FYI.

This story is over 5 years old.

Facebook

Facebook Menyesal Efek Balon 'Selamat' Sempat Muncul di Berbagai Postingan Gempa Lombok

Juru bicara raksasa medsos ini mengungkapkan penyesalan atas kesilapan tersebut.
Screencap dari akun Herman Saksono

Pengguna Facebook di Tanah Air sejak awal pekan ini mengungkapkan doa, dukungan, dan harapan bagi korban gempa 7 skala richter yang mengguncang Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Minggu malam waktu setempat. Namun, sebagian pengguna segera menyadari ada yang keliru, ketika postingan mereka mendadak dihiasi balon dan konfeti bahagia.

Semua ini rupanya gara-gara mekanisme algoritma penerjemahan Facebook yang menyamakan semua kata 'selamat' sebagai tanda kebahagiaan.

Iklan

Mengingat 98 orang tewas sejauh ini akibat gempa tersebut, termasuk lebih dari 200 orang lainnya luka-luka, munculnya balon serta ucapan selamat dengan nuansa gembira membuat rasa tak nyaman pengguna Facebook dari Indonesia.

Kata selamat, kita tahu, merupakan homonim dalam Bahasa Indonesia. Artinya bukan sekadar mengapresiasi situasi bahagia, namun juga penanda untuk kondisi 'terlindung dari bahaya'. Tampaknya, Facebook hanya memasukkan satu konteks saja dalam kecerdasan buatannya. Alhasil, semua kata selamat langsung ditafsirkan sebagai ucapan bahagia.

Juru bicara Facebook, Lisa Stratton, mengungkapkan permintaan maaf terhadap pengguna medsos ini asal Indonesia. Dia mengakui adanya kesilapan dari timnya dalam memasukkan konteks kata untuk memicu animasi responsif di tiap postingan. "Fitur animasi otomatis ini tersedia secara global merespons kata tertentu sesuai negara, namun kami menyesalkan munculnya balon tersebut dalam situasi bencana. Kami segera mematikan fitur tersebut untuk kawasan Indonesia," ujarnya saat dihubungi Motherboard via email. "Doa kami untuk mereka yang menjadi korban gempa."

Herman Saksono, kandidat doktor ilmu komputer di Northeastern University, menjadi orang Indonesia pertama yang menyadari persoalan kontekstual tersebut. Dia menyesalkan mengapa sejak awal tim Facebook tidak mempelajari fakta bahwa kata 'selamat' memiliki dua arti dalam Bahasa Indonesia. Artinya, kesilapan macam ini sebetulnya bisa dihindari sejak jauh-jauh hari.

"Orang Indonesia terbiasa menggunakan dua kata ini dalam fungsi berbeda. Memang itu satu kata, tapi seperti homonim lainnya, ada dua makna dari kata tersebut," kata Saksono saat dihubungi Motherboard. "Tim pengembangan Facebook pasti sudah menghabiskan waktu sedemikian panjang sebelum merilis fitur animasi otomatis tersebut. Seharusnya ada kesadaran mengenai pemakaian kata tersebut dalam budaya lokal. Dengan sumber daya yang mereka miliki, sebetulnya Facebook bisa dengan mudah menyesuaikan konteks dalam pemakaian kata tersebut. Sayang, mereka lengah kali ini."

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard