Okultisme

Mengenal Sosok Feminis Kondang Inggris yang Difitnah Suka Bunuh Orang Pakai Ilmu Hitam

Sebagai juru kampanye kesejahteraan hewan, praktisi okultisme Anna Kingsford dituduh menewaskan dua orang dengan kekuatan pikiran.
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID
Foto Anna Kingsford dan Claude Bernard
Anna Kingsford dan Claude Bernard. Foto via Wikimedia Commons

“Claude Bernard meninggal! Claude Bernard meninggal!” Anna Kingsford menjerit histeris di suatu siang bulan Februari. Ketika itu, dia baru sampai di gedung École de Médecine Paris untuk mengumumkan pemakaman sang ahli fisiologi hebat. Anna diminta duduk dan menenangkan diri sambil menceritakan kembali peristiwa yang terjadi pada Desember 1877. Anna mengaku telah menyambar Claude hingga tewas dengan “petir spiritual” yang muncul dari kekuatan pikirannya.

Iklan

Saat itu, Anna sedang menamatkan pendidikan kedokterannya di kampus bergengsi tersebut. Di saat era Victoria mengecualikan perempuan dari dunia kedokteran, dia tak gentar mengejar impiannya sebagai dokter perempuan pertama di Inggris. Vegetarian ini menginginkan lebih dari menjadi seorang dokter praktik. Dia juga berharap bisa memusnahkan praktik pembedahan makhluk hidup atau uji coba binatang dari muka bumi.

Niat mulia Anna justru menjadi malapetaka baginya. École menegakkan praktik tersebut, sementara Profesor Claude Bernard merupakan pendukung vivisection paling aktif di Eropa pada masanya. (Istrinya sampai minta cerai karena Claude telah menjadikan anjing peliharaan mereka binatang percobaan.) Kepada The Heretic, Anna menggambarkan kesedihannya saat menyadari jeritan mengerikan di lab École adalah lolongan kesakitan para anjing yang dibedah hidup-hidup demi sains. “Sejak itu, saya bertekad akan melakukan segala yang saya bisa demi menghentikan praktik keji ini,” tulisnya.

Akhir Desember itu, Anna mulai mendalami semacam kekuatan psikis untuk “melampiaskan amarahnya” terhadap Claude. Lalu pada November 1886, dia kembali memanfaatkan kekuatannya untuk membunuh fisiolog Paul Bert.

Kisah tersebut diceritakan dalam biografi Anna Kingsford, Her Life, Letters, Diary and Work yang ditulis oleh Edward Maitland, kolaborator Anna dalam okultisme dan antiviviseksionisme. Alih-alih sebagai salah satu pionir spiritualis era Victoria di Inggris dan juru kampanye kesejahteraan hewan, orang awam malah mengenalnya sebagai okultis pendendam yang bisa ilmu hitam. Prestasinya sebagai pendidik vegetarianisme dan antiviviseksionisme, penulis buku esoterik, novel dan kolom surat kabar, serta penyunting majalah feminisnya sendiri terlupakan begitu saja.

Iklan

Namun, pengaruh Anna yang besar sudah terdengar sampai ke dunia internasional. Mahatma Gandhi menjual buku-buku mistisnya di Afrika Selatan. Pemimpin spiritual ini juga membaca risalah vegetarianisme Anna yang berjudul The Perfect Way in Diet. Pesulap Aleister Crowley mengatakan tak satupun orang mampu mengalahkan “segala hal yang telah Anna lakukan dalam dunia religius.” Penulis dan pengajar tarot terkenal Mary Greer menjulukinya Ibu Ordo Hermetik “Golden Dawn”, organisasi paling esoteris pada zaman Victoria. Pertanyaannya, benarkah Anna membunuh dua pendukung vivisection Prancis?

