FYI.

This story is over 5 years old.

Berita

Dubes Rusia untuk Turki Ditembak Mati Teroris Bersimpati Pada Aleppo

Pelaku adalah polisi Turki yang berpura-pura mengamankan galeri seni. Turki dan Rusia berjanji tidak terprovokasi pembunuhan Andrey Karlov.
Semua Foto oleh Burhan Ozbilici/Associated Press

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrey Karlov, ditembak mati seorang polisi yang berdiri di belakangnya, saat menghadiri sebuah pameran foto di Ibu Kota Ankara. Pelaku adalah personel polisi aktif di Kepolisian Turki. Insiden ini terjadi Senin (19/12) malam waktu setempat.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Marina Zakharova, menyebut pembunuhan ini sebuah "serangan teroris."

Iklan

Para pemimpin negara dan lembaga internasional mengutuk pembunuhan Karlov sebagai tindakan "pengecut" dan "menjijikkan".

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, menyatakan negaranya siap memberikan bantuan kepada Rusia maupun Turki untuk menyelidiki pelaku penembakan itu. Sedangkan Presiden Terpilih Donald Trump melalui keterangan tertulis menuding pembunuhan Dubes Karlov sebagai "aksi terorisme Islam radikal."

Karlov ditugaskan sebagai dubes di Turki sejak 2013. Penembakan itu terjadi hanya beberapa menit setelah dia berpidato di galeri seni kecil tersebut. Kantor Berita

Reuters melaporkan Dubes Karlov tewas setelah sempat dilarikan ke rumah sakit terdeket. Dia ditembak setidaknya delapan kali oleh pelaku. Media massa Turki telah mengidentifikasi pelaku. Sosok penembak itu bernama Mert Altintas. Saat kejadian, dia sebenarnya sedang tidak bertugas. Pria berusia 22 tahun itu menunjukkan kartu identitas polisinya pada petugas galeri, sehingga bisa melenggang masuk membawa pistol. Tidak ada pengunjung yang menduga pria berkemeja hitam itu akan menembak Dubes Rusia dari belakang. Sebelumnya, pejabat Turki sempat mengira pelaku adalah teroris yang berpura-pura menjadi polisi.

Fotografer kantor berita AP mengaku melihat Altintas mengucapkan takbir, menghancurkan beberapa foto yang terpajang di dinding galeri, serta meneriakkan dukungan untuk warga Aleppo. "Jangan lupakan Aleppo, jangan lupakan Suriah!" ujarnya sembari mondar-mandir di dekat tubuh Dubes Karlov yang tergeletak di lantai.

Iklan

Setidaknya tiga pengunjung pameran lainnya terluka dalam insiden itu. Pelaku ditembak mati oleh pasukan khusus kepolisian yang menyerbu beberapa menit kemudian. Keluarga Altintas sudah diamankan oleh polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin tak lama setelah insiden ini dilaporkan media massa. Putin menyatakan pembunuhan dubesnya adalah upaya teroris untuk menghambat upaya normalisasi hubungan antara Turki dan Rusia. "Ini juga upaya menghambat proses perdamaian di Suriah," kata Putin dalam jumpa pers yang disiarkan televisi. Rusia berjanji akan memburu jaringan pelaku dan menghancurkan sel teroris di Suriah.

Karlov adalah dubes yang bertugas di masa-masa genting, ketika hubungan diplomatik Turki dan Rusia dalam titik nadir. Dua tahun lalu jet tempur Rusia ditembak jatuh oleh Turki, sehingga kedua negara sempat bersitegang. Kini, setelah relasi Turki-Rusia normal, Karlov ikut terlibat dalam negosiasi damai untuk menghentikan peperangan di Kota Aleppo. Karlov aktif melobi Turki untuk meredam pemberontak anti Presiden Suriah Bashar al-Assad. Rusia terlibat dalam konflik Suriah, sebab Assad adalah sekutu mereka sejak lama.

Adapun warga Turki beberapa minggu ini menyalahkan Rusia atas tragedi kemanusiaan di Aleppo.Unjuk rasa mengecam keterlibatan Negeri Beruang Merah di Suriah terjadi di beberapa kota besar Turki, termasuk Ankara.