Coronavirus

Tiongkok Sanggup Bangun RS dalam 6 Hari Buat Tampung Seribu Pasien Coronavirus

Tiongkok memang pemicu penyebaran virus mematikan itu. Tapi hanya di negeri itu pula tampaknya, proyek konstruksi besar bisa diselesaikan kurang dari seminggu.
Tukang bangunan berdiri di antara alat berat di tempat pembangunan rumah sakit coronavirus di Wuhan, Provinsi Hubei pada 24 Januari 2020
Tukang bangunan berdiri di antara alat berat di tempat pembangunan rumah sakit coronavirus di Wuhan, Provinsi Hubei pada 24 Januari 2020. Foto oleh Chinatopix via Associated Press.

Sejak 23 Januari lalu, Pemerintah Kota Wuhan rupanya sudah membangun rumah sakit dengan 1.000 ranjang untuk menangani wabah coronavirus. Rumah sakit baru ini dijadwalkan rampung dalam enam hari.

Proyek pembangunan singkatnya diusulkan menanggapi situasi gawat di Tiongkok, yang telah ditutup aksesnya guna mencegah penularan lebih luas. Pasien yang masuk rumah sakit melebihi kapasitas, sedangkan pasokan alat medis semakin menipis. Mereka yang ingin berobat karena memiliki gejala coronavirus sampai ditolak mentah-mentah. Lambatnya pemerintah Wuhan dan Beijing dalam menangani krisis menuai kritik dari segala penjuru.

Iklan

Jenis virus baru ini telah menewaskan 56 orang dan menginfeksi lebih dari 2.000 lainnya di seluruh dunia.

Berfungsi sebagai pusat karantina, media nasional melaporkan rumah sakit baru didirikan di Caidian, Wuhan pada Kamis waktu setempat. Pejabat dan semua yang terlibat dalam proyek mengatakan rumah sakit tersebut siap menerima pasien pada pertengahan minggu ini.

Meskipun tenggat waktu ketat tampak mustahil dipenuhi, mereka terbukti pernah menyelesaikan pembangunan cepat selama wabah SARS pada 2003. Saat itu, 7.000 pekerja di Beijing membangun rumah sakit Xiaotangshan dengan 1.000 ranjang dalam seminggu.

South China Morning Post melansir ratusan tukang bangunan sudah siap bekerja di lokasi. Penduduk setempat mengatakan mereka dibayar tiga kali lipat dari upah normal yaitu sebesar 1.200 yuan (Rp16 juta) per hari.

Ketika artikel ini ditulis, rencana pembangunannya masih diselesaikan dan dijadwalkan dikirim ke perusahaan konstruksi pada Jumat (24/01/2020).

Pada Jumat, media lokal mengunggah gambar dan video persiapan pembangunan yang menunjukkan puluhan penggali, buldoser, dan truk untuk membuka lahan di pinggiran kota.

Di saat media nasional memuji langkah pemerintah dan mengimbau agar warga tetap tenang, warga Wuhan meluapkan amarah mereka di media sosial terlepas dari upaya pemerintah membungkam siapapun yang mengkritik mereka.

Video viral yang diunggah seorang warga Wuhan menunjukkan betapa kacaunya sistem kesehatan di sana. Pasien terbaring di lorong rumah sakit, dokter meneriaki pasien, dan antrean mengular pasien yang menunggu berjam-jam.

Iklan

Banyak warga melaporkan mereka ditolak rumah sakit karena kekurangan alat tes.

Realitas ini diungkapkan lewat postingan Weibo dari akun resmi rumah sakit. Mereka meminta pasokan alat medis.

Perlengkapan medis semakin menipis, kami butuh bantuan!!!” tulis Rumah Sakit Anak Wuhan pada Kamis (23/01/2020). Rumah sakit lainnya melakukan hal serupa. Mereka meminta bantuan berupa masker operasi, jubah sekali pakai, kacamata pelindung, dan sarung tangan.

Pemerintah Tiongkok berada di bawah tekanan besar untuk berbuat lebih banyak mencegah penyebaran. Beijing dikritik karena reaksinya yang lamban, mengingat wabah ini pertama kali dilaporkan di Wuhan pada pertengahan Desember tahun lalu.

Salah satu upaya pemerintah mengendalikan situasinya yaitu dengan menutup akses dari dan menuju seluruh kota, termasuk Wuhan. Dalam beberapa hari terakhir, pemerintah telah memerintahkan pembatasan perjalanan pada sembilan kota di provinsi Hubei, seperti Ezhou, Huanggang, Chibi, Qianjiang, Zhejiang, Jingmen, dan Xiantao — merugikan sekitar 30 juta orang.

Krisis epidemi coronavirus muncul pada saat ratusan juta warga Tiongkok akan pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru Imlek. Akibatnya, Beijing membatalkan sejumlah perayaan berskala besar.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tadinya menganggap wabah ini sebagai keadaan darurat bagi Tiongkok, tetapi berubah pikiran) dengan menyatakan darurat kesehatan publik bagi dunia internasional.

Sejauh ini, kasus coronavirus dilaporkan terjadi di AS, Vietnam, Hong Kong, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Makau dan Taiwan.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News