FYI.

This story is over 5 years old.

Diet Absurd

Sejarah Cara Mengurangi Berat Badan Paling Ajaib: Diet Cacing Pita

Hewan menjijikkan itu dibiarkan hidup di ususmu, menyerap nutrisi tubuh, dan bertelur ratusan ribu banyaknya, lalu berat badanmu susut. Lho, kok bagian akhirnya kedengeran oke ya?
Ilustrasi cacing pita di perut. Foto dari Shutterstock.

Kamu tidak perlu repot-repot jika pengin menguruskan badan. Dengan metode aneh ini, si cacing inilah yang melakukan semuanya. Cacing pita dalam ususmu memakan apa pun yang kamu makan. Bayangkan si cacing berada di dalam tubuhmu, menyantap kalori berlebihan yang kamu makan setiap harinya.

Biasanya, cacing pita berakhir dalam tubuh manusia secara tidak sengaja. Misalnya ketika kamu memakan daging mentah. Atau tai. Ya biarpun saya pengen badan setipis iPad Air, ogah juga kali makan tai. Masa gak ada cara lain?

Iklan

Mungkin jawabannya sudah didapat semenjak era Victoria di Inggris. Di London antara tahun 1830 hingga 1900, cacing pita sudah dikaitkan dengan penurunan berat badan. Kecantikan ideal saat itu—kulit putih pucat, mata besar, dan fisik yang lemah—didasarkan atas penampilan penderita tuberkolosis, jadi selain mandi menggunakan amonia dan mengenakan korset yang sangat ketat, beberapa perempuan menelan pil cacing pita. Pil tersebut mengandung tempayak yang kemudian menetas di dalam tubuh. Setelah itu barulah proses pengurangan berat badan dimulai.

Lantas bagaimana cara menyingkirkan cacing setelah tugas mereka selesai? Menurut penulis Terry Deary dalam bukunya Horrible Histories: Vile Victorians, Dr Meyers memasukan silinder yang diisi dengan makanan ke dalam saluran pencernaan. Dia kemudian menginstrusikan pasien untuk tidak makan selama beberapa hari. Cacing pita yang lapar akan terpikat oleh jebakan. Banyak pasiennya yang tersedak hingga mati. Banyak dokter lainnya berusaha “merayu” cacing pita dengan cara menempatkan seember susu di bawah anus.

Nantinya, laporan tentang diet cacing pita mulai bermunculan di Amerika. Pada 1912, sebuah pengiriman dari Illinois ditujukan ke sosok perempuan kaya yang memesan “pil diet ajaib” yang ternyata berisikan parasit-parasit kecil ini. Di 1920an, ketika standar kecantikan ideal menuntut bentuk tubuh yang lebih kurus dan tanpa lekuk tubuh, pil diet cacing pita kembali bermunculan. Dan menurut buku Laura Hillenbrand, Seabiscuit: An American Legend, beberapa joki di 1930an menggunakan cacing pita untuk menjaga berat badan yang optimal untuk balapan.

Iklan

Seekor cacing pita ketika diperbesar bentuknya di mikroskop. Males deh liatnya. Foto via Shuttesrtock

Namun selain dari anekdot-anekdot, belum ada bukti apapun bahwa cacing pita pernah menjadi bahan konsumsi diet mainstream sepanjang sejarah. Biarpun banyak terbenam dalam mitos dan urban legend, diet cacing pita telah meninggalkan sejarahnya sendiri. Tyra Banks membicarakan diet ini di acaranya pada 2009; Kourtney Kardashian sempat bercanda ingin membelinya pada 2015; dan dalam satu dekade terakhir, berbagai cerita mengerikan tentang orang-orang yang sengaja mengkonsumsi cacing pita demi mengurangi berat badan telah menangkap perhatian internet. Misalnya seorang perempuan dari Iowa, yang pada 2013, mengkonsumsi pil cacing pita demi menurunkan berat badan, dan akhirnya menyebabkan departemen kesehatan publik mengeluarkan peringatan resmi.

Cacing pita biasanya hanya menyebabkan gejala minor yang mudah diobati, tapi mereka bisa bertumbuh hingga sembilan meter panjangnya dan menyebabkan penyakit berbahaya seperti meningitis, epilepsi, dan demensia. Awal tahun ini, Dr Kenny Banh, seorang dokter unit gawat darurat di University of California, harus mengoperasi seorang lelaki berumur 30 tahun yang tiba di unit gawat darurat membawa sebuah kantong plastik. Di dalamnya terdapat karton gulungan tisu dengan sebuah cacing pita berukuran 1.6 meter melilitnya. Cacing tersebut baru saja dikeluarkan dalam sebuah episode diare penuh darah. Kabarnya ini diakibatkan karena dia mengonsumsi sashimi.

