesan forward-an.

Iklan

Tidak masuk ke dalam grup-grup mencurigakan lumayan membantu mengatasi persebaran hoaks yang banyak sekali terjadi di WhatsApp. Menurut survei rilisan Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) dua tahun lalu, 62,8 persen responden mengaku sering menerima hoaks dari aplikasi pesan singkat seperti grup WA.

Kominfo sendiri memiliki data khusus aduan konten hoaks di aplikasi ini. Sepanjang 2018, ada 733 laporan konten hoaks di aplikasi tersebut. Jumlahnya terus meningkat sejak Kominfo mulai ngumpulin data pada 2016.

"Tugas kita adalah mitigasi risiko. Bagaimana menekan penyebaran, membuat angkanya serendah mungkin," ujar Menkominfo Rudiantara tahun lalu kepada Detik.

Kelakuan orang tua yang doyan sebar-sebarin info sembarangan ternyata bukan cuma milik orang Indonesia saja. Di AS, penyebar hoaks paling besar datang dari para kelompok lansia yang mencapai 11 persen. Sementara, penyebar hoaks rentang usia 18-29 tahun hanya 3 persen saja.