Dunia Kocheng

Mencari Dasar Ilmiah 'Kocheng Oren' Diyakini Lebih Nakal dan Songong Dibanding Kucing Lain

Netizen di Indonesia menuding kucing oren sebagai kucing "preman". VICE coba mencocokkan klaim itu dengan temuan sains. Apa iya warna bulu memengaruhi kepribadian kucing?
Untitled design (19)
Kucing oren cari gara-gara dan akhirnya ribut. Sumber foto: needpix/lisensi CC 2.0 (kiri); screenshot YouTube (kanan).

Kucing berbulu oranye menjadi pembahasan di Internet Indonesia beberapa bulan terakhir, karena dianggap melawan stereotip umum kucing yang manis manja. Netizen menggelari kucing jenis tersebut pakai nama jalanan "kocheng oren". Kucing yang memiliki warna ini dituding berperangai lebih nakal, bandel, menyebalkan, berbakat preman, berperilaku monster, dan kerap rebel. Hmm, benarkah begitu?

Saya penasaran dengan kebenaran klaim itu dan mencari penjelasan saintifik. Salah satu referensi yang segera saya peroleh adalah penelitian Liz Stelow dari University of California Davis pada 2015. Timnya menyelidiki hubungan tingkah laku agresif kucing dengan warna dan motif bulunya. Dalam penelitian yang kemudian dimuat dalam the Journal of Applied Animal Welfare Science, Stelow dan tim menganalisis jawaban survei online dari 1.274 pemelihara kucing di Amerika Serikat tentang hubungan tingkah laku kucing dengan warnanya. Survei tersebut memuat beberapa pertanyaan, seperti seberapa sering kucing menggigit, mencakar, dan mendesis kepada majikannya. Hasilnya, kucing berwarna tortoiseshell (warna utama hitam atau cokelat, dengan shade merah, cokelat, atau oranye) dan kucing warna calico (belang tiga) lebih banyak dilaporkan bertingkah laku agresif dibanding kucing warna lain. Di antara dua jenis warna itu, kucing tortoiseshelldianggap yang paling nyebelin sampai-sampai dijuluki “tortitude”.

Iklan

Namun, Stelow ogah kalau surveinya dijadikan landasan ilmiah buat nge-judge kucing berdasarkan warna. Kata doi penelitian ini memiliki kelemahan dalam metodenya: data yang didapat peneliti cuma dari laporan pemelihara kucing, bukan hasil amatan mandiri peneliti yang memperhatikan tingkah laku kucing. Menurut Mikel Delgado, konsultan tingkah laku kucing bersertifikat (ada ya profesi kayak ginii!?) yang juga doktor psikologi di University of California-Berkeley, penelitian tentang kucing umumnya masih bias. Dia bisa bilang gitu soalnya kata "agresif" yang dipakai untuk mendefinisikan tingkah laku kucing adalah kata yang sangat subjektif. Belum ada parameter yang jelas mengapa satu kucing disebut agresif dan yang lainnya tidak. Meskipun belum bisa dijadikan landasan, kenyataannya banyak juga orang yang merasa relatable dengan hasil survei Sterlow. Gina Knepp, manajer sebuah penampungan hewan bernama Front Street mengatakan, memang motif calico dan tortoiseshell lebih nakal daripada kucing warna lain. Namun, bukan berarti kucing motif ini tidak bisa dipelihara. "Kalau kamu ingin punya kucing yang terus menyibukkanmu, calico dan tortie adalah pilihan yang tepat," ucap Gina. Jika Stelow sama sekali tak menyinggung ulah kucing oren, dalam artikel di Berkeley News kucing oren, bersama kucing belang dua, justru disebut sebagai yang paling ramah. Sementara kucing hitam, putih, maupun kucing belang tiga dianggap antisosial. Lho, kok malah kesannya berkebalikan dengan di sini?

Iklan

Ghibah tentang perilaku kucing oren malah saya temukan dalam satu forum Flickr dari 14 tahun lalu. Kok kayaknya kucing oren itu nekatan banget ya? tanya satu pengguna. Iya, menurut pengalamanku mereka emang agak gila, balas pengguna lain. Tapi , mereka juga jenis kucing paling pintar yang pernah aku punya, pengguna lainnya bersaksi. Seorang pengguna lain lantas cerita, kucing orennya berani ngajak berantem anjing pitbull. Tapi, obrolan kucing di atas bernada positif dan menyimpan kebanggaan. Oleh karena belum ada bukti warna kucing terkait dengan kepribadian yang stereotipikal, sebaiknya kita juga nggak nge-judge kucing berdasarkan warna bulunya. Pasalnya, sebuah penelitian yang terbit 2002 menyimpulkan rasialisme di dunia perkucingan bisa berdampak buruk. Misalnya, ada fakta kucing hitam dan cokelat jarang banget diadopsi karena dipercaya bawa sial. Sedangkan kucing tortoiseshell masih jadi kucing paling jarang dipilih calon pengadopsi dan paling sering dikembalikan ke penampungan hewan. Kondisi memprihatinkan ini coba diatasi Cathy Marden, seorang koordinator kucing di Berkeley East Bay Humane Society (BEBHS), dengan mengajak calon pengadopsi menilai kucing bukan dari warna bulu, tapi dari hati. "Jika ada seseorang datang untuk mengadopsi, kami mendorong mereka untuk menghabiskan waktu dengan sebanyak-banyaknya kucing karena sifat si kucinglah yang akan memberi tahumu bahwa kucing itu yang terbaik untukmu, bukan warnanya," ucapnya, dikutip situs web UC Berkeley.

Saya mencoba mengingat-ingat kucing oren dalam khazanah budaya pop. Tentu saja! Garfield! Kucing oren gendut dari komik strip yang doyan ngopi dan nge-bully anjing itu. Saya membuka Wikipedia untuk menggali informasi tentangnya sampai saya terhenti di daftar karakter lain di komik Garfield.

"Tokoh sampingan, Nomor 2: Nermal, seekor kucing abu-abu yang kecil dan sangat suka memamerkan keimutannya. Kucing ini sangat dibenci Garfield dan dibuang oleh Garfield ke Abu Dhabi." Ya ampun.

Kesimpulan dari hasil browsing sana-sini, tak tersedia bukti warna kucing berkaitan sama karakternya. Jadi kayaknya netizen perlu menghentikan perundungan serta segera minta maaf pada kocheng oren sedunia.