Iklan

Seperti yang diduga, Dr Banh tidak menyarankan sengaja menelan cacing pita demi mengurangi berat badan. “Biarpun mungkin termasuk metode diet ekstrem, cara ini tidak pernah benar-benar dipelajari dalam keadaan yang terkendali,” dia memberi tahu VICE. “Banyak orang yang merasakan efek samping dari diet cacing pita, termasuk kram perut dan diare, contohnya seperti yang dialami pasien saya, dan dalam kasus yang jarang terjadi mereka mengalami obstruksi usus, atau usus buntu, yang membuat mereka harus menjalani operasi.”

Dinas Kesehatan Australia juga tidak menyarankan menelan cacing pita untuk menurunkan berat badan. “Diet itu tidak seperti ini. Maksud sesungguhnya “diet” adalah pola makan yang teratur,” kata jubir. “Mengonsumsi telur cacing pita itu berbahaya dan bisa menyebabkan risa di jaringan atau organ. Kondisi ini bisa membahayakan kesehatan.

Cacing pita di perut paus bungkuk. Panjangnya bisa mencapai 30 meter. Foto via Shutterstock

Karena pil diet cacing pita ilegal di banyak negara, maka obat ini sulit didapat orang awam. Untuk mengimpor sampel yang masih hidup, contoh perlu masuk dalam daftar spesies yang disetujui pada Live Import List. Telur cacing pita tidak ada dalam daftar ini.

Ada beberapa situs web yang menjual pil diet cacing pita. Apabila implikasi kesehatan di atas masih belum mampu membuat orang berhenti mengonsumsi cacing pita, mungkin peringatan menggunakan font Comic Sans dan layanan internet seperti Angelfire 1998 ini bisa menyadarkan mereka. “Cacing pita sudah menjadi flora normal pada usus manusia sejak jutaan tahun lalu, dan tugasnya menghindari manusia dari obesitas dan dapat merangsang kekebalan,” jelas salah satu situs, yang kelupaan mencantumkan tautan web untuk membeli pil tersebut.

Iklan

Selain vendor online yang merugikan, “ klinik cacing pita” di Meksiko yang disebut Worm Therapy dikaitkan dengan penurunan berat badan di masa lalu. Meskipun penurunan berat badan tidak terang-terangan disebutkan dalam situs mereka, Elizabeth Tucker, seorang akademisi yang pernah meneliti program diet ini, menghubungi pendiri klinik, Garin Aglietti, untuk membahasnya di buku terbitan 2013 yang berjudul Folk Culture in the Digital Age.

“Anda ingin turun berapa kilo?” tanya Aglietti. “Sekitar 6,8 kilo kalau bisa,” jawab Tucker. Aglietti kemudian menganjurkan Tucker untuk datang ke klinik mereka yang ada di Tijuana untuk menjalani program diet. Dia memulai sesi dari pagi sampai siang, dan mengeluarkan USD$1,500 sampai $1,800 (Rp20-24 juta) untuk membeli beberapa cacing, yang katanya dibudidayakan di peternakan.

Pada saat kami menulis artikel ini, Worm Therapy tidak menanggapi email VICE. Tampaknya acuan terhadap penurunan berat bedan diubah menjadi istilah kedokteran: Seperti “modulasi kekebalan yang diinduksi heleminth,” di mana pasien menelan cacing tambang dan cacing cambuk di bawah pengawasan perawat.

“Orang dengan penyakit disregulasi imun menghadapi tantangan yang digambarkan secara tidak seimbang di lingkungan kedokteran yang maju,” kata situs web Worm Therapy. “Penelitian dan uji klinis ekstensif telah menunjukkan bahwa mengonsumsi cacing usus dalam dosis kecil bisa mengobati asma, alergi, dan beberapa kondisi autoimun lainnya secara efektif.” Artikel baru-baru ini mengungkap tuntas keterlibatan Aglietti dan kliniknya dalam praktik percobaan mengobati penyakit autoimun dengan cacing usus ini.

Secara keseluruhan, praktik diet cacing pita menggunakan keterangan yang salah, dan ada risiko kesehatan dan hukum yang jelas. Sayangnya, kita masih saja tertarik melakukannya. “Sama seperti meter ukur, cacing pita mengingkatkan kita akan berat badan ideal yang terbentuk dari konstruksi sosial. Orang-orang yang ingin punya badan kurus dan langsing akan mengurangi porsi makannya, padahal cacing pita ingin memakan apa pun yang mereka bisa makan; Ini menggambarkan perlawanan mereka terhadap batasan sosial bagi kepuasan diri,” kata Elizabeth Tucker saat dihubungi VICE.

Meskipun mengonsumsi sesuatu yang bisa membunuhmu secara sengaja demi menurunkan berat badan itu ide buruk, kita harus menyadari bahwa legenda diet cacing pita yang sering muncul dalam sejarah Barat yang mencemoohkan keangkuhan perempuan dan menyingkirkan berat badan berlebih. Iklan diet yang ada di sebuah surat kabar terbitan 1920 menunjukkan bahwa diet cacing pita “tidak berbahaya, tidak perlu diet dan berolahraga.” Untungnya kita tidak bodoh-bodoh banget sekarang.