FYI.

This story is over 5 years old.

Pelecehan Seksual

Maraknya Akun 'Sakit' Spesialis Foto Candid Mengancam Perempuan Indonesia

Sebagian akun Twitter penyebar foto perempuan tanpa consent misalnya @nyolongfoto, berhasil ditutup paksa. Sayangnya akun sejenis masih menjamur.
Ilustrasi foto perempuan tanpa izin oleh Ilham Kurniawan.

Kota-kota besar Indonesia, terutama Jakarta, melatih setiap perempuan agar selalu waspada. Transportasi umum seringkali tak aman bagi perempuan, mengingat kasus pelecehan seksual dan perampokan di angkot, masih saja muncul di media massa. Belum lagi pelecehan di kereta rel listrik (KRL) commuter line ataupun bus kota. Belum lagi jalan raya, oh betapa banyak tantangan yang harus dihadapi perempuan di jalanan.

Iklan

Kalau hidup sehari-hari saja sudah berat bagi perempuan, hal yang paling tidak kita butuhkan adalah kenyataan ada sekelompok predator seksual di luar sana mengambil foto-foto tanpa izin, lalu mengunggahnya ke media sosial untuk memuaskan fantasi orang-orang sakit. Sayangnya, itulah yang sedang terjadi. Di Twitter bermunculan akun-akun yang mempublikasikan foto candid perempuan saat sedang naik KRL, berbelanja, ganti baju di kamar pas, dan banyak lagi lainnya.

Salah satu akun sakit semacam itu yang paling populer adalah @nyolongfoto. Akun ini berhasil menarik minat 70.000 followers—tentu yang menyukai foto-foto creepy dan merambah privasi orang lain—hanya dalam kurun kurang dari dua tahun. Akun ini akhirnya di-suspend oleh Twitter berkat membanjirnya laporan dari berbagai pengguna yang marah dan risih.

Kesadaran publik Indonesia terhadap ulah NyolongFoto muncul, setelah ada perempuan menyampaikan keluhan lewat dunia maya. Fotonya sedang tertidur saat naik KRL ke tujuan Depok diunggah akun tersebut 17 Mei 2017. Keesokan harinya, seorang teman menyadari bahwa ada 10 foto-foto korban di video berdurasi 2 menit yang menekankan zoom kamera pada bagian tubuh tertentu korban. Setelah ditelusuri, akun ini memang kerap mengunggah foto dan video tersembunyi di tempat-tempat umum yang menekankan pada bagian tubuh tertentu perempuan, apapun jenis pakaiannya. Sejak saat itulah, aduan tersebut viral di sosial media menimbulkan reaksiagar segera melaporkannya ke Twitter agar akun ini tidak lagi beroperasi. Tak berapa lama, akun-akun berisi foto seronok juga ikut di-suspend.

Iklan

Sekilas, penutupan NyolongFoto adalah simbol kemenangan bagi publik yang waras. Benarkah begitu? Sayang sekali, akun ini hanya salah satu yang terbesar. Masih banyak lagi akun sakit lainnya menyebar foto-foto perempuan tanpa permisi bertujuan melecehkan. VICE Indonesia berhasil menemukan lebih dari tiga akun dalam waktu singkat dengan konsep seperti NyolongFoto, yang tampaknya leluasa beraksi karena follower mereka masih sedikit. Ada yang memakai konsep hanya menampilkan foto-foto pelajar SMP, ada yang diam-diam memotret perempuan berbelanja di pasar, ada pula akun spesialis mengunggah foto curian dari ponsel perempuan.

NyolongFoto sangat berbahaya, sebab tindakan adminnya mengubah ruang publik menjadi berbahaya bagi perempuan. Sesuai dengan bio yang terdapat di akun itu, yakni "no nude", memang tidak ada konten foto telanjang seronok. Sialnya, mereka lantas memasang gambar dan video perempuan berkegiatan di tempat umum, tanpa sepengetahuan mereka. Bayangkan kegiatan kalian shopping tiba-tiba berisiko karena bisa saja ada predator seksual mengintai dari kejauhan mengambil foto.

Maesy Angelina, aktivis bidang pemberdayaan perempuan, khawatir pada kondisi psikologi perempuan saat beraktivitas di ruang publik, apabila akun semacam ini terus dibiarkan. Dia menyatakan pemilik dan admin akun semacam ini sepatutnya diproses hukum.

"Kekhawatiran utama saya adalah orang berpikir tindakan akun ini wajar-wajar saja. Bahwa pelecehan pada perempuan itu biasa dan karena dilakukan diam-diam tidak termasuk tindakan kejahatan seksual," kata Maesy ketika dihubungi VICE Indonesia. "(Yang saya khawatirkan) orang berpikir bahwa consent bukan hal yang penting, bahwa perempuan memang "asking for it", bahwa pelaku pelecehan bisa lolos tanpa konsekuensi."

Iklan

Indonesia sebenarnya sudah punya segudang aturan hukum, baik dari UU Hak Cipta, Pornografi, maupun Hukum Pidana untuk menjerat pelaku dan penyebar foto diam-diam bertujuan melecehkan. Setiap fotografer wajib meminta izin dan persetujuan dari orang yang diambil potretnya. Jika sengaja melanggar, pelaku bisa dihukum penjara maksimal selama dua tahun.

Masalahnya, bukan cuma polisi yang masih abai, warga biasa pun kurang sensitif saat melihat ada penyebaran foto tanpa izin di media sosial tanpa kejelasan izin subyek yang dipotret. Enda Nasution, blogger senior dan pakar media sosial di Indonesia, melihat kesadaran tentang privasi harus digalakkan di masyarakat agar aturan hukum berjalan efektif. Biasanya setelah penyebaran foto privat diimbuhi adanya indikasi pornografi atau intimidasi, baru publik tergerak merespons.

"Perlindungan terhadap privasi itu hal yang baru sebenarnya di Indonesia, bahkan engga banyak yang sadar privasi perlu dilindungi," kata Enda kepada VICE Indonesia. "Dalam berbagai hal, kadang korbannya engga tahu, tahu-tahu fotonya sudah di-post."

Tammy Tjenreng, fashion editor majalah di Jakarta, merasa khawatir saat menyadari banyak orang—termasuk sesama perempuan—belum cukup punya empati dan kesadaran sosial bahwa akun semacam NyolongFoto mencederai privasi. Apalagi followers akun ini hampir mencapai 70 ribu orang, bukan jumlah yang sedikit untuk ukuran komunitas online yang agenda memuaskan fantasi seksual dari ketidaktahuan orang lain.

"Kita sebagai masyarakat tentu bisa berkontribusi sesimple report akun atau mulai dari peer group sendiri. Terutama kalau ada teman laki-laki yang sampai follow, segera tegur dan ingatkan," kata Tammy. "Ketakutan terbesar saya ketika generasi-generasi selanjutnya yang hanya bisa mengonsumsi dan menertawakan akun-akun seperti ini, isinya mereka jadikan obyek, tanpa mampu mengkritisi bahkan peduli."