FYI.

This story is over 5 years old.

media sosial

Ongkos Besar Saat Kalian Memaksakan Ikut Gaya Hidup Mama-Mama Instagram

Mahal. Banget. Sumpah. Tapi kenapa foto-foto keseharian 'insta-mom' bisa memicu tekanan sosial bagi banyak ibu muda di Indonesia?
Ilustrasi oleh Dini Lestari.

Orang tua di manapun ingin yang terbaik untuk anak-anak mereka: makanan terbaik, pakaian terbaik, sampai pendidikan terbaik. Seiring makin populernya media sosial, orang tua terdorong berbagi metode pengasuhan dan pemberian fasilitas terbaik buat anak kepada siapapun, seringkali tanpa diminta. Di Indonesia, perpaduan dua keinginan tadi memicu perdebatan tak berujung soal definisi "ibu terbaik". Solusi instannya yang sedang populer: menebus "kebutuhan" anak dengan ongkos besar. Jika kita rajin menengok tren Instagram, tampaknya cuma langit batas pengeluaran orang tua untuk si buah hati. Tak sekadar berbagi tips saja, medsos berbasis foto seperti Instagram membuat standar 'terbaik' semakin spesifik: pamer barang dan jasa buat bayi. Saat memantau akun-akun dijuluki 'insta-mom' oleh pengguna Instagram Indonesia, barang dan jasa berikut mulai jadi syarat menjadi ibu terbaik zaman sekarang: stroller bayi puluhan juta (waduh), baby spa (hmm), gym khusus bayi (yup, kalian gak salah baca), kelas berenang untuk bayi (terserah dah), dan makanan sehat dan organik. Ada beberapa sosok ibu paling ngehits berkat postingan foto bareng anaknya dapat perhatian pengguna Instagram Tanah Air. Salah satunya Andien Aisyah, penyanyi tenar di negara kita. Andien, melalui akun Instagram pribadi yang punya 1,4 juta followers, sering banget mengunggah foto keseharian bersama si buah hati. Bahkan dia sampai bikin akun khusus keluarga yang lebih banyak lagi nunjukkin aktivitas anaknya. Alasan Andien stand out dari ibu-ibu instagram lainnya karena dia enggak cuma posting foto bareng anak doang. Dia sering sharing cara merawat dan mendidik anak yang terbilang unik. Misalnya Andien sudah memperkenalkan makanan padat ke anaknya yang baru berusia beberapa bulan. Atau waktu Andien masukkin anaknya ke tempat les berenang, tentunya di baby class. Juga saat dia menggunakan teknik menggendong khusus untuk si buah hati. Nagita Slavina tak kalah heboh. Ibu hits ini sehari-hari sering ngisi acara di TV seperti Rumah Mama Amy, sering posting foto anaknya Rafatar. Di akun Instagramnya, Nagita rajin memperlihatkan mainan sang anak yang berhubungan sama otomotif. Contohnya waktu anaknya naik motor-motoran, naik mobil-mobilan jenis sport, bahkan ada mainan mobil balap F1 juga. Foto-foto anaknya sering banget dikomentari followers Nagita yang berjumlah 20 jutaan akun. Katakanlah, ada ibu-ibu lain terinspirasi mengikuti pola parenting Andien dan Nagita, berapa sih ongkosnya? Jawabannya: tak terjangkau kebanyakan kelas menengah Indonesia. Sebut saja stroller yang dipakai dua instamom hits tadi, harganya mencapai Rp19,9 juta. Selain impor, stroller tadi punya fitur suspensi supaya bayi nyaman dari getaran ketika didorong pembantu, eh, orang tuanya, matras lembut, dan macam-macam keunggulan lain. Oke-oke, gimana kalau menjajal baby spa aja? Siapkan uang Rp275.000 sekali sesi ya, itu untuk pertemuan berdurasi 60 menit. Kalau sekalian pijat, ongkosnya bisa mencapai Rp1,5 juta. Gym untuk bayi? Sama saja. Uang pangkalnya doang Rp13 juta. Kalau mau jadi anggota, biaya bulanannya mencapai Rp2,5 juta. Beberapa sosok insta-mom lain bahkan memasukkan anaknya ke baby class. Sebetulnya ini pre-school, tapi khusus untuk bayi. Tertarik mendidik bayi sejak dini? Tebuslah SPP bulanan Rp4,5 juta. Belum termasuk biaya Rp2 juta untuk bukunya (eh tunggu dulu, bayinya emang diajari membaca?) Sudah-sudah. Intinya parenting ala insta-mom mahal. Mungkinkah ada perempuan yang baru saja menjadi orang tua tertarik mengikuti jejak mereka? Ternyata ada dan dampaknya cukup mencemaskan. Nina Agnia (30), ibu dengan lima anak, menilai cara mengasuh anak di akun Instagram pesohor mulai jadi pressure tersendiri. Khususnya bagi beberapa ibu yang ngerasa belum sempurna kalau gagal mencapai level kasih sayang yang ditunjukkan insta-mom terkenal. "Pernah ada kejadian di lingkungan aku sendiri. Si Ibu ini maksa mau ngelahirin pakai cara water birth karena terinspirasi Andien. Sedangkan dokter bilang karena alasan riwayat