Ini Alasan Jangan Pacaran Sama Orang Kaya Ketika Kamu Sedang Bokek
Foto oleh Emily Bowler 

FYI.

This story is over 5 years old.

Pacaran

Ini Alasan Jangan Pacaran Sama Orang Kaya Ketika Kamu Sedang Bokek

Beberapa dari kalian pasti berpikir pacaran sama orang tajir adalah solusi problem keuangan. Eits, jangan salah, pacaran kayak gini tidak seenak bayanganmu.

Penghasilanku tiap bulan mepet untuk kebutuhan sehari-hari. Kondisi ini menyulitkan, karena selera jajan dan belanjaku semakin mahal seiring beranjak dewasa. Pas usia masih 15 tahun dulu, kesukaanku sebatas ngopi sambil ditemani satu bungkus rokok. Saat kuliah, yang kuinginkan bisa sering-sering dugem. Sekarang, aku mulai kepingin mencoba makan di restoran mewah ala-ala influencer muda yang wara-wiri di feed Instagram.

Iklan

Karena sadar enggak bakal mampu mewujudkan semua itu dalam waktu dekat, terpikir ide "cerdas" begini: sebaiknya cari pacar tajir aja kali ya. Kalau kalian sesama rakyat jelata sepertiku, kamu pasti pernah berkhayal bisa menggaet hati orang kaya, yang mau menuruti semua keinginanmu. Mirip-mirip cerita novel romantis gitu lah. Kamu mengira model pacaran begini bakalan menyenangkan. Jawabannya: enggak coy. Aku pernah beberapa kali pacaran dengan cowok yang secara ekonomi jauh di atasku. Percayalah, strategi ini hampir enggak pernah berhasil menjadi solusi masalah keuangan kita sehari-hari.

Kenapa? Berikut alasannya.

Orang Kaya Ogah Kali Pacaran Sama Pasangan yang Tidak Setara Dengannya

Orang tajir bisa melakukan apa pun yang mereka mau. Mereka enteng saja makan di restoran fine dining kalau memang sedang kepingin. Jadi apa gunanya mereka menghabiskan waktunya yang berharga untuk makan di warung kaki lima yang sumpek sama kamu? Mereka enggak peduli dengan celotehanmu yang bilang makanan di sana enak-enak. Dunia ini tidak seindah FTV bung dan nona.

Orang-orang yang menghasilkan banyak uang cenderung melihat pasangan hidupnya sebagai investasi. Dalam sepuluh tahun ke depan, mereka ingin memiliki rumah mewah kesekian, atau menambah perusahaan baru dalam portofolionya. Bagaimana denganmu? Impian terbaikmu paling mentok kepingin punya rumah minimalis di komplek pinggiran kota. Jauh banget bedanya…

Iklan

Tapi, apakah kamu benar-benar pengin punya pacar kaya? Kalau Lili sih, salah satu kawan yang kuajak ngobrol saat menulis artikel ini, enggak mau. "Mungkin aku terlalu menggeneralisir ya, tapi setiap orang kaya yang kutemui cenderung membosankan. Mereka juga punya pandangan politik yang berbeda dariku. Kami bahkan sampai berdebat hebat karenanya. Atau malah, mereka gabungan dari keduanya," tutur perempuan 25 tahun ini.

"Aku belum pernah sama sekali ketemu orang tajir yang bisa membuatku tertawa, atau permainannya hebat di ranjang. Mereka menganggap perempuan sebagai tempat melepas gairah. Gerakan mereka gitu-gitu aja dan cepat lemas."

Orang Tajir Tuh Kebanyakan Pelit

Pacaran yang ideal pasti memiliki semacam timbal-balik. Kita memberi pacar sesuatu untuk menyeimbangkan pemberiannya. Anehnya, orang berduit seringkali enggak siap melakukan hal sederhana kayak gini. Mereka mungkin saja menraktirmu di restoran mewah, tetapi keesokan harinya mereka memintamu ikut patungan. Lebih parahnya lagi kalau mereka sampai mencatat semua yang kalian habiskan bersama, dan komplain saat uang jatah patunganmu kurang.

Pertanyaannya: kenapa orang kaya sangat pelit? Apakah ini karena mereka merasa dimanfaatkan? Apakah mereka bisa kaya karena selalu berhemat (atau orang tuanya mengajari mereka agar selalu irit)?

Beberapa orang yang aku ajak membahas topik ini merasa orang kaya dididik untuk percaya bahwa kekayaan terkait nilai moral. Mereka tajir bukan karena berhemat. Temanku bilang orang kaya merasa “yakin dirinya pantas mendapatkan apa yang mereka miliki.” Jadi, kalau masih diminta patungan, kalian mungkin enggak segitunya diinginkan oleh mereka.

Iklan

Gaya Hidupnya yang Mewah Bikin Kamu Sakit Hati

Saking mewahnya gaya hidup seorang laki-laki kaya yang pernah kukencani, aku merasa cemburu sama hidupnya. Dia selalu pergi liburan, sementara aku bekerja di sebuah bar. Dia sering mengirim foto sedang berjemur di kolam renang, minum jus-jus mahal; dan video pendek lagi seru-seruan di pantai.

Aku jadi merasa sedih karena gaya hidupku jelata banget dibandingkan dia. Ini tipe orang yang bisa main ponsel di bar, membuka toko online, dan kalau melihat jaket seharga Rp9 juta, tinggal… dibeli gitu saja?

Aku merasa hidup tidak adil. Kamu enggak akan bisa membayangkan betapa kerennya pakaianku kalau aku punya duit. Meskipun aku sudah enggak bete lagi, kadang aku ngidam akan terjadi revolusi sosial, di mana semua pakaian orang kaya disita dan diserahkan kepada manusia lain yang tidak seberuntung mereka. Hidup komunisme!

Kencan Sama Orang Kaya Tidak Membuatmu 'Woke'

Aku pernah melihat debat kayak gini di Twitter: memacari laki-laki kaya tuh termasuk tindakan feminis yang baik atua enggak? Aku kembali bertanya sama Lili.

Dia bilang, “Ada orang yang percaya memeras seseorang adalah tindakan yang layak dipuji… itu bikin aku capek. Apalagi, banyak orang membela tindakan kayak gitu dengan alasan-alasan feminis. Kamu enggak memberdayakan dirimu kalau mengencani seseorang demi mendapat gratisan. Kamu masih mengandalkannya. Modalnya masih ada di tangan orang lain."

Kalau kamu bokek, mengencani orang kaya bisa terasa seperti upaya redistribusi ekonomi yang cerdas, dan kadang hasilnya memang kayak gitu. Aku enggak menilai buruk orang yang ingin mencoba pacaran kayak gini demi motif ekonomi— tapi kamu harus jujur dengan dirimu sendiri: siapa yang sebenarnya mempunyai kekuasaan?

Mungkin aku merasa aku lagi "morotin hartanya", padahal sebenarnya aku yang sedang dilecehkan dan dikuasai si pasangan tajir.