FYI.

This story is over 5 years old.

Seni Rupa

Merayakan Pangan dan Media Baru Seni Rupa

Pameran dan festival seni OK. Video Jakarta kini berubah haluan membahas isu yang sejak awal memicu adanya perayaan: pangan.
Semua foto oleh Dita K. Raharjo/OK Video/RuangRupa

Lebih dari satu dekade lalu, tepatnya pada 2003, dunia seni rupa Indonesia memulai suatu tradisi yang saat itu, terasa sangat baru. Beberapa pegiat seni rupa Jakarta di bawah payung RuangRupa, membuat festival OK.Video yang menampilkan puluhan karya video dari perupa asal indonesia dan mancanegara. Sejak tahun itu, OK. Video aktif mengumpulkan dan merayakan penggunaan medium video—yang sejarah penggunaannya di Indonesia cenderung masih baru, kurang lebih 25 tahun lalu—dipakai untuk menampilkan suatu gagasan tertentu, seperti komedi, pemberdayaan, sampai kritik terhadap Orde Baru.

Iklan

Penggunaan media video dalam seni rupa acapkali terasa sangat futuristik. Bagaimanapun, perkembangan teknologi yang memungkinkan kita untuk menonton video seperti layar televisi dan perekam gambar umurnya masih sangat muda jika dibandingkan dengan teknologi untuk melukis dan memahat. Ketika VICE Indonesia mendatangi persiapan pembukaan pameran OK. Video di Jakarta, suasana kebaruan itu hampir tidak terasa sama sekali. Renan Laru-an, salah satu dari dua kurator yang bertanggung jawab, sepertinya paham. Dia bergegas membawa saya ke sebuah kebun dadakan yang berada di lapangan parkir gedung pameran. "Dia salah satu seniman yang akan menampilkan [karyanya]" ujar Renan, menyapa salah seorang laki-laki yang sedang memegang selang sambil menyirami belasan pot berisi berbagai macam tanaman. Di hari persiapan yang sudah sangat dekat, hal yang paling menjadi ciri akan ada pameran video adalah mount untuk televisi, walau tetap berada di atas kebun pisang dan tanaman perdu. Ada perasaan geli ketika melihat sesuatu yang sangat tradisional, seperti bercocok tanam, bersandingan dengan tradisi festival tersebut yang merayakan penggunaan media video yang sangat kontemporer.

Renan menjelaskan mengenai keberadaan pangan dalam festival tersebut yang mendapat sorotan khusus dalam OK. Video tahun ini. "Hubungan antara pangan dan video itu antara ada dan tiada. Ya, media video itu sangat berhubungan dengan teknologi, dan pangan sebenarnya juga sangat dekat dengan teknologi. Tapi mungkin relasi antara teknologi dan pangan sudah sangat normal dan natural, hingga hubungan kita [sebagai manusia] dengan pangan menjadi sebatas mekanis."

Iklan

Penggunaan bahan makanan di dalam seni rupa, apalagi seni rupa di Indonesia, sebenarnya masih kurang awam. Beberapa waktu yang lalu, salah seorang seniman dari Jakarta, Natasha Gabriella Tontey, melewati kontroversi setelah karyanya yang bertema jamuan makan malam diprotes berbagai lembaga dan organisasi karena makanan yang dihidangkan dibentuk menyerupai bayi manusia dan bahannya menggunakan air susu ibu. Kebanyakan penggunaan bahan makanan dalam seni rupa memang sering terkait dengan seni pertunjukan, seperti dalam balapan keju busuk Dieter Roth, ataupun karya Melati Suryodarmo di mana dia menari di atas balok mentega. Dengan konsep semacam ini, Festival OK. Video berusaha tidak hanya membatasi penggunaan bahan makanan sebagai media dalam karya seni. "Di sini kami sedang ingin membahas, bagaimana kalau pangan ini kita pakai untuk mendiskusikan media [dalam seni rupa], seni rupa, dan sejarah kesenian. Pangan dan bahan makanan itu tidak pernah secara resmi diikutsertakan dalam perjalanan seni rupa, walaupun selalu ada representasinya di mana-mana."


Baca juga liputan VICE Indonesia mengenai pejuang permakultur di Yogyakarta:

Beberapa seniman yang mengikuti festival ini bahkan tidak membahas makanan sama sekali, tetapi karyanya dapat menjadi representasi dari permasalahan pangan. Renan memberi contoh karya Ales Cermak yang tidak menampilkan pangan sama sekali, tetapi karyanya yang membahas bencana dan solusinya menjadi representasi yang dianggap memadai untuk menjelaskan isu krisis dan ketahanan pangan yang mungkin terjadi.

"Hampir bisa dibilang, perasaan [tentang video sebagai media seni rupa] ketika OK. Video dimulai tahun 2003, berulang lagi sekarang [tentang pangan sebagai media seni rupa]." Ujar Renan.

Pameran OK. Video: OK. Pangan berlangsung dari 22 Juli hingga 16 Agustus 2017 di Gudang Sarinah Ekosistem. Program lengkap dapat diakses di okvideofestival.org atau melalui media sosial mereka.