Nokia Legendaris 3310 Kembali ke Medan Perang Ponsel Dunia

FYI.

This story is over 5 years old.

Ponsel

Nokia Legendaris 3310 Kembali ke Medan Perang Ponsel Dunia

Perhatian peserta Kongres Ponsel Dunia tersita pada kabar kemunculan kembali produk ponsel murah tahan banting yang menghilang 17 tahun itu.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Kabar ini tentu tidak sepenuhnya baru. Beberapa situs sudah membocorkan bahwa Nokia, yang dulu sempat menjadi raja pasar telepon seluler dunia, hendak meluncurkan ulang seri 3310 dengan desain baru. Ketika gagasan itu benar-benar diumumkan di perhelatan Mobile World Congress, Barcelona, tetap saja keriuhan terjadi. Banyak yang membahas nostalgia pada seri ponsel sejuta umat itu. Ada pula yang menyoroti peluncuran ulang 3310 sebagai tanda stagnasi bisnis ponsel dunia.

Iklan

Nokia 3310 diluncurkan pertama kali pada tahun 2000. Seri ini salah satu ponsel terlaris sepanjang masa, terjual 126 juta unit di seluruh dunia. Faktor utama popularitasnya adalah harga yang murah dan daya tahan produk.

Peluncuran desain baru Nokia 3310 akhir pekan lalu oleh HMD Global—anak usaha Nokia—dengan sengaja menyasar segmen konsumen yang ingin bernostalgia dengan ponsel pertama dalam hidup mereka. Tak heran jika bentuk klasik 3310 tetap dipertahankan. Produsen juga mempertahankan harga jual murah sebagai pembeda utama. Di AS, 3310 seri baru dibanderol US$ 50 (setara Rp667 ribu), baterainya diklaim bisa tahan hingga satu bulan jika tak pernah dipakai, nada deringnya yang ikonik masih ada, serta keberadaan versi baru 'Snake' game paling pas untuk membunuh waktu sebelum era Android membawa kita pada kejayaan 'Angry Birds'.

Perubahan dan juga desain baru 3310 ini memang terlambat. Nokia sudah terlanjur jatuh di pasar ponsel. Sebagai pemain terbesar bisnis ponsel awal abad 21, perusahaan Finlandia ini justru tidak menganggap serius perluasan pasar ponsel pintar. Hasilnya, pada 2014 Nokia terpaksa menjual murah lini bisnis ponsel pada Microsoft senilai US$ 7 miliar).

Jika dibandingkan smartphone masa kini, 3310 versi baru ini masih terasa kuno. Ponsel ini bahkan tidak bisa tersambung ke 3G, layarnya kecil, tak punya sistem layar sentuh, dan menonjolkan keypad fisik. Tapi memang itulah jualan utama HMD. Masih banyak orang di dunia ini yang mendambakan ponsel sederhana, yang tidak terlalu canggih.

Selain meluncurkan ulang Nokia 3310, HMD juga memperkenalkan tiga ponsel pintar lain berbasis Android untuk bertarung di segmen pasar menengah ke bawah. Dari perhelatan World Mobile Congress, yang membuat HMD jadi sorotan utama, sebetulnya datang kabar buruk. Angka pertumbuhan bisnis ponsel sedang melambat 12 bulan terakhir. Tingkat pertumbuhan sepanjang 2016 tak sampai 10 persen. Padahal dua tahun sebelumnya, bisnis ponsel masih bisa tumbuh 27 persen. Mengingat ketatnya persaingan antar produsen dan juga minimnya margin profit, artinya hanya sedikit perusahaan sebetulnya bisa meraih keuntungan di bisnis ini.

Di Barcelona, bukan hanya HMD yang menyita perhatian pengunjung pameran. Produsen elektronik Korea Selatan, LG, meluncurkan ponsel baru G6, yang menonjolkan layar lebar 5,7 inchi serta aspek rasio 18:9 membuat ketajaman gambar jadi jualan utama. Di sisi lain, Huawei, produsen ponsel terbesar kedua dunia asal Cina yang berambisi mengalahkan Apple, meluncurkan produk unggulan mereka untuk 2017. Ponsel pintar itu dijuluki P10, meneruskan formula sukses P9 yang laris tahun lalu dengan pemutakhiran teknologi kamera dan juga pilihan warna.

Pemain lama, seperti Sony, Oppo, dan BlackBerry juga mengumumkan deretan produk baru. Tapi nyatanya perhatian media massa tersita pada Nokia 3310 versi baru. Sebuah ponsel 'bodoh' yang menyasar segmen konsumen menengah bawah.

Pengamat industri ponsel memperingatkan HMD bahwa strategi bisnis 3310 ini terlalu mengandalkan gimmick 'nostalgia'. HMD rentan sulit kembali menaikkan citra sebagai produsen smartphone. "Padahal HMD masih punya beberapa produk ponsel pintar," kata Ian Fogg, analis dari Lembaga Pemantau Pasar IHS. "HMD perlu menjauhkan merek Nokia semata nostalgia jika ingin mengembalikan peran mereka di pasar ponsel dunia."