FYI.

This story is over 5 years old.

Pengendali Pikiran

Teknologi Mengendalikan Komputer Lewat Pikiran Pelan-Pelan Terwujud

Platform bernama MindDesktop menampilkan performa jauh lebih cepat dari interface PC yang dikontrol lewat pikiran.
Screencap via Youtube.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Akhir bulan lalu, Elon Musk membeberkan rencana besarnya mengembangkan Neuralink, perusahaan yang didedikasikan buat menciptakan interface mesin-otak dengan bandwidth tinggi—intinya, mesin mengontrol komputer dengan pikiran. Idenya keren dan ambisius banget, meski tidak terbilang baru. Brain-machine interface (BMI) telah beredar cukup lama, namun akibat kompleksitas otak yang tinggi, perkembangan mesin ini sangat lamban. Bahkan ketika mesinnya bekerja, seringkali pincang dan lamban dan benar-benar enggak sepadan.
Inilah yang membuat MindDesktok, BMI yang dikembangkan para peneliti di Ben-Gurion University, Israel, amat menarik. Sebagaimana dijabarkan pada makalah baru-baru ini yang diunggah pada arXiv, MindDesktop mengizinkan pengguna untuk mengakses interface dengan banyak aspek Windows PC dan mengetik dengan kecepatan 20 detik perkarakter. Mungkin ini tidak terdengar begitu wow, tapi dari segi magnitude, sudah jauh lebih cepat ketimbang BMI lain yang beredar di pasaran. Untuk mendapatkan kecepatan lebih tinggi, kita akan membutuhkan implan BMI.

Supaya bisa mengontrol komputer dengan pikiran, MindDesktop mengungkil Emotiv EPOC+ "neuro headset" yang sudah ada dan bisa dibeli seharga $800 (sekitar Rp 10.645.000). Headset ini merupakan electroencephalogram (EEG) dengan 14 saluran yang mengukur aktivitas elektrik di otak pengguna dan mengirimkan data pada komputer menggunakan WiFi. Pada tingkatan paling mendasar, headset Emotiv ini mengukur sinyal elektrik yang diasosiasikan dengan beragam teka-teki wajah—jika kita menyeringai menggunakan wajah sisi kiri, headset akan memproduksi pola otak yang berbeda dari jika kita mengerutkan alis. Namun headset ini juga bisa 'dilatih' untuk mengukur pola-pola aktivitas otak yang diasosiasikan dengan pikiran-pikiran tentang objek-objek tertentu. Pola yang diciptakan oleh pikiran-pikiran ini, seiringan dengan pola-pola syaraf yang diasosiasikan dengan pergerakan wajah, kemudian dipadukan dengan beragam perintah pada software BMI supaya bisa mengontrol komputer tersebut. Ini sebenarnya lumayan keren dan bisa bekerja dengan cukup baik, namun software yang umumnya digunakan dengan headset Emotiv ini terlalu pincang jika digunakan untuk hal-hal praktis lainnya. Jadi, para peneliti mengembangkan interface baru yang lebih efesien, sehingga bisa terjadi interaksi otak-komputer yang lebih dinamis. Salah satu perkembangan yang ada adalah "hierarchical pointing device" (perangkat penunjuk hirarkis), yang pada dasarnya membagi layar komputer menjadi kuadran lebih kecil hingga item yang ingin diklik pengguna bisa tertarget oleh salah satu kuadran-kuadran itu. Ketika dikombinasikan dengan fitur-fitur lain seperti prediksi teks dan keyboard pada layar, subjek percobaan berhasil dengan cepat mengirim surel sederhana setelah hanya tiga sesi mempelajari cara menggunakan alat tersebut.

Temuan ini bagaimanapun merupakan awalan bagus, dan akan terus meningkatkan mutu hidup orang-orang lumpuh yang menggunakan BMI setiap harinya. Kita masih membutuhkan sensor lebih baik dan pemahaman lebih dalam soal mekanisme syaraf sebelum teknologi BMI menjadi cukup bagus untuk kegunaan umum—tapi jangan khawatir, Elon sedang mengupayakannya.