kesehatan Si Ibu, proses ngelahirinnya harus operasi cesar. Menjelang ngelahirin, ternyata stres berat si ibunya," kata Nina kepada VICE Indonesia. Ratnayu (24) adalah ibu muda asal Jakarta yang aktif di Instagram. Kepada VICE dia mengaku agak risih melihat tren yang berkembang di kalangan insta-mom populer. Foto treatment anak yang mahal seperti itu menurutnya bahaya. Perempuan yang dikaruniai satu anak ini beranggapan kebiasaan para insta-mom tenar di Indonesia secara tak langsung merangsang orangtua lain menjadi konsumtif. "Enggak semua [ibu muda] bisa milah mana yang bisa dicontoh dan mana yang jangan. Yang gak bisa milah jadinya asal beli yang sebenernya gak perlu," ungkapnya. Ratnayu bertambah khawatir, karena pengaruh Instagram akan jauh lebih kuat ketika didukung kondisi lingkungan sekitar. "Apalagi buat ibu yang circle bergaulnya menengah atas gitu ya, pastinya cara mendidik yang ada di akun artis itu berpengaruh," katanya. Pendapat Fanny Tjandra (24) setali tiga uang. Dia beranggapan kecenderungan insta-mom saat ini lebih pada pamer, dibanding benar-benar berbagi tips parenting. "Menurut aku sih sekarang ini kecenderungan orang tua adalah show off ketika memposting foto barang-barang anaknya yang branded dan mahal. Jadi kayak lomba buat nunjukin kekayaan gitu, " katanya. Guru Besar Sosiologi dari Universitas Indonesia, Paulus Wirutomo, menegaskan perilaku insta-mom sebetulnya variasi lain pamer kalangan menengah ke atas. Sama sekali bukan hal baru dalam ragam interaksi sosial di negara kita. "Kalau dulu kan pamernya secara fisik. Langsung ke tetangga-tetangga misalnya punya baju baru. Sekarang ada Instagram, pamernya jadi di dunia maya," ujarnya saat dihubungi VICE Indonesia. Paulus menambahkan dampak sosiologis pamer di dunia nyata dan di Instagram sangat berbeda. Jika di dunia nyata, dampaknya hanya lingkup kecil, bisa dikontrol oleh si orang yang pamer. Instagram tentu berbeda, karena siapapun bisa melihat. Dia bilang sangat mungkin ada ibu muda yang sedang belajar segala jenis metode pengasuhan anak jadi tertarik meniru pola belanja insta-mom. Perkiraan Paulus tak sepenuhnya keliru. Tiap kali mengintip kolom komentar para insta-mom, mudah bagi kita menemukan bejibun akun ibu muda tertarik ingin mencari produk sejenis dari postingan yang mereka lihat. "Vest baby-nya beli di mana sih mom?" atau "baju renangnya buat si dedek beli di mana sis?" Ratnayu meyakini beberapa ibu-ibu artis itu sebenarnya meng-endorse produk tertentu menyasar konsumen dari kelas menengah ke atas. Sayang tidak semua postingan diberi disclaimer. Efeknya menjadi sugesti halus, bila apa yang dilakukan insta-mom mungkin diikuti perempuan lain, terlepas dari status ekonominya (tentu saja pandangan macam ini menjerumuskan). Ratnayu sempat terinspirasi dan berencana untuk mendaftarkan anaknya ke gym khusus bayi, setelah melihat sebagian insta-mom merekomendasikan bermacam fasilitas tadi. Dia akhirnya membatalkan niat tersebut karena menemukan metode yang lebih terjangkau. "Dari pengalaman pribadi sih menurutku penting buat melatih otot dan sistem motorik anak dari kecil. Tapi gak pernah sampe ngerasa pressure harus banget gitu," katanya. Enda Nasution, blogger kawakan sekaligus pengamat media sosial, menilai tren pamer dan endorsement berbungkus tips parenting mulai berlebihan. Dia berharap pengguna medsos Indonesia meningkatkan pemahaman bahwa tidak semua postingan pesohor layak diikuti. Apalagi jika caranya selalu membeli produk/jasa tertentu seperti yang digunakan si insta-mom. "Pengguna Instagram harus lebih bijak. Yang harus disadari, dalam sebuah postingan itu pasti ada sisi pencitraan. Ini dilakukan oleh semua orang sebenarnya, enggak cuma artis," kata Enda saat dihubungi VICE. Nina merasa berbagai postingan insta-mom pesohor sejak awal sudah tidak realistis, apalagi jika yang ingin menirunya adalah perempuan yang bekerja domestik maupun jadi tulang punggung keluarga. Sebagian besar insta-mom adalah selebritas yang punya lebih dari satu asisten rumah tangga, sehingga tidak usah repot memikirkan cucian yang numpuk, cari tambahan uang dapur, atau bingung besok mau masak apa. "Artis-artis ini [niatnya] menginsiprasi, tapi disalahtanggapi sama orang-orang lain karena jadi ada standar 'elo belum oke kalau enggak bisa kayak dia'."

Iklan