Alan Pert juga menulis biografi Anna yang bukunya diterbitkan pada 2007. Dia mengungkapkan tulisan Maitland “melenceng jauh” dari fakta dan menghilangkan banyak detail pribadi rekannya. Sahabat karib Anna Florence Miller mengkritik buku Maitland “lebih menceritakan dirinya sendiri, bukan subjek biografinya. Halaman demi halaman, dia hanya menyombongkan betapa penting dirinya di dunia ini!” Dalam ulasannya pada 1896, Theosophy in Australia menyebutnya “buku paling aneh dan absurd yang pernah diterbitkan tahun ini” dan menambahkan “sebagai Malaikat Pendendam yang membunuh pendukung vivisection dengan kekuatan pikiran, dia [Anna] muncul dalam karakter baru bagi kebanyakan orang.”

Ada tuduhan Maitland membakar semua makalah, naskah, buku harian, dan surat-surat yang Anna wariskan kepadanya setelah biografi itu selesai ditulis. Jadi, tak ada yang bisa membuktikan kebenaran ucapan dan cerita dalam bukunya.

Iklan

Dari semua klaim yang tidak masuk akal dan konsisten, Maitland mengutarakan Anna suka berburu rubah dan merasa puas saat melihat anjing-anjingnya menikam hasil buruannya. Padahal, Anna menjelaskan sebaliknya dalam buku Health, Beauty and the Toilet. “Saya tidak menganjurkan perempuan berburu… Perempuan Inggris tidak seharusnya bahagia saat menyaksikan ‘kematian’ [rubah], dan ketika “pussy” menjadi korban, bagi saya hal itu sangat menjijikkan dan hina.”

Mengapa Maitland mengkhianati dan merusak reputasi Anna? Perebutan kekuasaan tentu berperan dalam hal ini. Menurut Alan, “Anna sebenarnya ‘perempuan ideal’ bagi Maitland, tetapi dia jengkel karena tidak bisa mendominasinya.” Ketika menceritakan pertemuan pertama mereka, Maitland menggambarkan kecantikan Anna yang luar biasa bak Mary Magdalene. “Tinggi semampai, anggun, kulit mulus dan rambut emas panjang…” Entah mengapa, penggambaran Anna mirip seperti tokoh perempuan dalam novel-novelnya, terkecuali sifat penurut dan sering dianiaya laki-laki. Dia menulis dalam buku England and Islam, “Perempuan terbaik bagi laki-laki ialah mereka yang sebersih kertas kosong supaya lelaki bisa membuat jalan ceritanya sesuai keinginan mereka.”

Anna membayangi kesuksesan Maitland. Selain berada di garis depan terciptanya gerakan teosofi baru, perjuangan tanpa lelah Anna turut dipuji-puji dalam sejarah vegetarianisme dan pembela hak hewan. Maitland berhasil membalas dendam dengan menulis biografi yang menodai karakternya.

Pembaca termakan bualan Maitland bahwa Anna takkan bisa seperti ini tanpa bimbingannya. “Dia bagaikan kapal tanpa kemudi, kompas atau juru kemudi yang siap karam kapan saja,” tulisnya. Lebih parahnya lagi, dia mengklaim digentayangi roh Anna yang baru mengaku salah ketika mereka berselisih di masa lalu.

Sifat bengis Anna dalam biografi sangat bertentangan dengan karakter dan keyakinannya. Dia terang-terangan menentang sikap menyakiti, apalagi kalau sampai membunuh orang. Dalam Violationism Or Sorcery In Science, Anna berujar: “Jika ingin mahir [dalam ilmu sihir], maka kita harus memiliki hati yang bersih, serta hidup dengan hati nurani dan tindakan yang murni.”

Andai saja roh Claude dan Paul bisa merasuki tubuh kita, mungkin mereka takkan menuduh Anna sebagai pembunuh. Kenapa? Paul meninggal dunia karena sakit disentri di Hanoi, sementara Claude sempat sakit keras selama 17 tahun. Ironisnya, penyakit Claude hinggap di bagian tubuh yang selama ini dia pelajari lewat binatang percobaan, yakni pankreas dan hati. Mungkin inilah yang disebut karma.

Artikel ini pertama kali tayang di Broadly